5. Angry Lu

331 62 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


┉┈◈◉◈┈┉

“Mama, I'm home!"

Yara yang pulang dari les berseru tak semangat saat memasuki ruang tamu. Rumahnya tampak sepi, yah seperti biasa. Bangunan sebesar ini hanya ditinggali berdua.

Keluarga Yara sebenarnya punya tiga anak. Ada Yara, Dimas— kakaknya, dan Archi— si anak bungsu. Tapi dua-duanya tinggal di luar kota. Dimas yang sedang menempuh pendidikan di ibukota dan adiknya yang— ah entahlah, bocah itu sulit ditebak.

“Haahh, eomma eodisoyo?” Tanyanya entah pada siapa. Ia menjatuhkan diri di atas sofa. Rasanya hari ini melelahkan sekali. Padahal ini semua rutinitas, tapi entahlah, it feels so havier. Kelopak mata itu tertutup sejenak.

“Makan, mandi, istirahat.” Sebuah suara yang tak asing menyapa pendengarannya.

Yara yang malas membuka mata hanya berdehem. Sudahlah, kalo bukan pacarnya siapa lagi? Cowok itu juga sudah dianggap anak sendiri oleh Mama-nya. Bahkan kadang Yara di nomor sekian kan kalau ada ini orang. Entah apa yang salah dengan Mamanya itu.

Tak lama setelah itu, sofa di sebelahnya terasa bergerak. Maka Yara membuka matanya sedikit untuk memastikan.

“Kapan ke sini, kok aku ngga tau, Yang?” tanya Yara.

“Ngga perlu tau.”

Mata Yara menatap aneh ke Jalu. Apa apaan jawaban seperti itu. Tapi karena kondisinya yang lagi bener bener low energy, cewek itu ga protes. Sekarang cewek itu bergerak buat senderan di bahunya Jalu.

“Capek banget," rengeknya.

“Tadi aku suruh apa?” Tanya Jalu, dari nada bicaranya, cowok itu terdengar tegas.

Tegas : marah. Berarti ada yang salah.

“Ayang kenapa?”

“Makan. Aku masak udah dari tadi. Keburu dingin,” tukas pemuda itu kemudian bingkas dan melangkah ke ruang kamar tamu. Kamar itu memang kerap dia gunakan saat menginap.

Alamat kena marah sih, tapi daripada mikirin itu, Yara lebih memilih segera menuju ke meja makan. Masakan pacarnya selalu jadi favoritnya ketika berada di rumah, masalahnya Mama-nya jarang masak. Biasanya kalo ngga order fast food ya beli menu katering.

“Wah, bener sih ini.”

Ia tersenyum melihat menu yang tersaji di meja. Sayur sop, nugget dan sosis sebagai lauk plus nasi putih. Kalo masaknya 'sederhana' begini udah pasti Jalu lagi badmood.

Yara cuma berharap ga ada sianida di dalamnya.

Setelah merapal doa, ia segera menyantap hidangan yang ada. Sopnya udah agak dingin. Ini pasti juga kesengajaan, padahal Jalu tau Yara bakal pulang jam segini. 5.20 keluar les-an, perjalanan plus macet sekitar 30 menit. Kan paling engga jam enam kurang sedikit sampai rumah.

[✓]asmaralokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang