TWO

27.4K 2.9K 6
                                    

Kue krim yang enak itu mahal. Xavia tidak tahu pasti bagaimana mereka bisa mengumpulkan uang untuk mendapatkan itu, sedangkan anggaran untuk istana Selatan yang kecil ini hanya dua puluh keping perak sebulan. Perak, bukan emas. Rasanya Xavia ingin memaki semua keluarga kerajaan yang menelantarkan dirinya.

Bahkan, gaun baru saja tidak bisa terbeli, untuk makan mereka hanya mengandalkan makanan yang hampir memburuk.

"Kehidupan ini bahkan lebih buruk dari kehidupan mana pun!" maki Xavia yang kini diam di kamarnya. Tengah malam yang dingin, ia tak bisa tidur, angin dingin menyengat kulitnya, piama dan selimut yang tipis tak cukup untuk melindungi dirinya dari suhu dingin.

Seekor burung pengantar pesan. Burung merpati. Bertengger di teras kamar Xavia dengan surat di kakinya. Xavia tersenyum. Dia berjalan cepat menuju teras dan mengambil surat tersebut.

[Mari kita mulai, kau diterima.]

"Yaey!" seru Xavia yang melompat kegirangan kala menerima surat tersebut.

Anak remaja tersebut segera memasuki kamarnya, mengikat rambut panjang bergelombangnya, dan mengikat dadanya yang sudah sedikit tumbuh. Kemudian, mengganti piama dengan pakaian khusus yang ia sembunyikan dari Zelene, Zee, dan Marten.

"Sekarang aku persis seperti seorang laki-laki, 'kan?"

Xavia siap dengan tanto di tangannya. Tanto itu adalah hasil taruhan beberapa waktu lalu. Gadis itu langsung menuruni balkon dengan mudahnya. Dia mendarat mulus di atas tanah, kemudian mengendap-endap keluar dari kamar.

Sudah dua tahun terakhir Xavia keluar dari istana beberapa kali saat malam. Gadis itu berkeliaran dengan penyamaran sebagai seorang pemuda biasa yang berkeliling mencari kenalan.

***

"Hei, Pak tua!" teriak Xavia begitu ia bertemu dengan seorang pria tua tinggi besar yang sedang memanggang roti di belakang tokonya.

"Hei, Nak! Kemana saja kau?! Mau roti dan kopi?"

"Tidak, tidak. Aku sedang buru-buru," bisik Xavia dengan kedipan kecil.

"Kenapa?"

"Aku akan menghasilkan uang mulai sekarang! Dan aku tidak perlu menerima roti gratis darimu lagi!" teriak Xavia penuh semangat sembari menjauh dari toko roti Garven, meninggalkan pria tua tersebut dengan senyuman kecilnya.

Xavia keluar sebagai seorang laki-laki, dengan rambutnya yang diubah warna hitam dengan bantuan getah tumbuhan. Untunglah ia adalah mata-mata terbaik saat dulu. Jadi, semua hal bisa berjalan lulus soal menyamar dan kabur.

"Kau datang?" Jake nama pria berambut cokelat di hadapan Xavia. Tubuhnya besar dan wajahnya garang. Tak hanya Jake yang menatap hadir Xavia, yang lain juga. Orang-orang di ruangan itu, ruangan sederhana dengan aroma bir yang menyengat, ruang berdinding kayu sederhana. Merupakan tongkrongan prajurit bayaran.

"Dia anak barunya? Jake, kau tidak bercanda, 'kan?"

"Apa? Dia ini sangat luar biasa," balas Jake penuh keyakinan.

"Buktinya?"

"Ini." Jake menunjuk luka di bawah matanya. Tepat pada tulang pipi terdapat luka gores. "Dia yang menciptakan ini dari kecepatannya yang luar biasa," imbuh Jake.

"Kau serius?"

"Ya, mungkin kita punya kekuatan, tapi anak ini selain kuat dia juga cepat. Cocok untuk misi kita."

"Dia hanya membawa Tanto?" Suara orang di sudut ruangan mengagetkan semuanya.

"Wajar saja, tangan kurusnya mana mungkin bisa memegang pedang." Yang lain ikut menghina.

Xavia menghela napas. Satu detik, seperti punya kekuatan teleportasi Xavia mendekati orang yang barusan membuka suara dan menarik pedang pria itu dari sarungnya yang tergantung di pinggang kiri pria tersebut. Tanpa ada wajah kesusahan Xavia mengangkat pedang yang ia rebut itu.

"Bukan tak punya kekuatan, tetapi tak punya uang. Nanti, saat aku punya uang juga aku akan membeli pedang bagus. Jangan remehkan aku," balas Xavia yang kemudian duduk di salah satu tempat di ruangan itu dengan wajah tenang.

Jake datang membawa air putih ke hadapan Xavia. "Besok kita akan memulai perjalanan."

Xavia agak panik. Besok ia akan pergi berperang, tetapi bagaimana dengan keadaan istana nantinya? Alasan apa yang harus diberikannya?

'Aku harus memikirkan ini hingga besok. Dan harus menemukan solusinya. Argh! Menyebankan!'

TBC

Kan kan, candu ngetik ini. Yang satu terabaikan:)
Jan lupa vote komen ges



Don't Fall In Love [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang