Part 16 - Quiet Down

2.2K 189 8
                                    

Vote kemarin kurang bar-bar😭 kirain bisa tembus 100 vote wkwk

Yuk lebih banyak lagi, kasih semangatlah gue nyaa.

Gue yang jomblo dan ga punya ayang ini kudu nyari semangat kemana coba klo bukan ke kalian?🤣 Aseeekkk

Happy reading:)

-o0o-

Ketika bangun tidur pukul enam pagi, Auri tidak ingat bagaimana dirinya berbaring di kasur. Terakhir kali yang Auri tahu, dia tengah duduk di balkon bersama Liam. Auri menjawab pertanyaan cowok itu dan karena tidak kunjung mendapat respon, Auri pun jatuh tertidur.

Tidak mungkin dia berjalan sendiri ke kamar dalam keadaan tidur, kemungkinan besar Liam yang sudah memindahkannya. Memikirkan hal itu, entah kenapa membuat wajah Auri memanas. Walaupun dulu sebagai Auriga, dia cukup sering berinteraksi dengan lawan jenis, tapi tetap saja dia merasa malu pada Liam.

Kenapa pula dia harus ketiduran? Gadis itu berharap tidak melakukan hal aneh-aneh yang bisa menimbulkan aib.

Auri menyingkap tirai yang menutupi jendela kamarnya, membiarkan sinar mentari pagi masuk menyinari seisi ruangan yang gelap. Gadis itu kemudian melakuakan rutinitas paginya, membersihkan tempat tidur dan membasuh muka. Barulah ketika penampilannya enak dipandang, Auri keluar menuju dapur.

Secara refleks, netranya melirik pintu kamar Liam yang masih tertutup rapat. Auri penasaran cowok itu sudah bangun atau belum, tapi dia tidak mau mengetuk jika tanpa alasan jelas. Dia memilih melanjutkan langkahnya menuju dapur.

Ingat, sekarang Auri adalah seorang multiprofesi. Ketika di luar rumah, Auri berprofesi menjadi pengawal Liam sekaligus mata-mata yang harus melaporkan semua aktivitas cowok itu pada Ethan Dominic. Sedangkan jika di dalam rumah, dia tak lebih dari seorang pembantu yang harus memastikan semua kebutuhan Liam tercukupi, termasuk menyiapkan sarapan seperti ini.

“Lo beneran mau bantu nyelesain masalah gue, kan?”

Di tengah kegiatan memasak, Auri dikagetkan dengan suara Liam yang tiba-tiba bergema. Bahkan suara cowok itu lebih dulu sampai daripada wujudnya.

“Anjir,” umpat Auri, memegang dadanya yang masih berdebar karena terkejut. Cewek itu berbalik lantas melotot pada Liam. “Lo mau bikin gue jantungan, hah?”

Tapi, Liam tidak terpengaruh dengan ekspresi Auri yang tampak menyeramkan, bahkan dengan santainya dia menarik lengan cewek itu agar menjauh dari kompor.

“Lo apa-apaan, sih?”

Auri memberontak dengan setengah bingung, ada apa dengan cowok itu? Pagi-pagi begini sudah rusuh, jangan-jangan Liam sedang mengigau.

Dia heran saja, apalagi ketika melihat mata Liam yang tampak serius tapi menyimpan rasa antusias itu. Lantas Auri teringat pertanyaan Liam beberapa saat lalu.

“Iyah, gue serius bakal bantuin lo," jawabnya. “Sekarang lo minggir dulu, gue lagi masak.”

“Itu nggak penting Auri, ada yang lebih penting lagi daripada masak,” seru Liam gemas.

Pagi ini, entah kenapa begitu bangun tidur, Liam seakan mendapat semangat yang begitu besar. Semangat untuk meraih kebebasan yang Auri mau dan yang dirinya mau tentu saja.

Tanpa membersihkan tempat tidurnya, Liam berlari menuju kamar Auri, mengetuk pintu kamar cewek itu berkali-kali. Namun, karena tidak ada tanggapan, Liam kemudian berlari mengelilingi apartemennya, mencari keberadaan gadis itu. Untuk pertama kalinya, Liam merutuk karena memiliki apartment yang luas dan besar.

Hingga tiba di dapur, barulah Liam melihat gadis itu dengan balutan celemek pink yang imut, tampak asyik memasak. Tanpa bisa ditahan, Liam mendekati Auri dan langsung melayangkan pertanyaan. Tapi ternyata kehadirannya yang tiba-tiba itu malah mengagetkan, dia meringis mengingat bagaimana Auri terjingkat kaget tadi.

Something Wrong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang