Malam itu, bulan sangat bersinar. Renata yang sedang menidurkan putranya terus menatap bulan dari jendela yang masih dibiarkan terbuka di kamarnya.
Bulan yang sangat bersinar itu menghinoptis si cantik yang seperti tidak bisa memalingkan wajah darinya.
Lama menatap bulan, kini Renata menundukkan kepala dan menatap sang putra yang ternyata sudah tertidur. Berjalan menuju box bayi yang ada di kamar itu, Renata menidurkan putranya dengan perlahan. Lalu kini menatap wajah putranya dengan lamat.
Sampai suara pintu terbuka membuatnya menolehkan kepala dan menatap siapa yang masuk ke dalam kamar.
Alrez langsung menutup dan mengunci pintu lalu mendekati box bayi. Pria itu ikut menatap wajah putranya.
Sudah enam bulan sejak kelahiran bayi itu, wajahnya sangat mirip dengannya saat bayi. Semakin menunjukkan jika anak itu adalah anak kandung dari Alrez bersama Renata.
Di hasil tes DNA pun tertulis jelas jika anak itu adalah anak kandung pria bermarga Na. Renata yang mengetahui itu setelah membaca hasil tes DNA yang Aiden tinggalkan di kamarnya tidak berekspresi apapun. Karena siapapun ayahnya, Abel adalah putranya yang berhasil ia lahirkan.
Renata senang sekali saat memberikan nama untuk sang putra.
Abel Kharel Na.
Abel yang berarti napas kehidupan dalam Bahasa Prancis, mulai anak itu lahir. Sang putra adalah napas kehidupannya. Lalu, Kharel yang berarti pria yang kuat dan maskulin, juga dalam Bahasa Prancis. Sedangkan Na, itu adalah marga dari Alrez.
Putraku, Abel. Napas kehidupan ku yang baru. Mama berharap kamu bisa menjadi manusia hebat di masa depan. Tetaplah rendah hati dan selalu memanusiakan manusia.
Renata akan selalu berdoa untuk kebaikan sang anak. Ia hanya memiliki putranya sebagai alasan untuk bahagia. Tidak apa-apa jika ia tidak bisa bebas, asal ia bisa selalu bersama anaknya. Renata merasa itu sudah cukup.
Menaikkan pandangan, Alrez kini menatap wajah Renata yang masih asik menatap wajah anak mereka. Lalu bergerak dan memeluk perempuan itu dari belakang. Menaruh kepalanya di bahu sempit si cantik, tangan Alrez bergerak mengelus pinggang ramping Renata.
"Putra kita mirip sekali dengan ku. Kau akan terus melihat ku di diri Abel. Bahkan jika kau tidak ingin." tersenyum tipis saat mendengar itu, Renata setuju dengan ucapan dari pria yang sedang memeluknya dari belakang.
"Apa kau lupa sesuatu? Abel juga putra ku. Tentu aku juga ada di diri Abel. Napas kehidupan ku, sebagian dari diriku. Putraku tersayang dan aku akan selalu menyayanginya." Alrez tersenyum samar lalu mencium bahu Renata berkali-kali hingga perempuan itu hampir melenguh.
"Aku ingin mengajak mu menemui ibu ku di Seoul. Aku ingin ibu ku mengetahui jika aku sudah memiliki anak yang berusia tidak jauh dari usia putrinya Adriel." ucap Alrez setelah menghentikan ciumannya di bahu si cantik.
Kembali mengingat orang-orang yang peduli padanya, Renata ingin tahu bagaimana keadaan Cherish.
"Putri ..., siapa namanya?" tanya Renata bertepatan dengan Alrez yang melepaskan pelukan dan menarik Renata lembut menuju balkon kamar. Lalu kembali memeluk si cantik dari belakang.
"Reverie Lee." Renata langsung membayangkan wajah bayi tersebut. Pasti sangat cantik seperti Cherish.
"Nama yang indah dan sangat cocok untuknya. Reverie ..., putri dari Cherish." ucap Renata pelan.
"Dan Adriel." ucap Alrez yang mendengar ucapan si cantik.
"Reverie dan Abel hanya berbeda sepuluh hari." ucap Alrez lagi dan bergerak untuk membalikkan tubuh Renata hingga mereka berhadapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIX HOMMES
أدب الهواةRenata namanya, seorang gadis berumur 18 tahun yang duduk di kelas 12 SMA. Mendapat kejutan yang tidak pernah disangka. Seorang pria dewasa yang Renata panggil Papa berucap, "Kamu memang bukan anak kandung Mama dan Papa, Rena. Dulu, Papa diam-diam m...