Holla, sorry baru up:)
Tadinya mau up pagi, cuma udah diburu-buru buat datang ke acara😭Vote ya guys, dukung gw biar semangat nulisnya:) eaakkkkk
Happy reading ^^
-o0o-
Seumur hidupnya, Auri hanya pernah merasa sangat antusias ketika diajak bertualang dan mencoba hal yang menantang bersama ayahnya.
Namun, sejak memasuki tubuh Stella, bertambah lagi momen yang membuatnya antusias. Auri tidak tahu, ternyata rasanya seantusias dan semendebarkan itu ketika dia melihat Liam bangun dari koma. Lelaki itu kini tengah diperiksa dokter.
Tadi, Auri kelepasan memeluk Liam dengan erat saat mendengar suara lirih cowok itu. Posisinya yang agak menindih Liam rupanya malah membuat lelaki itu kesakitan, berakhir dengan rusuhnya Auri memanggil dokter.
Selain tenaga medis, dia juga sudah menghubungi Ethan Dominic, pria paruh baya itu sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit.
“Keadaan pasien sudah stabil, tapi tetap harus banyak beristirahat,” kata dokter sebelum pergi meninggalkan ruangan. Auri berterima kasih sambil membungkuk sopan.
Dia kemudian menatap Liam yang juga sedang menatapnya sambil tersenyum. Melihat senyum itu entah kenapa membuat mata Auri tertutupi selaput bening yang tipis. Sekali berkedip, maka tumpahlah air mata itu.
Sungguh, Auri tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaanya saat ini. Kata bahagia saja tidak cukup, lebih dari itu dia merasa sangat lega dan bersyukur. Dan tanpa bisa ditahan, gadis itu menumpahkan tangisnya, sesenggukan bak anak kecil.
“Loh, kenapa lo nangis? Sini coba,” kata Liam dengan suaranya yang masih agak serak. Cowok itu melambaikan tangannya, mengode Auri untuk mendekat.
“Enggak.”
“Kenapa?”
Auri tetap menggeleng sambil melanjutkan tangisnya.
“Jangan maksa gue buat bangun nyamperin lo, ya!”
“Enggak mau, Liammm ih,” rengek gadis itu.
Liam mengulum bibir, sial, nada merajuk itu terdengar menggemaskan.
“Gue hitung deh sampe tiga. Satu … dua … tiga. Oke, gue bangun aww aduhh ….!” Baru juga bangun sejengkal, tubuhnya kembali terhempas ke ranjang. Liam meringis, merasakan kondisinya masih lemah dan belum bisa banyak bergerak.
“Astaga!! Lo tuh yaa, jangan macem-macem, deh hiksss.” Auri bergegas mendekati Liam, mengecek keadaan laki-laki itu dengan cermat. “Ada yang sakit lagi?” tanyanya masih dengan air mata yang bercucuran.
Bukannya menjawab, Liam justru tersentak melihat wajah Auri dari dekat. Bagaimana bisa muka cewek itu lebam-lebam? Apa yang sudah terjadi?
“Muka lo kenapa babak-belur gini?” Tangan Liam terangkat, mengelus pipi Auri dengan lembut. "Gara-gara gue, ya?"
Nada suara Liam yang terdengar sedih itu membuat dada Auri sesak.
“Maaf, ya.”
Entah apa yang ada di otak Liam, Auri tidak paham kenapa lelaki itu malah bersikap demikian. Dari banyaknya kata, kenapa harus kata maaf? Bisa-bisanya lelaki itu menyesalinya, seakan itu adalah kesalahan yang telah dia perbuat.
Padahal seharusnya yang paling menyesal di sini adalah Auri. Kalau saja dia tahu Liam pantang memakan jamur, kalau saja dia memeriksa makanan Liam dengan cermat, kalau saja dia lebih berhati-hati dan serius pada tugasnya, maka semua ini tidak akan terjadi. Dia tidak akan kecolongan seperti ini dan membahayaka nyawa orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Wrong [END]
General Fiction"Gue bakal selalu lindungin lo." - Auri. "Jadilah pengkhianat, jangan patuhi perintah atasan lo. Kali ini biarin gue yang lindungi lo." - Liam Dominic. -o0o- Auriga sangat menyukai alam. Bahkan gadis itu lebih banyak menghabiskan waktunya di alam be...