ELEVEN

19.4K 2.7K 13
                                    


Terngiang-ngiang lagu IVE. Wkwk mohon maaf untuk typo-nya. Koreksi bila berkenan.

Selamat Membaca~

***

"Saya harap Anda tidak melakukannya lagi," ucap Marten pada Xavia yang tengah memetik buat berry.

"Kenapa? Kalau aku tidak jadi prajurit bayaran, makanan kita tidak akan enak."

Marten menggeram. Pemuda itu kesal. Bukan pada Xavia, tetapi pada keputusan kaisar yang mengasingkan putri kandungnya sendiri seperti ini. Kelaparan, kedinginan, pakaian lusuh yang seharusnya tidak harus diterima seorang putri.

"Aku baik-baik saja."

Marten meraih tangan kecil Xavia. Ingatannya terbawa ke pertemuan pertama mereka. Ketika itu Marten melihat Xavia tuan putri terkutuk yang katanya menyeramkan. Padahal, seram pun tidak wajahnya. Xavia manis, tetapi dia memiliki sifat dingin dan tegas. Netral tak memihak. Xavia itu anak kecil ajaib yang jarang bermanja-manja. Gadis kecil itu selalu bersikap dewasa yang tegas, tidak pernah sekalipun terdengar keluhan dari bibirnya tentang keadaan ekonomi istana yang rumit. Bagaimana bisa seorang seperti Xavia ini akan menjadi penyebab kehancuran Kekaisaran?

"Saya akan menggantikan Anda, Yang Mulia. Tetaplah di sini," pinta Marten.

"Tapi kau ksatria Kekaisaran, namamu akan jelek kalau ikut prajurit bayaran," balas Xavia tak mau kalah.

"Kalau begitu saya akan mencari pekerjaan lain untuk kita," putus Marten.

Xavia diam. Dia tidak menjawab apapun. Gadis itu menatap kosong ke arah Berry terakhir yang ia petik.

"Marten, sejauh ini aku adalah anak baik yang penurut bukan?"

"Ya, Yang Mulia."

"Aku tidak pernah mengeluh dan menuntut."

Marten diam tak menanggapi. Sampai Xavia berbalik. Netra biru indah itu bertemu dengan netra hijau emerald milik Marten.

"Aku tidak pernah bertemu ayahku, apakah aku bisa menemuinya?"

Senyuman di wajah Marten mendadak muncul. Pemuda itu dengan semangat menarik tangan Xavia. Keranjang berry yang ada di tangannya langsung digeletakkan di atas tanah begitu saja. Marten mengerti maksud Xavia. Dan inilah yang ia tunggu sejak lama.

***

Kaisar Kekaisaran Faith di meja kerjanya menatap seorang anak dengan rambut merah terang bergelombang dan mata biru seperti air laut yang menghanyutkan. Anak yang tak pernah terlihat matanya sejak lahir di dunia. Pakaian lusuh yang bahkan lebih buruk dari seorang pelayan. Membuat sebuah desiran aneh menyekat napas dan menyakiti hatinya. Netra biru gadis tersebut jelas memancarkan sesuatu yang tak berperasaan.

"Saya Xavia Alston memberi salam kepada cahaya Kekaisaran," sapa anak itu.

Julius Alston, seorang ayah yang bahkan pertama kali mendengar nama putrinya sendiri. Genggamannya pada pena mengerat.

"Ada apa?" Suara dingin keluar dari mulut Julius.

"Saya hanya meminta hak saya, meskipun saya hanya seorang putri pelayan."

Julius menatap Xavia semakin dingin. Suaranya memberat.

"Kau selalu mendapatkan hak mu. Makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan."

"Ya, tapi saya ingin makanan saya bukan roti keras gosong dari dapur dan sayur layu yang direbus, saya ingin makan roti panggang yang lezat dan sup yang hangat, saya memang mendapatkan pakaian, tapi bisakah saya mendapatkan pakaian yang lebih tebal? Saya selalu kedinginan saat malam tiba, untuk saya dan pelayan saya, kemudian saya juga tidak ingin seorang guru yang menggunakan kekerasan dengan alasan untuk kebaikan saya."

Julius terdiam. Tak ada tanggapan. Mata biru pria itu hanya menatap lurus ke arah Xavia yang menatapnya juga. Tidak ada ketakutan di wajah dan netra biru yang indah itu.

"Selama ini ...." Kalimat tersebut terhenti, tidak, lebih tepatnya suara itu semakin sayu di dengar oleh Xavia. "Aku akan mengabulkan permintaanmu."

"Baiklah, terima kasih, Ayah."

Xavia memberi salam perpisahan. Dia memulai langkah untuk keluar, tetapi langkah cerianya tercekat.

"Jangan panggil aku seperti itu! Aku membenci panggilan itu darimu," tutur Julius.

Xavia berbalik. Wajahnya penuh tanya. "Maksud Anda apa, Ayah?"

"Itu! Jangan memanggilku seperti itu!" bentak Julius.

Xavia tersentak. Teriakan keras tersebut membuat jantungnya berdetak kencang. "Baik."

TBC

Don't Fall In Love [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang