Sesungguhnya Xavia masih tidak menyangka dengan apa yang terjadi di keluarga Kekaisaran. Usai pertemuan mereka setelah sekian tahun untuk pertama kali. Keluarga Kekaisaran berubah sikap. Bisa diakui sebagai keluarga yang peduli padanya yang terlantar selama ini.
"Kau makan yang banyak. Cepat pulih." Aaric memakai jubah hitamnya. Dia meninggalkan keranjang berisikan makanan enak dari istana tempatnya tinggal.
Begitulah setiap saat Aaric, Alfred, Teresa, bahkan kaisar dan permaisuri menemuinya diam-diam. Menyelinap seperti seorang pencuri. Mereka menjaga diri dari pendeta Agung. Menjaga diri dan Xavia juga pastinya. Jika orang tua itu tahu keluarga Kekaisaran mendatangi Xavia. Bisa dijamin sesuatu yang buruk akan terjadi. Ambisi pendeta agung untuk menguasai Kekaisaran begitu kentara. Tapi tidak ada yang bisa menyingkirkan dirinya. Kenapa? Karena semua orang percaya, dia adalah sang pelindung, meskipun dia itu palsu, entah kekuatan dari mana yang ada pada dirinya.
Kekuatan itu cukup membantu. Jadi, jika dia palsu pun, harus menemukan yang asli untuk menggantikan posisi sebenarnya. Pelindung sebenarnya tidak akan berusaha menghancurkan seperti orang tua itu sekarang ini. Pendeta agung itu benar-benar gila dan sangat menakutkan. Obsesinya bisa membuat bulu kuduk merinding.
Xavia menatap bulan purnama di atas awan gelap. Cantik, terlihat terang diantara malam. Tetapi, sesaat kemudian cahaya itu meremang karena awan kelabu yang menghalangi datangnya cahaya.
"Yang Mulia, Anda sudah tidur?" Suara lembut Zee membuat Xavia semangat bukan main. Sebab Zee pasti datang dengan hal-hal yang dibutuhkan Xavia.
"Belum."
Xavia berlari membuka pintu. Kemudian mendapati Zee dengan beberapa gulungan kertas. Itu bukan gulungan surat atau apapun. Tetapi, setiap gulungan memiliki isi berupa serbuk sihir. Ini adalah temuan terbaru tentang sihir. Serbuk sihir bisa membuat seseorang yang terlempar serbuk akan terkena sihir tertentu. Dan yang menebar serbuk, akan menjadi seperti orang yang punya sihir. Begitulah.
***
Xavia duduk diantara kedua kakak laki-lakinya. Di hadapan Xavia ada kedua orang tuanya yang sedang menikmati santapan siang. Teresa yang ada di sebelah Alfred juga sedang menikmati makanan yang sama. Acara makan siang hari ini adalah hasil dari perdebatan Grand Duke Greisy dan pendeta Agung yang membenci pertemuan keluarga Kekaisaran dengan Xavia. Tetapi, pemenangnya adalah Grand Duke, sehingga mereka bisa di sini.
Makan siang berjalan dengan lancar. Semua sajian sudah disingkirkan. Sekarang semuanya duduk diam menatap satu sama lain. Menanti seseorang yang membuka suara.
"Em, saya ingin mengatakan sesuatu."
Semua orang seketika duduk tegak. Menatap Xavia antusias. Mendadak dilihat seperti itu, ada getaran di hati Xavia. Sesuatu yang tak pernah terjadi. Ditatapnya empat manik biru dan satu manik emerald yang indah. Tatapan keluarga yang selama ini tertuju ke arah Xavia selama sebulan lebih masa pemulihan. Dipikirkan lagi, jika saat itu Xavia tidak keracunan mungkin mereka tidak akan seperti ini bukan? Tidak akan ada alasan mereka menemui seorang anak terkutuk.
"Saya ingin meminta janji Baginda Kaisar dan Baginda Permaisuri, beberapa waktu lalu."
"Ya, silakan katakan apa yang kau mau?" tanya Julius dengan sangat antusias.
Xavia berdiri. Ia menyerahkan sebuah gulungan kertas. Surat pemutusan kekeluargaan.
"Apa ini?" Julius berubah menjadi dingin. Menyorot putrinya yang duduk dengan wajah tenang.
"Surat pemutusan kekeluargaan. Dari kuil suci. Saya meminta tanda tangan Anda untuk menyetujui jika saya bukan anggota keluarga ini."
Semua orang menatap Xavia terkejut. Ada sebuah awan kesedihan di setiap mata indah keluarganya.
"Kenapa?" Celyn bertanya dengan suara bergetar.
Xavia menghela napas. Wajahnya masih tenang tanpa merasa simpati atas tatapan keluarganya. Tidak ada getaran apapun.
"Saya hanya seorang anak pelayan, saya anak terkutuk reinkarnasi seorang penghancur Kekaisaran. Saya tidak layak di sini sebagai anggota keluarga. Selama belasan tahun kalian membiarkan saya hidup tanpa arti, untuk apa? Jadi, sekarang saya ingin pergi."
"Kami tidak pernah menganggapmu seperti itu!" Suara Julius meninggi.
Sadar dengan bentakan keras itu Julius langsung terdiam, dengan wajah gelagapan. "Maafkan aku."
"Anda tidak bersalah. Ini adalah keharusan hidup saya."
Tangan mungil Xavia meraih kantung merah yang ada di ikat pinggang gaunnya. Kemudian, satu gerakan merata ia menabur bubuk sihir pengendali.
"Tanda tangani, Baginda." Titah Xavia.
Langsung sihir itu bekerja. Meskipun wajah Julius tampak berusaha menahan gerakannya untuk tidak memegang pena yang diberikan Xavia. Begitu juga Celyn, dan anak-anaknya yang berusaha mencegah.
"Baiklah." Xavia menatap kertas yang sudah dibubuhi tanda tangan resmi kaisar. "Saya tidak mengerti, kenapa saya yang seorang anak tak diinginkan masih hidup. Padahal saya menderita, akan lebih baik saya hadir yang tak diharapkan langsung dihilangkan saja saya saya lahir. Maaf jika ini kasar, tetapi saya rasa dibunuh sejak lahir lebih baik daripada disiksa selama belasan tahun," tutur Xavia sembari menggulung surat resmi tersebut.
"Remy!" teriak Julius yang hampir terbebas dari sihir. Serbuk sihir memang ampuh tetapi memiliki waktu penggunaan. Xavia cepat-cepat berlari keluar. Meninggalkan ruangan itu, sebelum semuanya menjadi sangat tidak memungkinkan untuk kabur.
***
Xavia menatap Zelene yang menangis, begitu juga Zee. "Jaga diri kalian," tutur Xavia sembari menepuk lengan kakak beradik itu. Kemudian pandangan Xavia teralihkan pada Marten. Pemuda itu akan ikut dengan Xavia, pergi dari Kekaisaran ini.
"Akan lebih baik jika kalian ikut juga," ucap Xavia pada dua pelayannya.
"Kami tidak bisa meninggalkan tempat tersimpannya banyak kenangan keluarga kami, Yang Mulia. Kami sudah bersumpah."
"Baiklah. Aku akan pergi, sebelum mereka tahu."
"Anda tidak ingin memberitahu kami ingin kemana? Agar kami bisa mengirimi surat untuk Anda nanti." Zee merengek sejak tadi ingin tahu ke mana tujuan Xavia.
"Lebih baik kau tahu sedikit, karena itu akan menyelamatkanmu."
Setelahnya Xavia menghilang. Tentu dengan kekuatan serbuk sihir. Begitu juga Marten. Pemuda yang mengetahui rahasianya sebagai seorang ahli pedang. Syukur Marten ikut, jika tidak, Xavia agak takut dengan kepercayaan Marten. Sungguh.
'Ya, aku bisa mengawasi gerakannya.'
TBC
Vote komen ya, udah mulai letoy nih saya:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Fall In Love [SELESAI]
Fantasy[BUKAN NOVEL TERJEMAHAN] [YANG PLAGIAT TIATI MUKA PENUH JERAWAT] [KARYA ORISINIL, DARI HALU SAYA SEBELUM TIDUR] [JANGAN JADI SILENT READERS, YA! NANTI BISULAN] C hanyalah seorang agen rahasia tanpa nama, biasa dipanggil dengan sebutan agen C. Peremp...