┉┈◈◉◈┈┉
Archi sedang menonton film kartun di ruang tengah bersama Yara. Teman-temannya yang lain pamit tidur lebih awal karena besok mereka harus keliling kota buat bikin vlog dan lain-lain.Oh iya, Archi dan ketiga temannya adalah anak band. Mereka juga merupakan sekumpulan content creator yang gemar blusukan. Katanya 'Pak Jokowi yang presiden aja mau kotor kotoran, masa kita yang masi muda dan pengangguran malah males malesan?'
“Kak?” panggil Archi.
Yara yang sedang membalas pesan di grup teman somplaknya hanya berdehem tanpa mengalihkan pandangannya dari screen ponsel. Archi mendongak, posisinya yang sedang tiduran di pangkuan Yara membuatnya hanya bisa menatap bagian dagu dan hidung Yara dari sisi bawah.
“Kabar lo sama Mama gimana selama 3 bulan ini?” Yups, sudah selama itu sejak terakhir kali Archi pulang.
“Baik, Mama sempat masuk rumah sakit sih bulan lalu gara-gara darah rendahnya kumat. Tau tuh emak-emak, udah tau punya penyakit gituan masih aja sering bawa kerjaan ke rumah. Gue mau ngabarin elo ga bisa, tulisannya dialihkan terus.”
Mimik wajah Archi mendadak berubah sedih, ia merasa buruk sebagai anak. Archi bangun dari tidurnya kemudian duduk dengan menopangkan lengan pada kakinya.
“Maaf, Kak.” Pemuda itu menunduk dalam. Tentu saja ia sangat kecewa dengan dirinya sendiri yang tidak becus menjaga kedua wanita yang sangat dia sayangi itu. Buat apa banyak uang kalau keluarganya memandangnya buruk?
“Ga apa apa, lagian ga parah. Mama cuma dirawat 4 jam doang. Langsung balik ke kantor lagi malah. Gila kan? Ya iyalah, emak lo!”
Suara sepatu terdengar ke seluruh ruangan dan menggema. Yara menoleh ke arah ruang tamu.
“Oi, Yura-ssi! Masih inget rumah hah?” tanyanya dengan dagu angkuh.
“Diem! Mama baru pulang bukannya disambut apa dipeluk. Hadeh, anak siapa sih lu, Yar?" Tanya Yura kemudian melepas kedua heelsnya dengan cara yang jauh dari kata anggun.
Jadi tahu kan Yara kek berandal gitu nurun dari siapa?
Sambil mencangking sepatu itu di tangan kiri dan membawa tas kerjanya di bahu, Yura melangkah menuju ke kamarnya. Ia berhenti sejenak melihat siluet tubuh yang duduk di samping putrinya.
“Jalu nginep kah?” tanyanya kemudian mendekati kedua anaknya itu. “O' OMO! BOCAH GUE!”
Tak! Tak!
“Awshh! Sakit, Mak! Aduh!” Archi mengaduh melindungi kepalanya dari serangan brutal Yura yang memukulinya dengan tas berlabel Moschino itu.
“BAGUS YA, EMAKNYA MASUK RS MALAH SIBUK NYELEM DI KALI! SONO! GAUSAH PULANG, MINGGAT LAGI!” murka wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓]asmaraloka
Fanfic[FOLLOW SEBELUM MEMBACA AGAR TIDAK KETINGGALAN UPDATE] ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ 🖇 Warning! Banyak kata umpatan- yah biasalah, banyak kata kasar, ada sebut beberapa merk juga- w males mikir dua kali wkwk, plus banyak typo. Mohon kalo nemu typo...