[18] DIX-HUIT

195 21 1
                                    

Liam menatap punggung Renata yang membelakangi nya. Setelah beberapa kali mencapai puncak, akhirnya selesai sudah kegiatan tersebut.

Aiden sudah kembali ke kamar dan menatap Liam yang terlihat menatap perempuan mereka.

Mendekati Renata, Liam ingin melihat apakah perempuan itu tertidur atau tidak. Jawabannya adalah tidak.

Renata menatap ke depan dengan airmata yang mengalir tanpa suara tangisan. Kembali merasakan tubuhnya sakit dan juga hati yang semakin remuk.

Kembali berpikir, apa dia akan terus seperti ini? Hidup hanya sebagai pemuas nafsu. Tidak dihargai apalagi dihormati.

Renata merasakan bagaimana tangan Liam mengelus rambutnya dengan lembut. Sampai pendengaran nya mendengar suara Adriel yang berbicara dengan Aiden.

"Sepertinya aku harus berbicara hal penting pada mu." ucap Adriel menggunakan Bahasa Korea. Aiden menganggukkan kepala lalu mereka keluar kamar.

Sampai di ruang tengah, dua laki-laki itu duduk di sofa.

"Aku lupa membicarakan soal Cherish yang mengenal Michelle." Aiden menatap Adriel dengan tenang.

"Michelle bisa kembali pada kita berkat Cherish. Saat itu, pertemuan pertama ku dengan Cherish, ternyata mereka juga memiliki janji bertemu."

"Apakah keputusan membawa Michelle kemarin, tidak apa-apa?" Aiden merasa jika Adriel sedikit khawatir. Tentu saja, keluarga Lee dan Zhong yang akan segera bersatu lewat pernikahan itu berasal dari keluarga yang sama-sama kuat.

Aiden mengerti jika Adriel khawatir Cherish ikut campur dan berakhir Michelle kembali lepas dari mereka.

Aiden juga tahu jika keluarga Zhong itu bukan keluarga sembarangan. Sama seperti keluarga Lee dari pasangan Melvin atau Amber Lee. Ayah Melvin dan Adriel tidak mungkin menjodohkan putra-putra mereka dengan orang biasa. Mereka harus setara dan itu mutlak di keluarga besar Lee sejak dulu.




































































Sekitar pukul lima sore, Renata duduk di kursi taman rumah dengan Gigi di gendongannya. Dengan tangan terus mengelus lembut bulu Gigi dan pandangan mata menatap ke depan dengan kosong.

Pakaian yang digunakan sangat tertutup dan tanpa riasan wajah. Rambutnya yang mulai memanjang tersisir rapih. Tetap terlihat cantik, bagaimanapun Renata memang secantik dan semanis itu. Orang-orang pun akan mengakui hal tersebut.

Angin membelai wajahnya dengan lembut, hingga rambutnya bergerak mengikuti arah angin.

Menghembuskan napas dengan berat, Renata menatap Gigi yang terlihat nyaman di gendongannya. Tersenyum tipis, Renata merasa gemas dengan Gigi yang terlihat lucu.

Dengan jahil, Renata mengganggu Gigi hingga anak kucing tersebut bersuara dan membuka mata. Gigi menatap Renata dan kembali bersuara.

"Ayo bermain." ucap Renata sambil semakin mengganggu Gigi yang kembali memejamkan mata setelah mencari tempat yang nyaman dalam gendong Renata.

"Gigi... apakah menurutmu aku ini pantas hidup seperti sekarang?" Gigi kembali bersuara dan kini duduk di samping Renata.

"Gigi, jika aku pergi sangat jauh tanpa kamu, apa kamu marah?" kali ini Gigi menggerakkan tangannya untuk memberikan sedikit cakaran.

"Oh... marah, ya?" Renata menundukkan wajahnya dan melihat jari telunjuk nya yang terluka. Tidak parah, tapi tetap terasa sedikit perih.

Setelah mencakar Renata, Gigi pergi dan masuk ke dalam rumah sendiri. Sebenarnya juga hal itu bukan hanya sekali terjadi. Terkadang, Renata sering bertanya pada Gigi tentang hal tersebut yang berakhir dia mendapatkan cakaran.

SIX HOMMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang