Hallo, I'm back:)
Btw makasih banget yaaa udah nemuin cerita gw^^
•
•
•
“Kalau selesai kelas, chat gue ya,” ingat Liam untuk kesekian kalinya. Mereka sudah tiba di kampus, keduanya berjalan bergandengan di sepanjang parkiran menuju lobi fakultas.
Beberapa orang tampak melirik terang-terangan, ekspresi mereka menunjukkan kebingungan sekaligus kaget. Memang belum banyak orang yang tahu mengenai kembalinya Auriga.
Meskipun desas-desus dan suara bisik-bisik tentang dirinya mulai terdengar, Auri tidak peduli dan tetap menggandeng tangan Liam.
“Padahal kita satu fakultas, tapi bodoh banget gue dulu nggak bisa nemuin lo. Andai aja kita ketemu lebih cepat, ya.” Liam bergumam dengan nada penuh penyesalan.
Auri menggeleng tidak setuju. "Memang kemungkinan besar kalau kita ketemu lebih cepat, ceritanya bakal beda. Tapi gue nggak suka berandai-andai, menyesali hal yang nggak gue pilih di masa lalu, soalnya itu cuma buat gue ngerasa sakit. Lebih baik gini aja, cerita pertemuan pertama kita, dan hal-hal yang udah kita alami selama ini juga indah kok buat dikenang. Cukup nikmati aja gimana manisnya penyesalan itu."
Liam tersenyum mendengar pemikiran bijak yang diucapkan ceweknya. "Lo bener, kita cukup nikmati rasanya aja, nggak perlu berandai-andai atas banyak hal." Bertambah lagi satu hal yang membuat Liam kagum pada Auri.
"Ya udah, kita pisah di sini ya. Jangan lupa bekalnya lo makan! Emang kedengerannya lebay, sih, tapi gue nggak mau alergi lo kambuh." Auri sebenarnya merasa terlalu berlebihan. Dia takut Liam malu karena membawa bekal, padahal sudah kuliah dan bukan anak sekolahan lagi.
"Engga, Auri, sama sekali nggak lebay! Pasti bekalnya gue makan kok, gue juga nggak mau sekarat lagi kayak waktu itu. Makasih ya udah selalu perhatian sama gue." Liam mengusap rambut gadis itu dengan sayang. Dia mengerti kekhawatiran Auri, dan sama sekali tidak keberatan jika membawa kotak bekal. Justru Liam sangat tersentuh dan semakin menyayangi Auri.
Setelah berbincang satu-dua hal lagi, mereka pun berpisah di persimpangan. Liam yang menuju deretan kelas jurusan manajemen bisnis, dan Auri yang menuju deretan kelas jurusan akuntansi.
Tiba di ruangan, Auri duduk di bangku bagian belakang. Cewek itu membuka ponsel dan langsung mengetik di grup circle nya, menanyakan keberadaan mereka. Balasan datang dengan cepat, semua teman Auri belum ada yang di kampus sebab hari ini jadwal mereka siang.
Auri menghela nafas panjang, sepertinya jadwal mereka akan sangat berbeda. Dia menatap sekeliling dan lumayan merasa asing, Auri memang tidak memiliki banyak kenalan di angkatan bawah. Dan saat ini dia juga belum mau berkenalan. Entahlah, insiden terakhir membuatnya menjadi selektif dalam memilih teman.
-o0o-
•
•
•
“Gue heran, dah,” kata Kallas, menarik atensi Lessy serta Riyaz. “Si Owie udah pepet Auri segitunya, tapi kenapa Auri nggak peka juga?”
“Hm, kalau menurut gue sih ada dua kemungkinan,” jawab Lessy dengan nada serius. “Pertama, Auri emang beneran nggak peka. Kedua, ….” Cewek itu sengaja menggantung kalimatnya.
“Apa?” seru Riyaz tidak sabar.
“Kedua, Auri diem-diem udah punya ayang.”
Hal itu membuat Kallas dan Riyaz terlonjak kaget, tapi sedetik kemudian mereka tampak mengangguk-angguk, cukup masuk akal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Wrong [END]
General Fiction"Gue bakal selalu lindungin lo." - Auri. "Jadilah pengkhianat, jangan patuhi perintah atasan lo. Kali ini biarin gue yang lindungi lo." - Liam Dominic. -o0o- Auriga sangat menyukai alam. Bahkan gadis itu lebih banyak menghabiskan waktunya di alam be...