ONE

33.8K 3.2K 10
                                    


Di Kekaisaran Fait ada sebuah cerita terkenal yang mendarah daging hingga sekarang, dahulu ketika Kekaisaran Faith baru beberapa tahun terbentuk, seorang putri Kekaisaran bernama Adella, perempuan berambut merah yang angkuh dan kejam. Perempuan itu meminum darah dan memakan daging perempuan perawan untuk awet muda. Putri itu membawa bencana besar untuk Kekaisaran. Kekaisaran diserang rakyat yang merasa tak adil sebab putri Adelle dilindungi dari kejahatannya.

Sampai kemudian, Sang Dewa datang dan menghukum putri Adelle, tetapi konon katanya bagian jiwa putri tersebut masih ada dan akan bereinkarnasi pada generasi berikutnya. Adelle yang lahir dengan rambut merah dan mata biru sejernih air laut, seorang yang dipuja kecantikannya, siapa sangka memiliki sifat buruk yang menjadi mimpi buruk semua orang. Sejak saat itu, setiap kelahiran keluarga Kekaisaran orang-orang selalu waspada dan takut, jika yang lahir itu adalah anak yang memiliki rambut merah.

Sialnya, permaisuri melahirkan aku dengan rupa seperti Adelle itu! Aku, Xavia Alston yang merupakan putri bungsu Kekaisaran harus terpojok di istana terpencil karena cerita konyol itu.

Tak habis di sana. Aku yang seorang putri dalam ramalan buruk tersingkirkan oleh seorang anak pelayan.

Di waktu yang sama ketika aku dilahirkan. Seorang anak lahir dari rahim pelayan. Anak itu lahir dengan ciri-ciri keluarga Kekaisaran pada umumnya yang memiliki rambut pirang dan mata biru yang indah. Berbeda denganku, kaisar yang merupakan ayahku mengumumkan pada semua orang jika anak pelayan itu adalah putri yang dilahirkan oleh permaisuri, permaisuri yang tak ingin malu pun menerima anak itu dan mengabaikanku yang merupakan anak kandungnya. Pelayan tersebut meninggal usai melahirkan putri tersebut.

"Hah, kacau. Di sini pun sama saja," keluhku yang lelah menjalani dua kehidupan dengan nasib yang sama-sama mengenaskan.

"Tuan Putri!" Teriakan itu menyambutku yang tengah melamun. Perempuan berusia dua puluh tujuh tahun, yang sudah merawatku dari bayi hingga sekarang berlari seperti anak kecil dan memelukku. "Selamat ulang tahun yang ke empat belas," bisik Zelene.

Aku tersenyum sekilas kemudian melepas pelukan Zelene. "Terima kasih," balasku.

"Hari ini, kami membuat kue!" Sahutan dari Zee yang membawa kue krim kecil di tangannya disahut tepuk tangan Zelene dan teriakan heboh Marten.

"Selamat ulang tahun, Tuan Putri!"

Kehidupan ini, meskipun tidak terlalu istimewa tetapi aku merasa kehadiran mereka agak berbeda. Kami lahir sebagai seseorang yang tidak diinginkan dan terpaksa diadili. Zelene lahir sebagai seorang penyihir di keluarganya yang akhirnya dia diasingkan. Zelene pun memilih untuk pergi dan menjadi pelayanku. Zelene juga menjadi pelayan di istana kecil ini karena status rendahnya yang hanya putri seorang Baron wilayah timur yang miskin.

Zee adalah adik Zelene yang dua tahun lebih tua dariku. Dia ikut Zelene karena kasih sayangnya terhadap sang kakak katanya. Selain itu juga karena ayah ibu mereka meninggal dan mereka tidak punya tempat tinggal dan pilihan lain.

Sedangkan Marten, dia seorang budak yang memilik ilmu pedang luar biasa tetapi terasingkan di istanaku ini karena statusnya yang hanya seorang budak.

Sistem ini agak bodoh dan sangat diskriminasi. Hanya karena status, yang berbakat justru tersingkir sedangkan orang-orang sampah yang mengandalkan status diterima dan diberi tempat terbaik.

"Kalian membuatkan kue ini, sementara uang untuk pemasukan sedikit," ujarku yang diam menatap kue krim sederhana itu.

Zelene mengusap puncak kepalaku. "Nona, ini adalah tabungan kami selama setahun! Kami ingin sesekali membuat Anda merasakan apa yang seharusnya Anda rasakan sebagai seorang putri."

'Merasakan apa yang seharusnya dirasakan.'

Kalimat Zelene agak menyengat hati. Yah, selama empat belas tahun, jika diingat baru sekarang aku merasakan kue krim di hari ulang tahun. Bahkan sejak kehidupan dulu pun tidak pernah meskipun aku bergelimang harta. Sebab, selain harta tak ada yang menemaniku.

"Hah, kalian ini," keluhku.

"Lebih baik kita makan bersama! Jangan mengeluh! Nikmati saja!" ucap Zee penuh semangat.

Aku hanya diam. Menatap mereka yang tertawa bersama di hadapanku.

Batinku bertanya, 'jika saja aku yang seorang anak terbuang ini tidak memiliki mereka, mungkin aku akan mati sejak awal dilahirkan'

TBC

Hey Ho!
Jan lupa vote komen. Makaseh!

Don't Fall In Love [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang