Tidak mendapat titik temu dalam pembicaraan kami, Mas Libra memutuskan keluar dari ruangan meninggalkanku. Pria itu mengatakan ingin mendinginkan kepalanya sejenak kepada Mama. Lucunya sebelum pergi meninggalkanku, Mas Libra masih sempat-sempatnya menyuruhku untuk bertobat.
Memang minta dilempar ini orang!
Sepeninggal Mas Libra, Mama langsung buka suara mengajakku bicara.
"Sebenarnya Mama tidak setuju sama keputusanmu, Erika." Mama menyatakan keberatannya kepadaku setelah dari tadi memilih diam tidak ikut campur masalah kami.
Aku memalingkan wajah tak berani memandang Mama. "Aku tidak ingin dia sepertiku, Ma. Hidup di surga lebih baik daripada menderita di dunia ini," ucapku lirih membela diri.
"Mama rasa itu bukan alasan, Erika. Masih banyak cara lain untuk memastikan anakmu bahagia."
"Aku sudah pernah mengalaminya. Rasanya seperti di neraka," selaku getir. Masih jelas di ingatanku bagaimana kejamnya dulu perlakuan Evelyn dan mamanya terhadapku. Karena itu aku tidak ingin anakku mengalami hal yang sama.
"Tapi Libra berbeda, Erika. Dia tidak seperti papamu yang tega menelantarkan anaknya demi membahagiakan orang lain. Libra terlihat jelas menginginkan anak itu."
Aku membenarkan ucapan Mama dalam hati. Masalahnya rumah tangga kami sudah hancur. Tidak tertutup kemungkinan Mas Libra akan menikah dengan Tarisa lalu mulai melupakan anaknya.
Oke lah, taruhlah baru-baru ini Mas Libra akan sepenuh hati menyayangi buah hati kami, tapi begitu Tarisa melahirkan anak mereka sudah pasti lah rasa sayang itu akan berkurang. Apa lagi melihat watak Tarisa, aku yakin dia tidak akan membiarkan anakku merebut perhatian Mas Libra. Ujung-ujungnya anakku akan mengulangi kehidupan yang sama seperti kualami dulu.
"Paling tidak kalau kamu tidak mau merawatnya, biarkan Libra yang merawatnya, Erika." Suara Mama membuyarkan lamunanku. "Jangan rebut hak hidupnya Erika. Itu kejam sekali dan Mama takut kelak kamu menyesalinya. Hidup dalam penyesalan sama sekali gak enak, sayang."
Perkataan Mama sedikit banyaknya membuatku bimbang. Membuatku berpikir benarkah yang kulakukan ini?
"Kalau tidak biarkan Mama yang merawatnya. Mama pastikan anak itu tidak akan mengganggu hidupmu kelak. Cukup lahirkan saja dia ke dunia ini, selanjutnya biar menjadi urusan Mama."
Tawaran Mama terdengar sedikit menarik tapi aku tidak yakin Mas Libra mau melepaskan anaknya begitu saja dengan mudah.
"Bagaimana dengan Mas Libra, Ma?"
"Dia tidak akan berani menentang Mama."
Benarkah itu? tapi menurutku pria itu pasti akan melakukan segala cara demi mendapatkan hak asuh anaknya
"Pikirkan lagi ucapan Mama, Erika. Sebelum Libra tiba keputusanmu harus sudah ada."
"Iya, ma." Saat ini cuma itu satu-satunya jawaban yang bisa kuberikan.
Mama mengangguk paham tidak mendesak ku lagi. Memberi waktu kepadaku untuk berpikir tenang.
Lantas keputusan apa yang harus kuambil?
***
Usianya sudah empat bulan. Perkembangan bayinya baik dan sehat. Jari tangan dan telapak kaki mulai terlihat. Organ-organ tubuhnya juga tumbuh sempurna. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semua baik-baik saja."
Dokter berbicara menjelaskan kondisi janinku di layar monitor. Alih-alih terharu aku malah kaget mengetahui fakta bahwa usia kandungan ku sudah melewati trimester pertama. Itu artinya aku sudah berbadan dua ketika fans Tarisa menyerangku pada saat itu.
Bahkan ketika Mas Libra memperkosa ku pun saat itu aku sudah berbadan dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Pilihan
Storie d'amoreFaktanya, pria lebih menyukai kecantikan dibandingkan kebaikan hati wanita. Erika Syudar sudah mengalaminya sendiri. Terlahir dengan wajah pas-pasan membuatnya selalu gagal dalam percintaan. Terbukti sudah dua kali Erika ditinggal oleh calon suaminy...