TWELVE

19.3K 2.5K 38
                                    


"Hari ini dia datang ke tempatku," ucap Julius pada istrinya, perempuan dengan rambut cokelat tersebut seketika menoleh. Netra keemasan perempuan tersebut menatap penuh binar.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Celyn——permaisuri Kekaisaran Faith. Sebuah tanya yang tak sabar menanti jawaban.

Julius tersenyum kecut. Dia menghampiri istrinya kemudian mengusap puncak kepalanya.

"Dia baik, dia datang meminta makanan tambahan dan gaun. "

Ucapan tersebut tenang. Tetapi batin Julius teramat kesal. Segala tanya datang dari hatinya. Ke mana semua dana cukup memadai yang dia berikan? Apakah semua itu tidak tersampaikan sampai putrinya datang dengan pakaian lusuh dan tubuh kurus kering? Lantas, semua ucapan Xavia terngiang.

'Roti kering dan sayur layu yang direbus.'

'Pakaian tipis yang tidak bisa menjaganya dari dingin malam hari.'

Sungguh Julius tidak pernah mengharapkan semua ini. Meskipun putrinya memiliki ramalan tak baik.

***

"Anda masih menyayanginya? Dia pembawa petaka!" Pendeta Agung. Orang yang mengambil alih urusan Xavia Alston. Keuangan dan segalanya, pria tua itu yang menginginkan hak tersebut.

"Tapi dia manusia yang layak hidup."

"Apakah pembawa bencana layak hidup? Apa Anda mau dia menghancurkan masa depan? Membiarkan dia hidup akan hanya membawa bencana, Baginda."

"Tapi dia hanya seorang anak kecil Pendeta Agung," balas Remy Greisy——Grand Duke Greisy.

Ruangan kerja kaisar yang hanya ada tiga orang petinggi Kekaisaran. Mereka mendiskusikan tentang keuangan untuk istana Selatan tempat Xavia tinggal.

Pendeta Agung selaku orang yang sudah diberikan kedaulatan untuk memegang tanggung jawab atas 'putri terkutuk' tidak terima atas permintaan putri.

"Dia seorang putri, putri kandung kaisar, keturunan murni. Tetapi, hidupnya lebih buruk dari seorang budak. Meskipun dia putri terkutuk, bisakah memberinya kehidupan yang lebih layak? Walau sedikit."

Pendeta Agung meremas jemarinya. Kesal karena orang-orang yang seharusnya mendukung malah melawannya. Kaisar, yang sejauh ini selalu menuruti keinginannya berubah melawan hanya karena pertemuan pertamanya dengan sang putri terkutuk.

"Baiklah."

"Baginda, mungkin ini sangat lancang. Tapi sebagai orang kepercayaan, bisakah saya meminta sesuatu."

Julius menatap serius ke arah Remy. Pernah sekali saat masalah besar datang di Kekaisaran, Remy menolong Julius sebagai teman dan kaki tangan. Saat itu Julius mengatakan akan mengabulkan keinginan Remy suatu hari nanti, tetapi Remy mengatakan.

'Belum saatnya, Baginda.'

"Bolehkah saya meminta hak atas pengurusan Tuan Putri Xavia?"

"Apa?! Apa yang kau katakan? Permintaan macam apa itu?" Pendeta Agung tampak marah.

Remy kesal sebenarnya, tetapi ia tetap menunduk menanti keputusan Julius dengan tenang. Menyembunyikan kekesalan si tua yang berdiri di sebelah kanannya. Bayangkan, dia Pendeta Agung, tetapi sifatnya jauh dari kata Agung. Tidak tahu kenapa dia diangkat sebagai Pendeta Agung oleh Sang Kuasa.

"Karena sudah berjanji, aku tidak bisa menolak permintaan ini."

"Baginda?" Pendeta Agung tampak kurang terima. Tidak bukan kurang, tetapi tak terima sepenuhnya.

"Maafkan aku, Pendeta Agung." Julius berucap dengan suara rendah. Tatapannya melembut tetapi tegas.

Akhirnya dengan gerakan lamban Pendeta Agung menyerahkan kunci hak atas pengurusan Xavia kepada Remy.

"Terima kasih atas kehormatan yang Anda berikan, Yang Mulia."

"Ya."

"Pekerjaan seperti ini sama sekali tidak terhormat," cibir Pendeta Agung pelan. Tidak dapat terdengar oleh Kaisar memang, tetapi suaranya itu terdengar oleh Remy.

***

"Bayangkan! Dia menghina tugas sebagai pengurus putri sebagai pekerjaan tidak terhormat apakah ada Pendeta Agung seperti dia?! Aku rasa dia itu bukan Pendeta tetapi iblis! Aku rasanya ingin mematahkan leher rapuhnya itu, sungguh Aaron jika kau ada di sana mungkin kau sama emosinya denganku," teriak Remy di tempat kerjanya.

Aaron yang sejak tadi menggerakkan kunci hak pengurusan Xavia menatap ayahnya yang uring-uringan dengan tatapan datar.

"Aku yakin dia itu palsu! Aku yakin! Mungkin yang asli disembunyikan! Tapi apa tujuannya membuat semua sandiwara yang menghancurkan Kekaisaran ini?" celoteh asal-asalan dari mulut Remy membuat Aaron berpikir tentang sebuah kemungkinan. Kalimat Remy mengatakan kemungkinan yang terjadi selama ini.

"Mungkin dia ingin menguasai Kekaisaran."

Celetukan Aaron menghentikan langkah Remy.

"Dia membuat kepercayaan diantara rakyat dengan menyembuhkan penyakit, lalu memasukkan anak-anak bangsawan bodoh ke dalam istana untuk menumpuk dukungan, menekan Kaisar dengan alasan ramalan. Ya, aku rasa itu masuk akal," balas Aaron. Pemuda itu menatap ke arah ayahnya yang tertegun.

"Benar. Itu bisa jadi. Dia selalu bersembunyi dengan wajah ramah yang menyebalkan," balas Remy.

***

Makanan enak, roti lembut yang hangat, sup gurih dan daging panggang yang enak, tersaji di meja makan pagi itu. Xavia tertegun, keinginannya dikabulkan dalam kurun waktu dua hari saja. Istana juga menjadi lebih rapi dan tak terlalu suram.

Pakaian baru yang dikirim dari Kekaisaran cukup bagus dan banyak.

"Apakah dia memang orang baik atau ini caranya untuk membentuk citra baik lagi? Bisa saja 'seorang Kaisar yang berbuat baik kepada putri terkutuk, meskipun tahu masa depan akan hancur. Dia sangat baik.' cih. Pasti begitu," cibir Xavia di meja makan yang dipenuhi makanan enak.

"Anda sangat jahat dengan pemikiran seperti itu, Yang Mulia." Suara tak asing yang berat dan merdu. Dari arah pintu masuk ruang makan, berdiri seorang pemuda dengan rambut perak dan mata keabu-abuan yang sedikit gelap. "Kita bertemu lagi," sapanya dengan ramah.

TBC

Siapa tuh? Pasti tahu lah yaa. Wkwk
Vote komen kuy. Biar semangat, soalnya nggak punya ayang yang nyemangatin, jadi readers pun jadi.

Don't Fall In Love [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang