Part 28 - First Attack

1K 91 0
                                    

Vote yang banyakk yaa
Happy reading:')

“Bos, kami berhasil mendapatkan lokasi Liam,” lapor Matteo pada Adelio di telepon.

“Oh bagus, dimana mereka?”

“Perjalanan menuju Karawang.”

“Kejar, tangkap dan bawa padaku.”

“Siap, Bos!”

-o0o-

Di dalam mobil yang terus melaju, Auri masih berbagi cemilan dengan Liam. Gadis itu mulai kebosanan, entah sudah berapa jam mobil kembali berjalan, yang pasti sejak berhenti di minimarket, Evan tidak menunjukkan tanda-tanda menghentikan roda mobil lagi.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh, sinar matahari menyorot lembut, menembus jendela mobil.

Sejujurnya, Auri tidak masalah dengan semua hal yang berhubungan dengan petualangan, termasuk melakukan perjalanan panjang. Dalam keadaan ini saja, dia masih positif thinking bisa melalui semuanya hingga masalah selesai. Akan tetapi, suasana yang teramat hening di dalam mobil agak mengusik jiwa cerewetnya.

Tidak mudah baginya untuk mencairkan suasana, apalagi setelah melihat wajah Evan dan Liam yang tegang dan kaku seperti kanebo kering.

“Sepuluh menit lagi kita akan berhenti di rumah makan untuk sarapan,” kata Evan, memecah keheningan yang sedari tadi melanda.

“Beneran?” tanya Auri antusias, setidaknya dia bisa menghidu udara di luar mobil, mengisi ulang energinya agar memiliki mood yang bagus.

“Hm.” Evan balas berdehem.

Auri menghembuskan napas lega, Liam yang mendengarnya sampai menoleh. Dia hanya bisa menggeleng, memaklumi Auri yang mungkin masih lapar walaupun sudah mengemil. Wajar saja, mereka memang belum sarapan, sekarang saja sudah terlalu lambat untuk dibilang makan pagi.

Sesuai perkataan Evan, sepuluh menit kemudian mobil mereka berhenti di sebuah rumah makan yang cukup sederhana. Evan sengaja memilih tempat makan yang sepi, menghindari titik-titik keramaian.

“Stella tunggu,” cegah Evan ketika melihat cewek itu hendak turun dari mobil.

“Apa?”

“Bawa ini!” Evan menyodorkan sebuah benda yang membuat mata Auri melotot terkejut. “Buat jaga-jaga, lo jangan lengah, inget tugas lo apa!”

Dengan ragu-ragu, cewek itu menerima sebuah pistol dari tangan Evan. Perkataan pemuda itu seakan menamparnya dengan keras. Benar, Auri harus tetap waspada dan melindungi Liam. Dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada majikannya itu.

Kini mereka sudah ada di dalam rumah makan tersebut, menikmati berbagai menu di meja pojok. Evan menyantap makanan dengan tenang, sedangkan Liam dan Auri justru sebaliknya. Dua orang itu saling mencicipi makanan dengan heboh. Berawal dari Liam yang mencomot lauk dari piring Auri, kemudian Auri membalas dengan hal yang sama.

“Resek amat dah lo!” Menatap Liam dengan garang, Auri menjauhkan piringnya dari jangkauan lelaki itu.

Di mata Liam, alih-alih terlihat galak, Auri malah terlihat menggemaskan ketika menatapnya dengan tajam seperti itu. Ekspresinya mengingatkan Liam pada foto kucing yang dia lihat di instagram, lucu.

“Udah-udah, makan yang tenang,” kata Liam mengakhiri kekonyolan, lelaki itu meletakkan beberapa makanan ke piring Auri.

“Sekarang kita ada dimana, sih?” Auri bertanya bingung.

Something Wrong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang