Hallo😪
Malming nih, yang jomblo malmingan sama Auri dkk aja yaa wkwkwkHappy reading:)
Jangan lupa vote dulu:)-o0o-
Setelah dari ruangan Liam, Auri mampir ke ruangan Auriga untuk menengok tubuhnya. Ini adalah kali kedua dia melihat tubuhnya sendiri terbaring di ranjang. Rasanya masih aneh dan sulit dipercaya. Terkadang Auri berpikir bahwa ia tengah bermimpi, tapi rasa sakit pada bekas-bekas pukulan itu membuatnya tersadar semua ini bukan kebohongan.
Kondisi tubuh Auriga masih sama seperti terakhir kali, alat-alat yang menancap di tubuhnya tidak berkurang pun tidak bertambah, seakan tidak ada perkembangan apapun. Pikiran buruk Auri seketika mengambil alih, bagaimana jika keadaan terus seperti ini? Esok, seminggu, sebulan, setahun, atau berapa lama lagi waktu yang dibutuhkan agar semuanya kembali seperti semula? Apa harapan itu memang nyata?
Tersadar dari lamunan, Auri menggeleng berkali-kali. Tidak-tidak, seorang Auriga pantang untuk bersikap pesimis. Apapun yang terjadi, dia hanya harus berusaha dulu untuk kemudian bisa melihat hasil apa yang dia dapatkan.
Mendekati ranjang, perlahan tangannya terulur menyentuh lengan Auriga. Dalam hati ia berusaha mempercayai bahwa di depannya kini bukan hanya cangkang kosong yang mati, tapi ada sosok Stella di dalamnya dan akan bangun suatu saat nanti. Auri lebih rela tubuhnya ditempati Stella daripada hanya cangkang kosong yang mati dan membusuk.
Auri masih mengamati wajah itu ketika tiba-tiba pandangannya memburam, kepalanya berkunang-kunang, disusul dengan rasa pusing dan lemas. Entah apa yang terjadi, tapi sedetik kemudian, tubuh gadis itu meluruh, jatuh berdebam di lantai yang dingin.
-o0o-
“Hah, datang lagi, lo!”
Suara ketus yang tidak asing itu menyapa gendang telinga Auri, membuatnya terkesiap.
Tunggu, dimana dia?
Menatap sekelilingnya dengan kening berkerut, gadis itu kaget saat dia sadar tengah berada di mana. Percayalah, saat ini dia kembali masuk ke alam bawah sadar Auriga, tempat dia bertemu Stella dan Bot Zero.
Kalimat yang pertama terlontar tadi pun berasal dari sosok Stella yang tersenyum masam. Perempuan itu duduk dengan kaki menyilang di sebuah kursi yang entah dapat dari mana. Bot Zero mengambang di sisinya, layar robot itu menampilkan sebuah emoji senyum. Kalau situasinya lebih baik, Auri pasti memekik karena tampilan robot itu yang menggemaskan. Asal kalian tau saja, Auri juga pecinta robot.
Kebingungan kembali menghiasi raut wajah gadis itu. “Gimana gue bisa ada di sini lagi?”
Akan tetapi, sebelum Stella atau Bot Zero menjawab, Auri lebih dulu berseru heboh. “Oh, jangan-jangan karena gue nyentuh badan Auriga, ya? Terakhir kali juga gitu, gue tiba-tiba aja pusing terus masuk ke sini abis nyentuh tangan Auriga.” Ekspresi Auri berbinar seolah baru saja memecahkan misteri yang rumit.
Stella mendengkus atas reaksi berlebihan gadis di depannya. Sementara itu Bot Zero segera memvalidasi dugaan tersebut.
‘Benar, memang seperti itu satu-satunya cara agar kamu terhubung dengan Stella di sini.’
Auri manggut-manggut.
“Puas lo bikin nama gue makin jelek?” sentak Stella tiba-tiba, Auri berjengit mundur.
Pada pertemuan mereka sebelumnya, Stella memang sinis dan galak. Tapi kala itu, Auri masih bisa mengimbangi dengan candaan dan kekonyolannya. Tapi sekarang tampaknya kesinisan itu meningkat dua kali lipat dan Auri tidak yakin bisa mengatasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Wrong [END]
General Fiction"Gue bakal selalu lindungin lo." - Auri. "Jadilah pengkhianat, jangan patuhi perintah atasan lo. Kali ini biarin gue yang lindungi lo." - Liam Dominic. -o0o- Auriga sangat menyukai alam. Bahkan gadis itu lebih banyak menghabiskan waktunya di alam be...