2. DUmMY

503 73 12
                                        

┉┈◈◉◈┈┉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

┉┈◈◉◈┈┉

Setelah acara perang mulut dengan Jalu tadi, Yara berniat bolos. Males banget panas-panasan di belakang sekolah. Nanti yang ada dia dekil dan bau acem.

“Mending gue ke warung Teh Mira.” Sembari mengibaskan rambutnya ala bintang iklan, Yara berputar dan berjalan lenggak-lenggok melewati koridor sekolah.

Ya emang rada gelo anaknya, kalo ditanya malu atau ngga, udah pasti jawabannya nggak. Soalnya Yara itu selain kepoan, tukang tidur, bandel, juga sedikit ngga punya malu. Untung masih tertolong dengan otak dan mukanya yang lumayan cantik. Jadi kalau mau ngehujat dia, orang-orang pasti mikir dulu. Apalagi Yara pacarnya mantan waketos.

“Yarasha bukannya tadi ibu suruh ke kebun belakang ya? Mau kemana?”

Shibal banget malah ketemu sama sensei.

Nah loh bahasanya sampe kecampur-campur.

Yara menoleh mendengar suara Bu Helen dari belokan koridor arah ke kamar mandi. Tadi dia niatnya mau cuci tangan sekalian ngaca, eh malah nasib sial ketemu penghukumnya.

“Eh, ini baru mau ke sana, Bu. Tapi kayanya saya halangan, jadi saya lari ke kamar mandi dulu, Bu. Ibu pasti paham deh ya,” ujarnya lalu cengengesan.

Bu Helen memicing tak percaya, “Tapi kamu kesini tadi ga lari.”

“Kok ibu bisa bilang gitu, Bu? Ibu nuduh saya bohong, Bu? Dosa loh, Bu!” cecar Yara.

Wanita paruh baya itu menghela napas kemudian menarik telinga Yara dan menyeretnya menuju ke kebun belakang,“Hufft! Kalo kamu abis lari-lari itu pasti megap-megap. Kamu juga dosa udah bohong ke ibu. Coba kalo ibu lapor ke orangtua kamu, terus kamu didamprat. Mau?”

“EIY! Iya-iya, Bu! Aduh, sakit, Bu! Telinga saya nanti ga estetik lagi bu kalo dijewer begini!” Ceweknya Jalu itu meringis kesakitan karena jeweran maut sang guru.

Selanjutnya, selama setengah jam Yara mencabuti rumput yang telah tumbuh dengan ogah-ogahan. Mukanya sudah kelihatan melas banget. Yara ga suka main tanah, takut ada telur cacing yang ngikut di tangannya terus bisa-bisa nanti meloncat masuk ke mulut terus tumbuh di perutnya. Dia ga mau hamil anak cacing :(

“Bu udah dong, Bu. Saya capek nih, nanti balik sekolah masih harus les juga. Saya pengen istirahat dulu,” keluhnya.

Sejak tadi Bu Helen mengawasinya dari bawah pohon nangka yang rindang sambil berbincang dengan Pak Gugun yang merupakan tukang kebun sekolahnya. Awalnya Pak Gugun ingin membantu Yara, tetapi Ibu Helen yang terhormat melarangnya. Katanya biar jadi bukti cintanya guru ke murid. Beliau bilang juga kalau ini upaya mendisiplinkan murid istimewa macam Yara.

“Nggak usah banyak gaya, Yarasha. Kamu aja di sekolah bolos mulu, pake bilang mau istirahat segala.”

“Tapi itu si neneng udah kelihatan pucet, Bu. Kasian atuh,” ucap Pak Gugun iba.

[✓]asmaralokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang