Part 45 - Not Broken Just Bent

1.1K 84 0
                                    

Up lagii:)

Happy malming gaes

Part ini lumayan panjang, baca pas lagi santai ajaa

Enjoyy^^


Banyak hal yang terjadi semenjak Auriga sadar dari komanya. Ketika pertama kali membuka mata, gadis itu menangis sesenggukan sampai membuat suster dan dokter panik. Mereka mengira Auri tiba-tiba merasa kesakitan, padahal yang dia rasakan adalah kelegaan luar biasa.

Auri hanya tidak percaya bisa kembali ke raganya. Selain itu dia juga menangis karena mengingat semua hal yang telah terjadi. Auri kira memorinya akan direset, tapi nyatanya tidak. Semua detail kejadian kemarin masih amat lekat di kepala.

HIngga hari ini belum ada yang tahu mengenai keadannya, dia melarang dokter untuk memberitahu Ethan Dominic selaku walinya. Benar, semua biaya perawatan Auriga masih ditanggung oleh pria itu. Pria yang bahkan tidak tahu menahu mengenai dirinya.

Dulu ketika berada di tubuh Stella, Auri memang melarang Ethan untuk mencari tahu lebih. Dia hanya meminta pria itu untuk memfasilitasi perawatan Auriga saja. Dan kini Auri bingung apa yang harus dilakukan.

Saat ini dia tengah berada di taman rumah sakit, menikmati langit senja yang menyorot hangat. Banyak pasien lain yang berlalu-lalang, tapi Auri tidak mengenalnya. Beberapa dari mereka ditemani oleh suster ataupun keluarga. Auri agak iri melihatnya.

“Gue kira siapa yang pasang muka ngenes gitu, eh ternyata lo!”

Auri menoleh ke asal suara, mata gadis itu membulat melihat sosok berwajah jutek yang dikenalnya.

“Stella?” Auri berseru, menyebut nama perempuan yang kini sama-sama mengenakan pakaian pasien.

“Hmm.” Tanpa persetujuan, Stella duduk di samping Auri. Baru juga mendudukkan bokongnya, dia sudah diterjang dengan sebuah pelukan erat.

“Gilaa, seneng banget gue ketemu sama lo!”

Stella mengulum bibir, berusaha menyembunyikan senyumnya. Entah kenapa dia senang dengan respon Auri, cewek itu membuat dia merasa dirinya berharga.

“Ekhem, apa sii lebay deh!” Lain di hati lain di mulut, seperti itulah Stella saat ini.

“Yeee bilang aja lo juga seneng kan, gengsi amat!

“Dih, engga! Dah jauh-jauh sana,” kata Stella sambil mendorong jidat Auri dengan telunjuknya.

Auri mendengkus, tapi diam-diam merasa tidak keberatan. Dia cukup senang bisa berinteraksi seperti ini dengan Stella, Auri berharap mereka bisa akrab selalu.

“Gue kira lo udah pulang, loh.”

“Gue tau lo bakal butuh gue, jadinya gue belum pulang,” timpal Stella percaya diri.

“Anjir, narsis juga dia,” gumam Auri pelan. “Tapi emang sih gue butuh bantuan lo.”

“Apa?”

“Lo bicara sama papanya Liam, minta buat cari kontak bunda gue. Nggak mungkin gue sendiri terus di sini, gue juga harus pulang.”

“Kenapa harus gue?” Stella menaikkan sebelah alisnya, akan tetapi sebelum Auri memprotes, perempuan itu lebih dulu melanjutkan. “Lo bisa ngomong langsung, gue temenin. Tapi nggak gratis, lo juga harus temenin gue bicara sama bokap dan si Alea-Alea itu.”

Mendengar nama Alea, sontak saja Auri melotot. “Hah? Lo tau kan, gue sama si Alea-”

“Iya tau, makanya gue ajak lo biar dia minta maaf.”

Something Wrong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang