Anak Baru Gede

302 42 13
                                    

Sejak kejadian di kebun stroberi Echa seperti menghindari Haidar, wanita itu selalu menyibukan diri dengan skripsi tercintanya, jika ada waktu senggang, ia memilih berdiam diri di kamar.

Hal tersebut membuat Haidar rindu dan bingung. Terkadang, bocah SMA itu merasa bersalah atas tindakannya yang mendadak.

"Masa iya gue adek-kakazone?" Begitulah pikiran Haidar.

Balik lagi ke Echa yang kini dirinya sedang berpacaran mesra bersama laptop, menatap si skripsi yang rupawan itu, sudah 4 jam mereka pacaran. (SAMPE ENEG! WKWK)

"Haa capek!" Keluh Echa akhirnya. Waktu sudah menunjukan pukul 8 malam, Echa memutuskan untuk mengambil air dingin di kulkas di dapur umum kosan.

Saat kakinya melangkah ke arah dapur, tidak jauh dari sana terlihat Bu Yanti sedang menelpon seseorang dengan wajah yang panik, lalu Mas Janu yang seperti mencari sesuatu, dan Haidar yang sedang melamun di depan pintu masuk kosan.

Merasa bingung, Echa menghampiri Mas Janu. Siapa tahu dirinya dapat membantu.

"Mas, cari apa?"

Wajah Mas Janu juga paniknya.

"Iya, iya, dok. Kami langsung ke sana," terdengar suara Bu Yanti yang sedang menerima telepon tersebut.

"Ini Mas Janu lagi cari kunci mobil. Lupa taro di mana. Lagi buru-buru lagi!" ucapnya sembari melihat-lihat kolong meja ruang tamu.

Echa pun lekas membantunya.

"Mas, gimana udah ketemu? Kita harus ke rumah sakit sekarang!" Bu Yanti.

"Siapa yang sakit, Bu?" Tanya Echa.

Bu Yanti sedikit mengambil nafas, "adik saya meninggal, Ibunya Haidar."

Echa terpaku, ia menatap Haidar yang sedari tadi hanya diam di ambang pintu masuk kosan, tatapannya kosong, tidak ada air mata yang keluar, hanya melamun menatap arah depan.

Echa lekas bergegas mencari kunci mobil milik Mas Janu. Bu Yanti sudah menangis sembari menelpon seseorang, entah siapa.

Gadis itu melihat kunci milik Mas Janu yang ternyata terselip di antara dua sofa.

"Ketemu Mas!" Seru Echa.

Mas Janu lekas mengambil kunci mobil tersebut dari tangan Echa, "makasih, Cha."

"Ayok! Bu kita langsung ke RS."

Saat mereka akan naik ke mobil, Echa menghampiri mereka agak lari karena mereka buru-buru. Haidar sudah masuk duluan ke mobil—bangku penumpang belakang.

"Mas!! Aku ikut ya?" Izin Echa kepada Mas Janu yang mau masuk mobil ke pintu pengemudi.

"Untuk apa Cha?"

"Please, aku mau sama Haidar."

Mas Janu menatap Ibunya yang sudah duduk di bangku penumpang bagian depan, Bu Yanti hanya mengangguk, setuju.

Echa lekas mengambil posisi duduk di sebelah Haidar, ia melihat laki-laki itu menatap nanar keluar jendela, masih melamun.

Mobil sudah melaju, kecepatan rata-rata.

Sepanjang perjalanan hanya terdengar suara tangisan Bu Yanti. Mas Janu memfokuskan dirinya mengemudi mobil.

Sedangkan, Haidar masih diam saja.

Echa mendekatkan dirinya kepada Haidar, ia berbisik, "Dar, kenapa diem aja? Nangis kalo lo butuh."

Haidar menatap mata Echa secara intens, membuat Echa gugup.

Bocil || Watanabe Haruto (Treasure)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang