Hallo guys, maaf bngt baru update:(
Ternyata 'secepatnya' versi gue tuh segini huhuuOkey, langsung aja bacaa, happy reading^^
•
•
•
Auri menggigit kukunya gelisah, dia tidak bisa tenang memikirkan Liam. Gadis itu takut Liam berpikiran macam-macam atau larut dalam kesedihannya. Maka setelah berpikir lama, Auri memutuskan untuk keluar dan mengetuk pintu kamar Liam.
Di sinilah keduanya sekarang, di padang rumput yang sebelumnya mereka lintasi untuk menuju rumah Alice.
"Kenapa ke sini?" tanya Liam dengan napas yang berat. Mereka sudah berjalan cukup jauh dari rumah, dan dia mulai kelelahan.
"Pengen liat biri-biri lagi, hehe." Auri nyengir, mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.
Disuguhi raut wajah semenggemaskan itu, Liam hanya bisa terkekeh dan tidak jadi marah. Demi Auri, dia rela diajak jalan jauh-jauh cuma untuk melihat biri-biri. Belum juga pacaran, Liam sudah bucin akut begini.
"Lagian cuaca sore ini bagus, kan? Cocok buat keluar, kalau bisa sih sekalian ngebolang." Auri tertawa, kebiasaannya sebagai Auriga yang suka bertualang masih tidak hilang. Cewek itu paling tidak betah berdiam diri di rumah. Apalagi sekarang dia tengah berada di tempat baru.
"Kalau gitu kita harus keliling sih, gue juga lupa daerah sini soalnya udah lama ga ke rumah nenek." Liam berseru antusias, cowok itu dengan semangat menggandeng tangan Auri dan mengajaknya meneruskan langkah, melupakan rasa lelah yang sebelumnya sempat singgah.
Bagus, dalam hati Auri merasa puas sebab berhasil mengalihkan atensi Liam. Dia tidak mau Liam terpuruk setelah mendengar cerita Alice. Walaupun situasi sekarang buruk, tapi mereka harus bisa bersikap tenang untuk menyelamatkan mental. Tidak salah jika sedikit menikmati suasana. Toh di sini juga aman, tidak ada pengejar yang memburu mereka seperti sebelumnya.
"Menurut lo biri-biri nya udah pulang belum, ya?" Auri bertanya acak. "Kok ga ada, sih?" Gadis itu celingukan, mencari ke sekeliling yang hening. Hanya ada mereka berdua, tidak ada lagi segerombolan biri-biri dan pengembala seperti tadi siang.
"Hm, mungkin."
"Yaahhhh." Pundak Auri terkulai lemas.
Liam yang melihatnya jadi ikutan lemas, lelaki itu segera memikirkan hal lain untuk mengganti keinginan Auri. Tak sengaja ekor matanya melihat pohon apel yang tumbuh besar, dahannya tampak kokoh, akarnya mencuat ke permukaan, daun-daunnya menghijau dan buah-buah apel yang berwarna merah terlihat menyegarkan.
"Kita petik apel aja tuh di sana, mau?" tawar Liam sembari menunjukkan arah.
"Eh, emang boleh?"
"Ga ada tanda larangan, berarti boleh." Liam mengangkat bahunya ringan. Auri tampak ragu sejenak tapi kemudian mengangguk setelah cowok itu kembali meyakinkannya.
Lagipula kata Liam area ini masih berada di wilayah kekuasaan neneknya, malah bisa jadi sebenarnya pohon-pohon itu juga milik Alice.
"Gue aja yang manjat," kata Auri dengan mata berbinar, sontak Liam langsung menggeleng, tidak setuju dengan ide tersebut.
"Masa cewek yang manjat, gue dong harusnya," seru lelaki itu dengan nada tidak terima. Ayolah, dia ingin menunjukkan sisi jantannya di depan Auri.
"Gak, gue ini jago manjat tau. Lagian gue sahabatan sama alam, termasuk pohon ini, dia besti gue hehe."
Deg!
Liam terpaku, rasanya dia tidak asing dengan kalimat itu. Seseorang seperti pernah mengatakan hal serupa, tapi … siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Wrong [END]
General Fiction"Gue bakal selalu lindungin lo." - Auri. "Jadilah pengkhianat, jangan patuhi perintah atasan lo. Kali ini biarin gue yang lindungi lo." - Liam Dominic. -o0o- Auriga sangat menyukai alam. Bahkan gadis itu lebih banyak menghabiskan waktunya di alam be...