Elang

232 34 16
                                    

Jujurly td niatnya mau publish sekali aja. Tp gapapa aku pen double up hehe.

Please jangan lupa klik ⭐️ sebelum baca yaw. Karena itu sebagai tanda menghargai seorang author. Terima kasih💎






















Sekitar tiga jam perjalanan dari Bandung ke Jakarta, kini Echa sudah sampai di Rumah Sakit Boombayah, tempat sang Ayah dirawat.

Dengan jalan sedikit lari, menenteng tas besar berisi barang-barangnya, dan tangan satunya lagi memegang ponsel untuk mencoba menghubungi orang yang telah membawa sang Ayah ke rumah sakit.

Terlihat jelas di wajah Echa hanya khawatir.

"Halo, Mas. Di mana ya?"

"Saya di depan ruang operasi. Pihak rumah sakit segera operasi Bapak Anda, tapi tunggu tanda tangan Mba di surat perizinan terlebih dahlu."

"OKE!" Echa lekas mematikan ponselnya ketika sudah melihat ada ruang operasi.

Ia melihat ada seorang laki-laki di depan ruangan tersebut.

"Permisi... ha...ha... dengan Mas Elang?" Tanya Echa dengan napas yang tersegal-segal karena ia setengah lari mencari ruang operasi.

"Oh Mba anak dari Bapak taksi itu ya?"

Echa mengangguk.

"Ayok langsung tanda tangan aja, Mba!"

🍩🍩🍩

Kini Echa sedang menunggu sang Ayah dioperasi, wajahnya terlihat sangat khawatir dan gelisah. Sedari tadi wanita itu tidak hentinya mengeluarkan air mata walaupun menangis secara diam tanpa suara.

Pria yang bernama Elang itu masih setia menemani Echa, ia duduk di sebelah Echa. Sekali-kali melihat ke arah Echa.

"Mba." Panggil Elang.

"Ya?" Mata Echa sembab, hidungnya merah.

"Tenang, saya yakin Bapak Mba bakal berhasil operasinya." Pria itu menampilkan senyum hangatnya.

Echa baru sadar bahwa sedari tadi mereka bertemu Echa belum mengenalkan nama dan ucapan terima kasih.

"Maaf, ya Mas saya lupa. Nama saya Alexia, panggil Echa aja. Dan... makasih udah anterin ayah saya ke sini."

"Iya gapapa Mba saya maklum."

Sedari tadi Echa sembari menangis juga mencoba hubungi saudara terdekatnya untuk meminta bantuan perihal administrasi perobatan sang Ayah. Uang tabungan Echa tidak cukup, ia sangat bingung harus apa.

Namun berkali-kali saudara-saudara Echa tidak ada yang mengangkat teleponnya.

"Mba, kenapa?" Tanya Elang lagi melihat wajah Echa yang kini berubah panik.

"Gapapa Mas." Ucap Echa tetapi wajahnya tidak bisa berbohong, wanita itu bolak-balik telepon atau hubungi saudara-saudaranya, namun nihil.

"Mba mau telepon orang? Kenapa? Siapa tau saya bisa bantu."

Echa menggigit bibir bawahnya, tanda gugup. Ia memperhatikan pakaian dari pria yang di depannya. Echa rasa pria itu bercukupan dari kemeja putih yang bermerk, sepatu kerja yang terlihat fancy, dan jam tangan yang Echa tahu harganya bisa puluhan juta lebih.

Dengan ragu, Echa memberanikan diri untuk bilang, "saya tau ini lancang dan gak tau diri, tapi saya sangat mohon untuk minta bantuan Mas sekali lagi. Saya janji, setelah ini saya tidak akan merepotkan Mas lagi."

Bocil || Watanabe Haruto (Treasure)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang