EIGHT

21.1K 2.8K 12
                                    

"Kau di sini dengan siapa?" tanya Aaron begitu usai memberikan sapu tangannya untuk menghapus air mata anak di depannya.

Anak berambut merah tersebut menerima sapu tangan tersebut saat hendak menghapus air matanya dengan benda pemberian Aaron seseorang datang.

"Nona!"

Gadi kecil itu menoleh ke arah seorang pria yang baru datang menghampiri mereka. Detik tersebut juga Aaron melihat sesuatu yang berbeda dari tangan gadis kecil di hadapannya. Anak itu memiliki tangan yang tak biasa untuk seorang nona. Pakaiannya yang sederhana mungkin masuk akal untuk alasan dia datang ke festival dengan menyamar.

"Apa Anda baik-baik saja?"

"Ya."

Aaron melihat sosok pria dengan rambut hitam legam dan mata biru laut yang tenang. Pria ini adalah ksatria terbaik Kekaisaran yang diturunkan jabatannya karena alasan dia adalah seorang yang berasal dari dunia perbudakan. Marten, tidak ada nama belakang sebab dia adalah seorang budak. Budak dari Kerajaan yang sudah ditaklukkan.

"Sir Marten," panggil Aaron memastikan. Marten menoleh dengan bodohnya, ya, itu refleks seseorang yang dipanggil namanya. Seketika mengonfirmasi kecurigaannya benar. Aaron menatap anak yang baru saja ia berikan sapu tangannya itu. "Jadi dia putri yang 'itu'?"

Wajah Marten tampak berubah kesal. "Dia Yang Mulia Putri Xavia. Bukan itu."

Aaron tertawa sumbang. "Yah, dia memang seorang putri." Aaron berujar sembari mengusap puncak kepala Xavia. Kemudian Aaron pergi dari hadapan Marten yang sebenarnya ingin menepis tangan itu dari puncak kepala Xavia.

***

Xavia duduk pada dahan pohon. Melihat-lihat pedang yang baru saja dikirimkan oleh Sven. Sedang mengagumi bentuk pedang ramping itu, Xavia dikejutkan oleh kehadiran seekor burung elang pengantar pesan milik Jake.

[Hei, bocah Tuan Muda Greysi mencarimu.]

Xavia membalik kertas itu. Menulis sebuah balasan dibaliknya dengan pena dan tinta yang ia bawa di kantong gaunnya.

[Suruh dia menemuiku di pohon bukit belakang. Iya atau tidak sama sekali]

****

"Haha, dasar anak gila. Dia menyuruh seorang penerus keluarga besar datang menemuinya? Bukannya dia yang menemui Tuan Muda. Gila!" Jake berujar sembari tertawa sumbang. Sungguh Jake tidak habis pikir dengan sifat seorang Xan remaja hebat yang ia temui beberapa bulan lalu.

***

"Haha, siapa sangka penerus keluarga hebat menuruti keinginan anak aneh itu."

Sungguh Jake semakin bingung dan hampir gila melihat kegilaan dua anak muda yang sekarang sedang ada di bukit belakang.

Terlihat sosok Xavia dengan pakaian laki-laki. Duduk di dahan pohon dan memperhatikan sosok Aaron yang berdiri di bawah bersama Jake yang sudah memasang wajah cemas.

"Hei, turunlah bocah gila!" maki Jake.

"Baik-baik."

Xavia memasang suara khusunya. Turun dari dahan dengan melompat. Dia sudah ada di hadapan Aaron yang menatapnya diam.

"Ini dia anak itu, Tuan Muda."

"Aku sudah mengatakan padamu bukan?" tanya Aaron menatap Jake.

Seketika Jake sadar dan panik. "Baik-baik, saya pergi!"

"Eh, Hei! Jake!" teriak Xavia panik karena ditinggalkan hanya dengan Aaron saja yang terus menatapnya aneh.

"Kau menempah pedang baru? Pedang apa itu? Kecil."

Itu adalah kalimat datar yang terdengar seperti penghinaan bagi Xavia.

"Anda tidak tahu apa-apa jadi jangan berkomentar."

"Jadi maksudmu kau tahu segalanya?" cibir Aaron.

Xavia menghela napas kasar. Dia menyibak rambut pendek hitam yang jelas adalah rambut palsu itu. Kemudian duduk di atas rerumputan, bersandar pada pohon besar yang ada di bukit belakang markas prajurit bayaran daun hijau.

"Sebenarnya Tuan Muda ke sini hanya untuk mengajak saya berdebat atau karena apa? Jika cuma untuk hal sepele seperti ini saya sibuk, jadi saya tidak bisa lama-lama."

Aaron tertawa sarkas. "Baik, aku ke sini untuk membicarakan pekerjaan?"

"Apa ini perang?" tanya Xavia penuh antusias.

"Tidak."

"Perburuan buronan?"

"Tidak."

"Lalu, apa ini pemberantasan monster di perbatasan?"

"Tidak. Aku ingin hanya kau dari prajurit bayaran ini, bekerja untukku selama satu harian, gajinya lima puluh keping emas."

Xavia tertegun mendengar nominal itu. Setara lima puluh juta. Tapi kalau emasnya dibawa ke dunia modern. Mungkin Xavia tidak perlu mempedulikan hidupnya bagaimana sampai mati sekalipun. Karena kepingan emas itu mungkin seberat setengah ons satu kepingnya. Itu bisa bikin kalian kaya mendadak kalau membawa mereka ke dunia modern.

"Ahaha! Baik-baik! Aku terima."

"Kau tidak mau mendengar apa tugasnya?"

"Apapun itu! Akan aku lakukan!" teriak Xavia penuh semangat. Dalam benaknya sekarang. Ia menginginkan daging panggang lezat. Untung saja sekarang Xavia bebas karena sudah izin dengan  Zelene untuk melakukan tugas dari guru privat. Padahal tidak pernah ada guru privat lagi sejak tahun lalu. Zelene tidak tahu itu, karena jika tahu perempuan itu akan protes kepada kepala pelayan dan berakhir pulang dengan bekas tamparan. Zelene itu selalu tidak pernah membiarkan ketidakadilan menimpa Xavia. Jadi, lebih baik Xavia diam dan menyembunyikan ketidakadilan itu.

"Kalau begitu ikuti aku."

"Ya!"

***

"Bajingan ini, kenapa dia tidak bilang tugasnya harus mengawalnya ke istana putra mahkota?!" gumam Xavia kesal.

'Tapi ini salahku juga yang tergiur jumlah uang tanpa memikirkan yang lain. Bodoh!'

"Yah, ini karena kemiskinan mendadak jadinya aku agak bodoh."

Di depan Aaron terus tertawa kecil mendengar segala gumaman dan keluhan Xavia.

TBC

Don't Fall In Love [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang