Part 14 - Make A Deal

2.5K 228 17
                                    

Akhirnya setelah sekian purnama update lagii:)

Kangen ga sih sama gue??😂😂

Mon maap yaa jarang up, diriku sedang menempuh hidup baru:v

Dah kek orng nikah aja😭

Yaah intinya memang lagi ada kesibukan sih heheee

Dah, langsung aja gas bacaa!!
Jan lupa vote dan komen!!!!

Happy reading^^

-o0o-


Satu jam berlalu setelah Auri memutari kota demi mengecoh penguntit. Mereka akhirnya bisa sampai di apartemen dengan selamat. Tapi, itu tidak menjamin kalau mereka sudah bebas. Bisa jadi sebenarnya orang-orang itu sudah mengetahui keberadaan apartemen Liam.

Sejak tiba di apartemen, entah kenapa Liam lebih banyak diam mengunci mulut. Auri sudah berkali-kali memancingnya dengan berbagai bahan obrolan, tapi lelaki itu selalu menjawabnya dengan singkat, padat dan datar.

Auri memasuki kamarnya, lantas mandi dan membersihkan badan. Tidak butuh waktu lama sampai dia selesai dengan kegiatannya. Gadis itu kini memakai pakaian ala rumahan yang lebih nyaman, bukan lagi blouse dan rok pendek yang membuatnya tak bisa berkutik.

Dengan kaos oblong kebesaran, celana training panjang dan rambut yang masih terbungkus handuk, Auri keluar dari kamar. Pas sekali dia langsung disuguhi pemandangan punggung Liam yang sedang duduk di kursi pantry. Gadis itu duduk bergabung dengan Liam.

“Lagi ngapain?”

“Kayak yang lo liat, makan es krim.” Lelaki itu menunjuk sekotak besar es krim di depannya. Tanpa memedulikan keberadaan Auri, Liam dengan tenang menyendok es krim dan memasukannya ke mulut.

Auri meneguk ludah, tampak tergoda dengan es krim itu. Selain menyukai gunung dan traveling, dia juga sangat suka makan es krim. Apalagi jika mood sedang tidak bagus. Tidak bisa menahan lagi, gadis itu akhirnya berdiri mengambil sendok kemudian ikut memakan es krim bersama Liam.

“Heh!” seru Liam karena es krimnya ditarik oleh Auri.

Auri nyengir. “Bagi dong, jangan pelit-pelit.”

“Iyaa, tapi biasa aja kali, nggak usah heboh banget.”

Auri manggut-manggut, gadis itu sudah sibuk menyendok es krim. Liam mengamati cewek di depannya, menggeleng ketika melihat bagaimana raut wajah Auri yang seakan menemukan makanan terlezat sedunia.

“Sesuka itu lo sama es krim?”

“Banget! Gue request ya, kulkas lo penuhin sama es krim.”

“Yeeh, itu sih maunya lo.” Liam mendengkus. “Lo udah nggak sedih lagi, nih?”

“Kapan gue sedih?”

“Habis makan di kantin terus kenalan sama anak-anak akuntansi tadi, lo jadi murung.”

Gerakan tangan Auri melambat, sendok yang masih ada di dalam mulutnya dia gigit kecil. Ah, ternyata Liam cukup peka untuk membaca perasaannya. Atau mungkin … Auri yang terlalu menunjukkan wajah sedihnya? Entah mana yang benar, tapi Auri tidak mau semakin berlarut dalam kesedihan itu.

Menurunkan sendok dari dalam mulut, Auri menatap Liam dengan lekat. “By the way.” Gadis itu tiba-tiba teringat satu hal. “Lo pernah denger nggak berita soal mahasiswa yang hilang di gunung itu?”

Liam membalas tatapan Auri, keningnya mengerut tanda kalau cowok itu sedang berpikir. “Ini yang lo bahas di kantin tadi bukan, sih?”

“Iyah.”

Something Wrong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang