21. Distance

207 34 2
                                        

┉┈◈◉◈┈┉

Senin ini, seperti biasa upacara akan digelar. Petugasnya adalah anak anak OSIS, jadi Jalu seharusnya juga ikut andil di dalamnya. Biasanya dia akan tampil sebagai pemimpin upacara, dan Yara akan dengan senang hati berbaris di deretan paling depan.

Selain untuk menonton aksi keren pacarnya itu, Yara juga akan meneliti wajah wajah cewek yang kelihatan gatel ke cowoknya. Setelahnya, tentu Yara akan silaturahmi ke mereka bersama 3 anteknya.

Kali ini pun Yara berada di barisan terdepan lagi. Dia mencari cari sosok Jalu yang tadi sempat berpapasan dengannya saat ia akan masuk ke kelas, cowok itu baru datang dengan motor kesayangannya.

"Mana sih?" Ia terus menggulirkan matanya untuk mencari keberadaan sang pacar.

Karena tak mendapatkan hasil apa pun, Yara mulai kesal. Dia menyenggol pelan lengan Mina yang berdiri di sebelahnya. "Kok Jalu ga ada ya, Na?"

"Paling lagi nganu," jawab Mina ambigu, "lagian ngapain nanya ke gue anjir. Itu pacar siape?"

Yara merengut dengan wajah tak bersahabat. Suara mikrofon mulai menggema, upacara pun dimulai tanpa Yara mengetahui keberadaan Jalu.

-

Tanpa menunggu waktu istirahat tiba, Yara berinisiatif pergi ke kelas Jalu. Tetap usaha walau hasilnya belom kelihatan. Dia sudah spam chat dan mencoba menelepon Jalu semalam, tapi nihil. Cuma centang satu dan calling doang tulisannya.

Yara sekarang juga pindah kamar, dia lebih sering berada di kamar tamu. Dia kangen sama manusia yang sering menempati ruangan yang ukurannya cuma setara ⅔ luasnya kalau dibanding kamarnya yang di atas.

Belum sampai di kelas XI IPA 1 dimana kelas Jalu berada, dia sudah menemukan subjek yang ia cari cari sedari pagi tadi. Jalu tengah memandang jauh ke depan dengan tangan menyangga tubuhnya di pembatas.

Perempuan itu memangkas jarak, entah bagaimana, ia merasa Jalu lebih kurus terbukti dengan pipinya yang lebih tirus. Tapi ia tak mau ambil pusing, Jalu tetap pemuda paling tampan yang pernah ia temui.

"Sayang.." panggilnya ceria.

Sungguh, hati Yara terasa berbunga bunga karena bisa melihat Jalu sehat dan berangkat ke sekolah lagi.

Jalu menoleh, tapi tak lama, ia kembali menatap ke arah sebelumnya. "Masih di sekolah. Ga usah panggil gue kaya gitu, Ra. Malu."

Sembilu menggurat hati kecil gadis itu. Menghasilkan luka yang membuatnya ingin menumpahkan air mata saat itu juga. Namun Yara tidak ingin semuanya berakhir begitu cepat, ia sudah susah payah mencari Jalu kan?

"Maaf," lirih Yara menunduk.

"Hm."

Perempuan itu menghela napas sembari menatap pahatan wajah yang nyaris sempurna milik kekasihnya. Ia tak punya bahan obrolan. Kiranya apa yang harus ia tanyakan lebih dulu pada Jalu?

"Lu, Bahasa Inggris kosong! Lo mau kelompokan sama gue ato Jeprik?!" Seru seseorang dari dalam kelas.

Rose menyembulkan kepala dari jendela, "Eh? Sorry! Lagi pacaran ternyata."

Jalu berbalik dan menatap Rose, "Ngga kok, Rose." Pemuda itu lalu beralih pada gadis yang masih mematung ke arahnya itu, "Gue mau masuk dulu. Lo, terserah mau kemana."

Perempuan yang masih ada di jendela terbengong melihat interaksi Jalu dan Yara. Yara menatap punggung lebar Jalu yang menghilang di balik pintu. Rose yang tak nyaman pun meringis, "Sorry, Ra. Gue gatau kalian lagi ngobrol."

Yara tersenyum kecil, terlihat memaksa, "Ga apa apa kok. Udah sana kerjain, sekalian.. tolong bilangin ke pacar gue ya Rose, nanti gue mau ke rumahnya. Gitu aja, makasih."

Perempuan berdarah setengah Australia itu mengangguk, "Okai siap!"

Gadis dari keluarga Galgani itu lantas berbalik dan melangkahkan tungkainya dengan pelan. Menyusun langkah demi langkah menjauh dari sana.

Takdir macam apalagi ini?

┉┈◈◉◈┈┉

Author's note :
Sowwy cuma pendek sksk,
Semoga paham lah ya sama intisarinya. Jangan lupa senyuuum :3

[✓]asmaralokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang