[35] TRENTE CINQ

142 23 2
                                    

Sore hari yang terasa dingin, karena memang sudah memasuki musim dingin di Perancis. Renata ditemani Bibi Ju dan seorang supir sedang berada di sekitar Menara Eiffel. Memakai mantel dan sarung tangan, Renata menikmati sore yang terasa menyenangkan.

Duduk di kursi yang tersedia, Renata menunggu Bibi Ju yang sedang membeli minuman hangat dan roti.

Menikmati suasana yang sedikit berisik, tapi tidak membuatnya terganggu. Tatapan mata perempuan hamil itu menatap seorang laki-laki yang sangat ia kenal.

"Harel?" gumam Renata lalu bangkit dari duduknya dan mendekati dengan perlahan. Seketika, mimpinya yang ingin membangun keluarga bersama Harel membuat hatinya bergetar. Perasaan sakit kembali muncul saat menyadari bahwa mimpi itu tidak akan bisa menjadi nyata.

Semakin dekat, Renata bisa melihat Harel yang sedang menggenggam tangan seorang perempuan. Tangan yang dulu sering menggandeng tangannya, kini menggandeng tangan perempuan lain.

Menghentikan langkah, Renata berniat ingin kembali ke tempatnya dan pulang ke rumah. Renata tidak sanggup melihat Harel bersama perempuan lain. Namun, ada satu pertanyaan dalam dirinya. Apakah dia masih menjadi kekasih Harel?

Mata Renata sudah berkaca-kaca dan dia mendengar Bibi Ju memanggilnya. Membalikkan tubuh, Renata menundukkan kepala sambil mulai melangkah. Sampai sebuah panggilan lain terdengar, membuatnya menolehkan kepala ke belakang dan melihat Harel yang sedang menatapnya.

Harel terlihat melepaskan genggaman tangan pada Grace, lalu mendekati Renata yang masih membelakangi nya.

"Rena, ini kamu?! Rena?" Harel terlihat sangat senang hingga kedua matanya ikut berkaca-kaca. Menyentuh bahu Renata, tatapan Harel jatuh pada perut perempuan itu. Air matanya tidak bisa ditahan, Harel langsung kembali menatap mata Renata.

Suasana terasa canggung, Harel menjauhkan tangannya dan menghapus air matanya yang menetes dengan cepat. Memberikan senyuman, Renata menahan tangis. Senyuman Harel terasa menyakitkan.

"Kamu apa kabar?" Harel kembali bersuara. Renata menatap Bibi Ju yang mengawasi.

"A-aku baik, kamu gimana?" suara Renata terdengar pelan.

Setelah mengucapkan tersebut, Grace mendekati Harel dan memeluk lengan laki-laki itu. Grace menatap Renata dari ujung kepala hingga kaki. Lalu tersenyum manis.

"Hi, aku Grace." Grace mengulurkan tangan kanannya pada Renata. Sedangkan perempuan hamil itu, menatap kedekatan antara Harel dan perempuan yang baru ia ketahui bernama Grace.

"Renata." Renata membalas uluran tangan Grace dan memberikan senyuman tipis.

"Sepertinya kalian dekat. Apakah kalian sahabat?" Grace terlihat penasaran. Renata tidak tahu harus menjawab apa.

"Lebih dari sahabat. Dulu, kami lebih dari dekat." Harel menjawab sambil menatap tepat ke mata Renata yang juga menatapnya.

"Ya, apapun itu. Kau sekarang sudah menjadi suamiku. Jangan dekat-dekat dengan wanita lain." tatapan mereka terputus saat Renata langsung menatap Grace.

Pantas saja Harel tidak bilang pada Grace jika ia adalah kekasih-atau mantan kekasih laki-laki itu secara langsung.

"Rena, maaf. Aku udah berusaha nolak perjodohan, tapi aku gagal. Sampai saat ini, aku masih sayang sama kamu." Renata menundukkan kepala. Grace hanya memperhatikan tanpa mengerti apa yang Harel katakan.

"Maaf, Harel. Tapi sekarang kamu harus lebih prioritaskan istri kamu. A-aku udah bahagia sama hidupku. Aku harap kamu juga. Aku harus pulang."

Aku juga Harel. Aku pikir, aku udah gak sayang sama kamu. Nyatanya perasaan ini masih ada.

SIX HOMMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang