9. Gettin' Worse

260 55 11
                                    

┉┈◈◉◈┈┉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

┉┈◈◉◈┈┉

Semalam Yara pulang dengan keadaan mabuk berat. Yura yang memapahnya hingga ke kamar sedikit heran karena pria yang mengantar putrinya pulang bukanlah orang yang dia kenal. Apalagi dandanan seperti itu, jelas bukan anak SMA seumuran Yara. Namun Yura memilih bungkam, biarlah Yara sendiri yang bercerita nanti.

Ibu tiga anak itu tampak mengusap surai Yara lembut. Putrinya kini sudah mulai dewasa. Jika saja dia bisa mengulang waktu, Yura ingin lebih memperhatikan Yara.

Karena Yara itu berbeda dengan saudaranya yang lain. Selain karena perempuan, Yara itu lebih mudah sakit dari Dimas dan Archi. Imunnya sedikit lemah karena dia tidak mendapat cukup ASI, salahkan  saja Yura yang memilih segera kembali bekerja.

Waktu Yara kecil dia sakit-sakitan, dan biasanya Papa-nya lah yang mengurusnya. Pontang-panting ke sana kemari, bolak-balik dari kantor ke rumah sakit demi menjaga Yara kecil. Waktu itu Yura sempat mengalami baby blues, dia merasa kasih sayang suaminya hanya tertuju pada Yara setelah Yara hadir. Jadi Yura terlihat acuh terhadap anaknya sendiri. Bahkan Dimas pun ikut terkena imbasnya.

Kalau Archi itu anak hasil ketidaksengajaan. Malah hasilnya good looking pula.

Dimas dulu sedikit tidak setuju jika harus punya adik lagi, baginya Yara sudah cukup untuk dijadikan teman bermain. Anak pertama pasti tau rasanya( ◜‿◝ ).

Tapi ya namanya kecelakaan.

Mau gimana?

Kalo mau digugurkan, terlanjur 4 bulan.

-

“Mmh, perut gue..”

Dengan sempoyongan Yara bangun dari kasurnya, ia berusaha menuju ke kamar mandi dan jatuh terduduk di depan closet setelah mengeluarkan isi perutnya. Yara menyugar rambutnya agar tidak terkena cairan menjijikkan itu.

Rasanya sedikit melegakan, Yara segera menekan tombol yang ada di sebelah kirinya. Dia bangun dan kumur-kumur di wastafel.

Menatap perempuan yang berada di dalam cermin. Yara menghela napas gusar melihat bayangan dirinya sendiri. Ia pasti menangis terlalu banyak saat mabuk kemarin hingga mascaranya luntur kemana-mana.

Tyan, setidaknya ia harus berterimakasih kepada pria itu karena telah menepati janjinya untuk mengantarnya pulang dengan selamat dan utuh— you know what I mean kan dude. Ia melangkah kembali ke sisi ranjang lalu meraih ponselnya.

Tyan
• Sorry, kamu kebanyakan minum gara" saya.

Yarasha
That's not a big deal
•Btw, makasih dah anterin pulg

Tyan
• Udah tugas saya
• Masih pusing ngga? Perlu saya bawain sesuatu?
•Eh, kamu berangkat sekolah?

[✓]asmaralokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang