Aku keluar dari persembunyian. Setelah menyelinap masuk dan berganti pakaian. Dalam hal menyelinap adalah keahlianku. Apalagi berpura-pura."Zelene! Zee! Tuan Marten! Aku membawa sesuatu untuk ka—"
Aku menghentikan kalimat itu, teriakan ceria yang mengundang perhatian dan tatapan tajam. Pelayan yang menghukumku beberapa hari lalu datang dengan tatapan tajam. Aku diam, kedua tanganku memegang buah. Tentu buah yang kubawa hanya alibi saja.
"Darimana saja Anda? Padahal sedang dalam hukuman, malah kabur." Pelayan itu tampak sangat berlagak berbicara denganku. Tatapnya tajam dan mengintimidasi.
"Hukuman itu, apakah itu kehendak Teresa, Pangeran, Putra mahkota, atau Permaisuri dan Kaisar?" tanyaku dengan wajah dibuat sepolos mungkin.
"Masalah seperti ini tidak perlu melibatkan mereka."
Aku tersenyum sinis. "Jadi, maksudmu karena kamu adalah orang putri Teresa, derajatmu sama dengannya karena itu kau menghukumku tanpa izin mereka?" Kalimat yang hanya untuk memanas-manasi itu berhasil.
Wajah pelayan dan beberapa ksatria yang ada berubah. Aku tersenyum kecil.
"Bukan seperti itu! Kau itu hanyalah putri pelayan rendahan dengan kutukan, tentu kau tidak penting. Tanpa perlu izin pun kami bisa menghukummu dan pelayan rendahan mu itu."
"Begitukah?"
Aku diam. Beberapa ksatria membawa Zelene, Zee, dan Martin yang terluka di beberapa bagian. Itu luka pukulan. Semakin membara hatiku untuk membuat pelayan dan ksatria yang ada di sini dalam masalah.
"Aku harus dihukum seperti apa?" tanyaku.
"Pukulan dua puluh kali," ujar pelayan Teresa.
"Kau gila Grey!" teriak Zelene. "Tuan Putri masih kecil!"
"Kau bilang dia putri? Dia yang seperti ini adalah seorang putri?" Grey yang merupakan pelayan Teresa, namanya baru ku ketahui dari Zelene. Tatapku menatapnya yang tengah memegang jijik rambut merahku.
"Pukul dia!" titah Grey.
Ksatria yang disuruh menarikku dan saat itulah aku dipaksa berdiri dan pasrah menerima hukuman.
"Mulai!" perintah Grey.
Orang-orang itu mulai memukul punggungku brutal. Rasanya sakit sekali, tetapi aku harus tahan. Aku tetap menatap lurus dan tajam ke arah Grey. Aku yang pernah mati dan bosan dengan kehidupan manusia, merasa tak takut mati untuk kedua kalinya.
"Ada apa ini?" Suara yang asing. Terdengar dari arah utara. Itu adalah arah ke istana putra mahkota. Aku diam dengan tubuh sakit. Aku sudah menerima enam belas pukulan. Rasanya seluruh tubuhku hampir patah.
Semua orang memberi hormat. Aku perlahan berbalik sembari menahan sakit, membungkuk hormat untuk sang putra mahkota.
"Kau," ucap putra mahkota itu tercekat. Dia saudara kandungku, tetapi aku bahkan tidak tahu alasannya.
Aku hanya diam menatap mata birunya. Pemuda itu tersentak karena tatapanku yang berani.
"Kenapa kalian di sini?"
Tak mau melewatkan kesempatan. Aku menyambar pertanyaan yang sudah kutunggu-tunggu. "Mereka datang karena ingin menghukum saya yang melakukan kesalahan, Yang Mulia."
Alis pemuda tersebut bertaut. "Kesalahan apa?"
Pelayan Teresa gelagapan. Aku langsung menjawab pertanyaan itu dengan takut-takut. Yah, sebenarnya tidak takut sama sekali.
"Karena saya sudah memasuki taman Putri Teresa yang suci, mereka menghukum saya dan pelayan saya."
"Hah? Tidak ada laporan untuk kesalahan ini. Kenapa kalian bertindak sesuka hati?" tanya sang putra mahkota.
Dua pelayan dan empat ksatria langsung bersujud di hadapan putra mahkota.
"Maaf atas kelancangan kami, Yang Mulia."
"Pergilah menghadap Kaisar, beliau lebih pantas menentukan hukuman untuk tindakan gegabah kalian."
Wajah pelayan dan ksatria pucat pasi. Aku ingin tertawa dalam gelombang ketegangan yang terasa menggelikan itu, tetapi kutahan. Aku menatap mereka yang diam di tempat. Kemudian aku yang berdiri menahan sakit bertemu tatap dengan si putra mahkota.
"Kalian obati lukanya." Putra mahkota, saudara kandungku itu memberikan perintah kepada Zee dan Zelene untuk mengobatiku.
Aku membungkuk memberi hormat kembali. Satu langkah masih bisa tertahan sakitnya. Tetapi, tiba di langkah sepuluh. Entah apa yang terjadi setelah semua pandanganku menggelap. Seolah aku terjatuh ke jurang dalam yang gelap dan menyesakkan. Suara Zelene, Marten, dan Zee terdengar jauh dari pendengaranku, sampai akhirnya suara mereka hilang.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Fall In Love [SELESAI]
Fantasy[BUKAN NOVEL TERJEMAHAN] [YANG PLAGIAT TIATI MUKA PENUH JERAWAT] [KARYA ORISINIL, DARI HALU SAYA SEBELUM TIDUR] [JANGAN JADI SILENT READERS, YA! NANTI BISULAN] C hanyalah seorang agen rahasia tanpa nama, biasa dipanggil dengan sebutan agen C. Peremp...