Part 9 - First Day

3.3K 307 3
                                    

Jangan lupa vote dan komen:)
Happy reading^^

-o0o-

"Yeah, pokoknya pas sampe kampus lo jangan aneh-aneh, ntar keliatan mencolok. Jangan sering-sering liat sekeliling kayak lagi nyari mangsa, ntar orang-orang curiga. Santai aja, okay."

Liam kampret!

Bullshit!

Tukang ngibul!

Auri terus memaki lelaki itu dalam hati.
Kata Liam, kalau Auri tidak aneh-aneh dan tidak memindai sekeliling, maka dia tidak akan mencolok.

Nah, sekarang, Auri nggak melakukan dua hal itu, dia cuma berdiri anteng di samping Liam tapi seluruh atensi seakan tersedot padanya, malah beberapa tampak terang-terangan bergosip.

Salah Auri, semuanya salah Auri yang tidak memprediksi kalau Liam akan sepopuler ini. Tentunya, cowok ganteng macam Liam tidak akan menjadi biasa-biasa saja.

Auri mendelik tajam pada cowok itu.

Liam yang dapat merasakan aura menyeramkan di sebelahnya langsung menoleh. "Apa? Apa?" tanyanya setengah nyolot.

"Lo bilang kalau gue diem nggak akan mencolok, tapi ini apaa, hm?" desis Auri di telinga Liam. Tidak mungkin dia berteriak atau nanti semakin menjadi pusat perhatian.

"Yaa mana gue tau, dahlah ke kelas aja ayo," ajak Liam sambil berjalan duluan. Auri mengekor di belakang.

Saat keduanya sedang melangkah, Auri melihat motor yang melaju ke arah mereka. Dia segera menyusul Liam, menggamit lengan cowok itu dan menghentikan langkahnya, membiarkan motor itu melintas di depan mereka duluan.

"Aduh, lo kalau jalan liat-liat samping dong." Auri langsung mengomeli Liam yang berjalan sambil main ponsel. Sementara itu yang diomeli malah nyengir tidak berdosa.

"Jangan gitu lagi!" peringat Auri, seakan sedang memberi petuah pada anak kecil.

"Nggak ah, kan ada lo yang lindungin gue," tanggap Liam sambil mengeluarkan muka tengilnya.

"Hehh!" Sontak Auri berseru protes. "Gue juga nggak selamanya bakal di sisi lo, yaa."

Langkah Liam terhenti, matanya menatap Auri lekat. "Kenapa?"

Auri jadi salah tingkah diperhatikan dengan intens seperti itu. "Yaaa, emang nggak mungkin, kan selamanya gue di deket lo. Gue juga punya impian sendiri yang harus dicapai," jelasnya.

Untuk sekarang impian Auri memang kembali ke badannya, tapi dari diary Stella, dia tahu kalau gadis itu juga punya impian tersendiri. Stella hanya ingin hidup mandiri dan bebas.

Sambil melanjutkan langkahnya, Liam kembali membuka suara. "Memangnya apa impian lo?"

"Yaa, ada dehh."

Auri dan Liam memasuki lift menuju lantai empat gedung fakultas ekonomi. Karena keadaan di dalam lift yang lumayan ramai, mereka memutuskan untuk menghentikan percakapan. Liam harus puas dengan jawaban Auri yang menggantung itu.

Jujur saja mood Liam menurun setelah Auri bilang tidak akan selamanya ada di sisinya. Kenapa Auri harus mengatakan itu disaat dia sudah merasa nyaman dengan keberadaan cewek itu.

Sibuk dengan pemikirannya, Liam sampai tidak sadar kalau mereka sudah ada di depan kelas. Auri yang sedari tadi mengamati Liam langsung menghela napas panjang. Gadis itu menahan lengan Liam saat hendak memasuki kelas.

PLAK!

Tanpa ragu, Auri menggeplak lengan cowok itu, membuat atensi beberapa orang teralih padanya. Tapi Auri tidak peduli.

Something Wrong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang