[8] HUIT

295 21 0
                                    

Renata menatap sekitarnya dengan napas yang terputus-putus. Di hadapannya ada hutan yang cukup lebat, tanpa banyak pikir, dia kembali berlari dan memasuki hutan itu.

Merasa sudah tidak memiliki kekuatan lagi untuk berlari, Renata jatuh terduduk di dekat batang pohon yang menjulang tinggi.

Napasnya benar-benar terdengar jelas, memejamkan mata sambil berusaha mengatur napas. Air mata keluar dari sela pinggir mata indahnya yang masih tertutup.

Renata kembali berharap, ini semua hanyalah mimpi buruk untuknya. Berharap saat dia membuka matanya, terbangun di kamar miliknya yang dulu.

Perasaan rindu memenuhi dirinya.

Setelah napasnya kembali normal, Renata membuka mata dengan perlahan. Kembali menatap sekitar yang dipenuhi pepohonan. Pandangannya jatuh pada langit yang mulai menggelap.

Renata tidak punya keberanian untuk keluar dari hutan, dan tidak punya keberanian juga untuk bermalam di hutan tersebut. Jika sudah malam, hutan itu pasti akan sangat gelap.

Otak cerdas nya berusaha berpikir, sampai ada suara seorang perempuan. Dengan kaku, Renata menolehkan kepalanya dan terlihat dua orang perempuan yang menatap dirinya.

"Kau tersesat?" tanya salah satu dari mereka setelah mendekati Renata. Dengan pelan, perempuan itu menganggukkan kepala.

"Perkenalkan, namaku Cheng Xiao. Siapa namamu?" Cheng Xiao mengulurkan tangannya. Dengan pelan, Renata menerima uluran tangannya dan berdiri dengan benar.

"Namaku... Roulan." Renata sengaja agar tidak ada siapapun yang mengetahui nama aslinya.

"Ayo, kita harus cepat pergi dari hutan ini. Hari sudah semakin gelap. Kau bisa menginap di rumah kami." Renata hanya terdiam dan mengikuti dua perempuan itu berjalan. Matanya menatap sekitar tajam.

Sampai akhirnya sampai di rumah berukuran sedang, Renata langsung masuk dan duduk di ruang tengah.

Wu Xuanyi, nama satu perempuan yang lainnya itu membawakan Re-Roulan secangkir teh hangat. Menerimanya sambil tersenyum, dia akan meminta tolong pada kedua perempuan itu.



























































































































"SIAL!" Melvin bersuara di tengah keheningan ruangan yang terdapat semua teman-temannya. Mereka sudah berkumpul, terkecuali Ken.

"Bagaimana bisa?" tanya Aiden dengan tenang, tapi menyimpan amarah yang besar.

"Dia melarikan diri saat kami berada dalam perjalanan pulang dan, juga seks." jelas Aldric yang juga sebenarnya merasa marah, apalagi kepalanya terhias perban.

"Aku yakin dia masih berada di sekitar sana." ucap Liam yang terlihat berpikir.

"Kita harus mencarinya sampai dapat." ucap Aiden dengan datar.


























































































Renata menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang memikirkan kejadian beberapa jam yang lalu. Saat-saat dirinya melarikan diri dari Aldric.

Selama berada di restoran, Renata bersikap sangat penurut dan tenang.

SIX HOMMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang