┉┈◈◉◈┈┉
Hari ini di kelas Yara ada pelajaran sejarah yang merupakan bidang lintas minat dari jurusan sebelah. Gurunya lagi di kantor, dan para murid dapet tugas buat bikin ppt selama 2 jam, di jam terakhir mereka akan presentasi.
Doyeon lagi searching materi, sedangkan Umji dan Mina lagi adu argumen buat menentukan model ppt yang bakal mereka pakai. Sisanya, Yara sendiri, bakal jadi moderator sekaligus yang jawab pertanyaan yang mungkin diajukan sama temen temen mereka.
Bcs di antara keempatnya, cuma otak Yara yang masih tertolong.
"Pake yang biru aja, anying!" Paksa Mina.
Umji menggeleng kesal, "Ogah! Kek bocah!"
"Loh, tapi ini tu lucu, monyet!" Kesal Mina menunjuk nunjuk template ppt yang mereka cari di slidesgo.
Yang lagi ngescroll laptop memutar matanya malas, "Lo apa sih yang ga dikatain lucu, Na?"
"Ah berisik! Pake yang biru aja, Umi!" Tekan Mina.
Tak!
Tak!"Shut up, bitj! Suara kalian tuh kaya bledek!" Omel Doyeon yang ikut terkena imbas pertikaian kedua perempuan itu. Jitakan yang dia berikan membuat keduanya meringis dan merapal kata kasar.
Yara sendiri tengah menscroll ponselnya, berusaha membantu kawan priknya mencari materi tanpa banyak omong. Yah, kendati pikirannya tak dapat duduk tenang, Yara mencoba menyembunyikannya.
Beberapa file telah dia dapat, Yara lantas membantu Doyeon merangkai kata kata untuk dimasukkan ke dalam power point -nya. Walau harus menunggu cek cok Mina dan Umji kelar dulu sih.
Seenggaknya tugas itu bisa selesai tepat waktu.
"Sekian, presentasi dari kelompok kami hari ini. Ga buka sesi pertanyaan—" ucapan Yara membuat beberapa siswa yang tadi hampir mengangkat tangan segera menurunkan tangannya dengan wajah kecewa. Bu Supat yang nontonin mereka nge–show off hasil diskusi langsung motong perkataan muridnya itu.
"Loh, sesi pertanyaan itu harus ada, Yara. Lagi pula ini nambah nilai kalian yang mayoritas ga tertolong ini. Haduh, suruh baca materi di rumah aja ga ada yang mau, ibu curiga bukunya kalian pake buat ganjel pintu kalo engga buat bungkus bakmi di pasar."
"Jamnya udah habis, Bu," balas Yara.
Umji sama Doyeon ngecek hp, kurang semenit sih. Emang cerdas si mereka ngambil di jam yang udah mepet.
"Masih ada semenit, ayo ga apa apa, sekalian nunggu bel. Siapa yang mau tanya tadi—"
Kriiing!
Yara tersenyum penuh kemenangan. Ia langsung menutup presentasinya dengan salam dan dihadiahi tepuk tangan dari para hadirin. Mereka turun dari podium kelas lalu terduduk penuh kelegaan.
-
Sesuai rencananya pagi tadi, Yara kali ini melenggang menuju ke kediaman Adiyaksa. Rumah keluarga yang terlihat sekali kesan pintar dan berkelasnya.
Pintunya tinggi dengan dua jela berimbang di kedua sisinya. Cat broken white dengan beberapa aksen emas menjadi cover luar bangunan.
Yara menekan tombol merah dengan tulisan bell di depan gerbang. Menanti dalam kisaran 3 menit, dia melihat Bunda keluar dari rumah dan membukakan akses untuknya.
"Wah, akhirnya Yara berkenan mampir ke gubuknya Jalu."
Yang diajak bicara mencebik mendengar kalimat yang lebih terdengar 'merendah untuk melampaui batas' itu. Kania menggamit lengan perempuan berstatus kekasih anak bungsunya itu dan melangkah masuk ke kawasan teritorialnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[✓]asmaraloka
Fanfic[FOLLOW SEBELUM MEMBACA AGAR TIDAK KETINGGALAN UPDATE] ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ 🖇 Warning! Banyak kata umpatan- yah biasalah, banyak kata kasar, ada sebut beberapa merk juga- w males mikir dua kali wkwk, plus banyak typo. Mohon kalo nemu typo...