Pasukan Kekaisaran Faith, Serigala Putih dan Elang Merah sudah berdiri di depan benteng perbatasan. Aku, Xavia seorang ksatria kuat di Ruthenia dengan panggilan Api Ruthenia dari pasukan Naga Merah berdiri di puncak benteng.Tatapku menatap satu-persatu pemimpin pasukan. Tentu pemimpin Serigala Putih adalah Aaron Greisy. Yang kabarnya sekarang sudah menjadi pemimpin keluarga. Kemudian di depan pasukan Elang Merah dua orang berambut pirang dan mata biru yang mirip kecerahannya. Alfred Alston dan Aaric Alston saudara kandungku. Hari ini, akankah aku benar berperang dengan mereka?
"Buka gerbangnya," titahku.
Kemudian langkah jenjang yang aku kerahkan membawaku tiba di depan gerbang benteng. Aku menunggang kuda menghampiri mereka yang berjarak agak jauh dari benteng. Dengan penutup kepala yang membuat mereka sulit mengenali siapa aku yang selama ini hanya mereka kenal sebagai Api Ruthenia.
"Kepada utusan Kekaisaran Faith yang terhormat. Saya, urusan Ruthenia, api Ruthenia ingin mengajukan pertimbangan sebelum pertumpahan darah dimulai. Akankah urusan Faith ingin menerima pertimbangan ini?" Seluruh suara kukerahkan untuk mengucapkan kalimat panjang itu kepada mereka yang berjarak lima meter.
"Pertimbangan seperti apa yang ingin dilakukan? Pengembalian sang putri?" balas Aaron padaku.
Aku tersenyum di balik penutup kepala besi. Kemudian menjawab pertanyaan itu dengan percaya diri.
"Ya! Kalian akan berbicara langsung dengan sang Kaisar!"
Aaron, Aaric, Alfred, ketiganya saling tatap sebelum kemudian Alfred menyetujui ajuanku. Tiga orang dari mereka memasuki benteng. Tetapi ksatria bawahan meminta masuk beberapa untuk penjagaan katanya. Aku mengizinkan hal itu. Toh, bukan masalah besar. Sebenarnya pasukan kami pun disiapkan hanya untuk berjaga-jaga saja di belakang benteng.
***
Di benteng ada sebuah ruangan khusus pemimpin pasukan beristirahat. Di sanalah pertemuan dilakukan hanya dengan Alfred sebagai Putra Mahkota, Marten sebagai kaisar, dan Teresa sebagai korban dan saksi.
Aku tidak masuk. Aku berjaga di luar bersama Aaric dan Aaron. Kami diam berdiri tanpa niat untuk berbicara. Kedua pemuda itu sudah melepaskan penutup kepala mereka. Kecuali aku yang memang tak berminat untuk mengungkapkan identitas sebenarnya.
Pembicaraan di dalam sana cukup lama. Sampai suara Teresa terdengar.
"Kak!" panggil Teresa kepada Aaric. Gadis itu memeluk Aaric erat. Keluarnya Teresa disusul oleh Alfred dan Marten.
Seperti sebuah kode, mata magenta Marten menatapku dengan senyuman aneh.
"Perwakilan saya untuk penyelidikan di Faith, adalah sang api Ruthenia." Marten merangkul bahu kecilku dengan santai.
Kemudian Alfred berkata dengan tenang. "Adik saya, Pangeran kedua Aaric akan mewakili kami."
Aku yang tak paham langsung menarik Marten tanpa ragu. Biarlah dia kaisar, aku tidak peduli. Aku hanya butuh sebuah penjelasan, kenapa dia mengirimku ke Faith.
"Apa maksud Anda?" tanyaku kesal.
Marten tertawa. Dia tak menjawab, tangannya justru bergerak melepas penutup kepalaku.
"Sampai kapan kau akan menghindari mereka. Kau api Merah Ruthenia, sang pemberani."
Aku mendesah kesal. Mengalihkan pandangan karena gerah dengan tatapan Marten.
"Aku benci mereka."
"Tapi aku sudah memberikan perintah."
Aku menghela napas. Menatap Marten dingin. "Kalau begitu apa yang harus aku lakukan dan jelaskan apa yang terjadi di dalam sana."
***
Marten bilang, jika Pendeta Agung palsu itu sudah dihukum mati, tetapi para pengikutnya yang sesat masih ada dan belum ditemukan. Mereka banyak menyamar sebagai orang-orang biasa yang membuat pihak Kekaisaran Faith sulit mendeteksi mereka. Jadi, keributan antar Kekaisaran yang hampir menciptakan perang ini karena pihak ketiga yang ingin keduanya hancur.
Tujuan Pendeta palsu itu menjatuhkan Kekaisaran dengan menjauhkan sang anugerah Tuhan—yaitu aku—adalah untuk menguasai Kekaisaran. Dia mengambil dukungan bangsawan dengan memasukkan para anak bangsawan tak berbakat ke dalam Kekaisaran dan memberikan pekerjaan enak. Kemudian dia juga berkhotbah dengan kalimat asal dan doktrin yang membuatnya banyak didukung. Tetapi, kemunculan Pendeta Agung yang asli menjernihkan pikiran semua orang.
Pembaruan dilakukan di Kekaisaran Faith lima tahun yang lalu. Dan sekarang semua sudah membaik, hanya saja. Masalah antek-antek Pendeta Agung palsu belum selesai. Dan lagi, Alfred yang tak percaya penculikan Teresa karena kelakuan antek-antek itu, akhirnya untuk mendapatkan kepercayaan kedua belah pihak mengirimkan satu orang kepercayaan untuk melakukan penyelidikan dan penumpasan antek-antek Pendeta Agung palsu.
"Jadi, apa riasan ini sudah selesai?! Aku ingin melakukan penyelidikan bukan akan menikah!" bentakku pada pelayan. Siapa yang tidak kesal sejak jam enam pagi hanya duduk dirias sampai tengah hari. Ini gila.
Marten yang duduk tak jauh dariku tertawa. "Nikmati saja. Jadilah anggun sehari ini, Xavia."
"Jika saja Anda bukan Kaisar."
"Jika aku bukan Kaisar? Kau akan apa?"
"Mencincang Anda untuk dijadikan sup," balas Xavia geram.
***
"Maaf, sudah menunggu lama," ucapku sembari menuruni anak tangga dengan gaun panjang yang ringan. Sengaja ku pesan seperti ini agak lebih nyaman saat menghajar orang jika diperlukan.
Semua orang tertegun, kedua saudaraku, dan Aaron sang Grand Duke. Sedang Teresa justru tersenyum senang dan berlari menghampiriku.
"Xa-via?"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Fall In Love [SELESAI]
Viễn tưởng[BUKAN NOVEL TERJEMAHAN] [YANG PLAGIAT TIATI MUKA PENUH JERAWAT] [KARYA ORISINIL, DARI HALU SAYA SEBELUM TIDUR] [JANGAN JADI SILENT READERS, YA! NANTI BISULAN] C hanyalah seorang agen rahasia tanpa nama, biasa dipanggil dengan sebutan agen C. Peremp...