┉┈◈◉◈┈┉
Hari ini Jalu bangun lebih pagi dari hari biasanya, pemuda itu memulai harinya dengan senyum yang melekat indah pada wajahnya. Untuk hari ini, Jalu ingin terlihat sempurna di mata Yara. Dia mempersiapkan segalanya dengan baik, sepertinya sedikit lebih baik dari biasanya.
Ia mandi dengan durasi yang cukup lama, sekitar 15 menit. Setelah siap dengan seragamnya, dia memilih satu jam tangan yang ada di laci nakas, warna kesukaan Yara. Hitam. Kesukaannya juga sih.
Tak lupa ia menyisir rapi rambutnya yang telah diolesi selai pomade, ia kemudian meraih jaket baseballnya sebelum keluar dari kamar dengan tas ransel di pundak kirinya.
“Eh, anak Bunda udah bangun. Rajin banget, hmm. Pasti ada apa apa nih!” tebak Kania yang sedang mencuci beras untuk ditanak.
“Hehe, hari ini hari jadian Jalu sama Yara yang ke-15 bulan, Bunda," cengir pemuda itu.
Kania tersenyum, “Wah, selamat kalo gitu! Kamu udah ada kado belum buat Yara?”
Jalu mengacungkan ibu jarinya sambil tersenyum bangga, “Tentu sudah dong, Bundaku tersayang! Tuh di freezer, udah Jalu bikinin kue cokelat. Yara kan sukaaaaaa banget sama cokelat.” Pemuda itu tampak antusias saat menjawab pertanyaan emaknya, matanya sampai berbinar karena membayangkan Yara yang tersenyum lebar saat menerima kue buatannya. ARRRGH! Menggemaskan pasti!
Perempuan paruh baya itu menggeleng, “Kado itu hadiah yang bisa disimpen gitu loh, Dek. Baju kek, sepatu, tas! Masa kue cokelat? Hadeh, anak bunda emang unik! Bentar, Bunda ambilin sesuatu!”
Jalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal saat ibunya berjalan melewatinya. Emang salah ya? Setahu Jalu ga ada aturan hadiah itu harus bisa disimpen tuh? Hadiah ya hadiah, sesuatu yang dikasih dengan ikhlas dan ga ditagih balik. Begitu pengertiannya tentang kado.
“Ini, kasih ke Yara. Ga usah bilang dari Bunda. Dari Jalu, bilang suruh jaga baik-baik!” titah perempuan itu menyerahkan sebuah kotak beludru berwarna biru gelap berukuran kecil.
Putra terkecilnya itu tampak melongo saat menerima pemberian Ibunya, semacam perasaan, 'mak, are you kidding me?'.
“Udah simpen dulu di tas, kamu bangunin kakak-kakak kamu dulu. Bunda mau masak sarapan dulu!”
-
Jalu sampai di kediaman Daniel pukul 06.30 tepat dengan mobil hitamnya. Ia sengaja membawa kendaraan beroda empatnya hari ini, inginnya untuk mengajak Yara makan es krim di tempat biasa kesukaan mereka.
Es krim loh ya.
Tak sengaja matanya menangkap sosok laki-laki dengan kaos putih berjalan memasuki gerbang rumah keluarga itu dengan kresek transparan di tangan kanannya. Jalannya menunduk karena memperhatikan layar ponselnya.
Jalu terdiam sejenak, jadi apa pagi ini dia masih punya kesempatan buat berangkat bareng Yara ke sekolah? Cepat cepat dia melepas sabuk pengaman dan turun dari keretanya.
“Masuk dulu aja sana, Yara ngambek gara gara rebutan TV sama Mama.” Daniel berkata demikian pada si pemuda yang dijawab dengan anggukan patuh.
Menyadari kehadiran seseorang, pria tua itu kemudian beralih pada sosok Jalu yang baru saja tiba di hadapannya, “Pagi, Pa!”
“Eh, Jalu? Pagi juga! Masuk-masuk! Sarapan belom? Papa masak nasi goreng kornet loh.”
Daniel yang hendak duduk lagi mengurungkan niatnya, pria paruh baya itu memilih mengantar Jalu masuk ke kawasannya. Yang Jalu lihat pertama kali adalah Yara yang sedang melipat tangan dengan bibir maju. Perempuan itu duduk di sebelah pemuda tadi.
![](https://img.wattpad.com/cover/316362231-288-k786120.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓]asmaraloka
Фанфик[FOLLOW SEBELUM MEMBACA AGAR TIDAK KETINGGALAN UPDATE] ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ 🖇 Warning! Banyak kata umpatan- yah biasalah, banyak kata kasar, ada sebut beberapa merk juga- w males mikir dua kali wkwk, plus banyak typo. Mohon kalo nemu typo...