29. What's wrong with The Lee?

109 14 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gemuruh menyambut kedatangan Erick saat pertama kali kakinya turun menapaki basement gedung paling tersohor di kota metropolitannya itu. Apakah hal ini terdengar terlalu hiperbolis? Hm, tapi menurutnya masuk akal saja sih, karena gedung ini adalah satu satunya gedung komersial yang berdiri di kawasan padat penduduk elit. Sekelilingnya hanya ada; kalau tidak rumah mewah semacam mansion, ya apartemen kelas eksklusive yang harganya  tak perlu dibayangkan.

Erick mengancingkan jasnya, lantas diambilnya setumpuk kertas kertas berisi laporan dari perekrutan karyawan baru yang dilaksanakan dua hari yang lalu. Dari 20 pelamar yang sebelumnya juga sudah diseleksi oleh HRD, hanya ada dua orang yang bisa memenuhi kualifikasinya. 

Sepatunya yang hitam mengkilap mulai membuat langkah ke ddepan, susul menyusul, hingga ia sampai di depan elevator. Tak disangka, saat ia baru saja akan menekan tombol menuju lantai dimana ruangannya berada, seseorang nekat mendahuluinya. 

Hei, tampaknya ada yang salah di sini..

"Pardon me, Miss. Are you sure with this?

Pemuda itu tak bisa menyembunyikan kebingungannya, masalahnya di sini adalah lift yang sedang dimasuki perempuan ini adalah lift khusus pejabat tinggi di gedung ini. Bagaimana bisa gadis yang tak tahu asal usulnya ini tiba-tiba menyerobot masuk dan.. Baiklah, sebenarnya tak masalah.

"Ya?" 

Perempuan itu menatapnya dengan pandangan seolah 'ada apa? apanya yang salah?'. Erick menghela napas, "lupakan."

Ting

Lift berhenti di lantai ke-14, perempuan itu beranjak keluar. Sebelum tubuh itu hilang ditelan belokan koridor, Erick sempat menerima sebuah pernyataan terima kasih  darinya. Oke, tak ada yang salah bukan?

Erick melanjutkan perjalanannya menuju ke lantai paling atas gedung ini. Hamparan pemandangan di luar sana tampak sangat memukau mata, jika saja Erick mau melihatnya. Tapi ia lebih memilih tenggelam dalam obrolan daringnya dengan perempuan dari keturunan Galgani yang belakangan ini membuatnya banyak tersenyum.

Yara sedang sekolah, tak seperti biasanya, jika perempuan itu hanya di rumah saja, ia pasti akan membombardir ruang obrolan Erick dengan meme temuannya. Walau agak aneh, tapi ga apa-apa. Yang penting Yara bahagia.

"Undangan ulangtahun perusahaan, sesekali lo yang dateng deh."

Baru saja membuka pintu ruangannya, Erick sudah diberi tugas. Memang sekretarisnya itu agak laknat. Erick mendudukkan diri di atas sofa yang turut melengkapi isi ruangan. Tadi sebelum masuk ke sini, dia sudah mampir ke ruangan Papa-nya, tapi ga ada orangnya, jadi dia titipin aja berkasnya sama sekretarisnya.

"Gue sibuk, lo aja."

"Sibuk ngecengin bocah SMA doang, setan! Lo ajak dia juga kaga masalah anjir. Gue mau nemenin bini gue check up ke dokter, nyet!" Arya mendengus lalu kembali fokos pada layar monitor di depannya.

"Ogah, ntar ketemu Tyan, malah diembat, gue yang repot asu!" keluh Erick.

Arya cuma ketawa doang nanggepinnya, "Buruan nikah makannya biar ga rebutan mulu. Tapi itupun kalo Yara-nya mau ye. Kalo gue jadi dia sih udah gue blok lo dari lama. Muka lo kek preman gitu, anjeng!"

"Bangsat emang! Gue tunggakin aja sekalian gaji lo bulan ini," kata Erick lalu pindah ke meja kerjanya.

"Sialan, gini-gini gue lebih tua setahun dari lo njer. Sopan dikit kek! Ini juga ga masuk akal, tau karyawannya lagi banyak kebutuhan, malah gajinya ditunggakin. Boss laknat emang lu, Rick!"

Erick mengendikkan bahu seolah tak peduli, "Tapi lo adek ipar gue, so what?"

Iye, Arya ini suaminya Ayu.


--------------

Di tengah hektiknya Rabu siang ini, Erick lebih memilih melewatkan jam makan siangnya dan melanjutkan mengecek tumpukan dokumen yang sedari pagi datang tak ada habisnya. Makanan setiap harinya sih. 

Tak berselang sepuluh menit, ia dapat mendengar ketukan pintu yang kemudian ia jawab dengan kata 'masuk'. Setelahnya, kemudia masuk sesosok pria dengan setelah jas abu-abunya. Pria yang tampak sudah berumur itu kemudian duduk di sofa yang ada di tengah ruangan. 

"Tidak pergi makan siang, Cucu Terhebatku?"

Erick tak tampak akan menjawab pertanyaanpria tadi, dianggapnya hanya angin lalu pertanyaan pria itu. Ben tersenyum dari tempatnya duduk. Cucunya yang satu itu adalah satu satunya pewaris yang rajin bekerja. Maka bukan menjadi hal yang aneh jika ia akan menurunkan saham bagiannya kepada Erick. 

"Kau harusnya segera menikah, agar aku bisa segera pensiun dari pekerjaanku."

"Menikahlah sendiri jika kau mau," sungut Erick dilanjutkan dengusan tak suka.

Ben tertawa, "Jangan terlalu sibuk bekerja, Fred. Kau akan melewatkan banyak gadis cantik. Aku yakin dengan sedikit usaha saja, akan banyak wanita yang berlari padamu."

Cklek!

Arya masuk dengan laptop di tangan kirinya, pundak kanannya menahan ponselnya yang sedang tersambung di panggilan dan tangan lainnya membawa beberapa paper bag. "Oh, halo, Tuan Ben!" Sapa Arya lalu duduk di mejanya yang ada di sudut ruangan.

"Hei, Bos. Kau ada rapat setengah jam setelah ini. Sekarang makanlah-"

"Tidak!" Erick memotong perkataan Arya.

"Aku bahkan belum selesai bicara," Pria itu mengela napas dan menurunkan laptopnya di meja sebelum menuju ke meja Erick dan menaruh paper bagnya di atas tumpukan laporan, "Bocah itu yang mengirimnya. Dia akan mematahkan kakimu jika kau menyisakan sedikit saja makanan di sana."

Ben yang diam-diam mendengarkan percakapan keduanya kali ini ikut bicara,"Jadi dia sudah punya kekasih?"

Arya berbalik untuk menghadap Ben dan mulai menjawab. "Ya, T-ahhkkk!"

Dengan gerakan yang tiba-tiba, Erick meraih leher Arya dan membekap mulutnya dari belakang. Arya meronta-ronta, Erick lantas mendorongnya. "Diamlah sebelum aku mengutus malaikat maut padamu."

Ben berdiri dan merapikan jasnya, "Baiklah.. Satu kata yang kau ucapkan itu sudah ukup untuk menjawab semuanya, Arya. Terimakasih." Pria itu berjalan menuju ke pintu keluar dengan ketepak sepatu yang menggema di ruangan kebesaran milik Erick itu. Sebelum raganya hilang di balik pintu, Ben meninggalkan  pesan untuk Erick, "Bawa dia ke acara perusahaan besok, aku ingin mengenal perempuan yang bisa menaklukan cucuku. Aku tidak harus turun tangan untuk ini bukan?"


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓]asmaralokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang