18. Hard

161 35 1
                                    

"Everything reminds me of you."

┉┈◈◉◈┈┉

Mata indah perempuan itu sudah sembap oleh air mata yang tampak enggan berhenti mengucur. Ia sama sekali tak memperhatikan Bu Kartika yang tengah memaparkan materi bab teks eksposisi.

Dia sibuk meratapi kenangan lamanya dengan Jalu. Di ponselnya, Yara punya satu folder khusus yang berisi semua tentang mereka. Mulai dari foto foto, video random, nyanyian Jalu untuknya, puisi puisi yang tak selesai dan masih banyak lagi.

Satu tahun bukan waktu yang singkat untuk mereka lalui bersama. Banyak kilas balik yang selalu menarik untuk diingat lagi. Yara menyayangkan hal itu.

Kenapa di saat terburuk sekalipun, Jalu masih memilih untuk bertahan dengan hubungan ini?

"Mungkin kalo aku jadi kamu, aku udah nyerah sejak awal."

Tapi Jalu, ia sudah mendapat puluhan sayatan— jika saja perilaku Yara bisa digambarkan sebagai luka. Dia terlalu baik, apa sih untungnya? Yara menyeka air matanya dengan kasar.

She hates how Jalu smile even when his heart is truly broken.

She hates the ways Jalu forgive her after big fight.

She hates how he kiss her like they never had a problem.

She hates it all.

-

Tiba tiba saja langit bergemuruh dan hujan gerimis segera mengguyur permukaan bumi dengan derasnya. Yara termangu di depan kelasnya. Dia sendirian, menunggu Jefri datang. Sebelumnya, dia sudah mengusir kedua lebah yang selalu mengganggunya dengan siraman nasihat.

Perempuan itu menoleh saat sebuah jaket jatuh menyelimuti pundaknya. Hangat.

Jefri datang dengan raut lelahnya, pria itu mengulurkan tangan kepadanya, yang langsung disambut baik oleh Yara. Kendati ia telihat ragu sesaat.

"Jangan hujan hujan. Lo sakit ntar berabe."

Yara cuma diam mendengar perkataan Jefri yang lebih mirip omelan. Ia tau, Jefri hanya mencoba membantu temannya. Yang bisa ia lakukan saat ini hanya berusaha tidak menyusahkan Jefri kan?

"Udah makan?" Tanya si adam ketika mereka sampai di sebelah motor ninja hitamnya.

Pemuda itu memblesakkan helm full facenya ke kepalanya sendiri. Ia menanti jawaban Yara.

"Belum kah?" Tanyanya bingung karena Yara hanya melamun, "Oke, anggep aja belum. Sebelum lo les, kan masih ada waktu sejam, jadi mari kita manfaatkan waktu tersebut buat nyari makan dulu. Btw, sorry ya, helmnya cuma satu. Lo ga mau pake jas hujan kan?"

Yara menggeleng, "ribet."

Tanpa basa basi, Jefri menurunkan pancatan belakangnya dan mempersilahkan Yara naik. Ia tak merasa keberatan ketika Yara memilih berpegangan pada bahunya.

Sebelum melaju, lelaki itu sempat mengingatkan, "Kepala lo ditutupin. Jangan sampe kuyup. Gue mau ngebut."

___

Dan di sinilah mereka berdua sekarang, sebuah warung lecep elel. Jefri nggak tau Yara doyan atau engga. Dia ga mau nanggung risiko kalau sampe mereka berdua malah kelamaan di jalan gara gara nyari tempat makan dan kuyup.

Yah walau emang kuyup sih. Apalagi posisinya di depan harus ngelindungin Yara biar ga kena banyak air.

Ya sudah, mau gimana lagi ye kan?

Jefri menyodorkan daftar menu pada Yara yang lagi diem sambil ngeliatin sesuatu di ponselnya.

"Yara mau makan apa?"

"Terserah. Samain aja."

Mendengar itu, Jefri mengangguk paham. Untung samain. Dia berdiri terus nyebutin pesanan ke si penjual, tak lupa dia langsung membayarnya supaya nanti pas balik gausah riweuh antri mau bayar.

Hemat waktu bruh.

Saat Jefri tengah mengurus tagihan makan mereka, Yara mendapat panggilan dari nomer Bunda. Iya Bundanya Jalu.

"Halo, Bunda?"

"Halo. Yara lagi dimana ini?"

"Em.. Lagi nyari makan, Bun. Sama temennya Jalu kok. Tenang aja."

"Ooh, gitu. Ya udah. Kamu nanti ada bimbingan belajar kan?"

"Iya, Bun."

Jujur saja rasanya sedih. Biasanya dia akan diomeli oleh Jalu jika terlambat masuk kelas bimbel. Makannya Jalu lebih suka mengantarnya sendiri daripada membiarkan Yara berangkat bimbel sendiri, karena apa? Pasti belok belok dulu.

"Semangat ya belajarnya. Besok pulang sekolah boleh main ke rumah."

Perempuan itu cuma bisa tersenyum miris sambil mengiyakan pernyataan Bunda. Apa beliau tau kalau Yara berulah lagi? Yara harap semuanya masih bisa dia perbaiki.

Dia berharap, dirinya belum terlambat.

"Sok makan. Habisin ya," ujar Jefri yang datang dengan nampan berisi dua porsi lele goreng lengkap dengan sambal dan lalapan.

Sebelum makan Yara mencuci tangan. Ia diam diam tersenyum saat mencium bau sabun cuci tangan varian apel itu. Baunya adalah varian kesukaan Jalu.

Huhh! Lagi lagi dia harus menahan genangan air mata yang menumpuk di pelupuk.

Jalu, bisa nggak sih 'kita' baik baik aja kaya pasangan lain?

┉┈◈◉◈┈┉

Author's note:

Pendek banget hihi, udah lama ga up. Banyak banyak vomment yuk ♡
Nanti dapet hadiah 🤭🖤

[✓]asmaralokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang