Five

172 25 17
                                    


Yejun dan Fuma masih diam dalam keterkejutan. Fuma menunduk untuk mengambil kertas tersebut. Teksturnya masih bagus,tapi pinggiran kertasnya sudah menguning. Tulisan dengan tinta merah dibelakangnya terlihat jelas dari bagian depan. Ya,warnanya tembus sampai bagian depan.

Kalau dilihat,isinya memang normal. Tapi semuanya asing bagi mereka. Yejun meletakkan tumpukan kertas tadi pada tempatnya semula.

"Kak,itu maksudnya apaan?" Tanya Yejun bingung.

"Gue juga gak tau. Tapi,mending kita simpen aja siapa tau nanti kita butuh. Nanti kita omongin sama yang lain." Ucap Fuma. Yejun hanya menjawab dengan anggukan,karena ia pikir apa yang Fuma katakan ada benarnya juga.

Fuma melipat kertas itu dan menyimpannya didalam kantung celananya. Kemudian mereka berdua kembali menjalankan pekerjaan seperti semula.

Mari kita beralih pada para lelaki yang sedang berusaha untuk memindahkan lemari yang ada diujung ruangan. Disini ada Nicholas,K,Gaku,Hayate,EJ,dan juga Junwon. Mereka mendorong dan menarik lemari itu bersama-sama. Karena sungguh,lemari itu seperti sudah paten ada disana. Hanya untuk menggesernya saja butuh enam orang,itupun mereka masih kesulitan.

"Sumpah ini lemari berat banget." Keluh Hayate.

"Iya,padahal isinya udah dikeluarin." Jawab Gaku.

"Iya ih,kayak ada yang nahan. Ini kaki lemarinya paten kelantai jangan-jangan." Ucap EJ.

"Kalau emang paten,mana mungkin kita disuruh geser ini lemari tolol?!" Jawab Nicholas tidak santai.

"Ya mana tau guru-guru pada gak tau kak. Kan mayoritas guru disini guru baru." Ucap Junwon.

"Tau darimana kalau guru disini mayoritas guru baru?" Ucap Hayate heran.

Junwon tersenyum simpul mendengar itu. Dia mengangguk singkat sebelum menjawab dengan santai.

"Kakak gue kan pernah sekolah disini,dulu waktu masih SD juga gue pernah kesini,jadi gue tau lah kalau gurunya udah banyak yang ganti." Jawabnya santai.

Kalimat yang dilontarkan oleh Junwon terdengar masuk akal ditelinga kelima temannya.

"Mending sekarang kita lanjutin aja mindahin nih lemari yang beratnya kayak dosa Nicholas." Ucap K santai.

"Sekata-kata lo kak." Jawab Nicholas dengan wajah datar khas miliknya,yang mengundang tawa kelima temannya itu.

Mereka melanjutkan untuk menggeser lemari tersebut. Sungguh,ketika mereka berkata lemari itu seolah tertancap dilantai,itu bukan sekedar gurauan. Karena kenyataannya memang seberat dan sesulit itu.

Lemari tersebut bergeser sedikit demi sedikit kearah kanan. Melihat itu mereka semakin bersemangat. Mereka terus berusaha menggeser lemari tersebut,sampai sebuah suara patahan kayu menginterupsi mereka. Mereka berhenti sejenak,menoleh kekanan dan kekiri mencari asal dari suara itu. Mereka saling tatap dan mengernyit bingung. Tapi tidak lama setelahnya mereka memilih abai.

Mereka lanjut menggeser lemari tersebut,yang entah mengapa jadi lebih mudah untuk digeser. Setelah berhasil,mereka menghela nafas lega. Tapi berbeda dengan Nicholas yang berdiri mematung. Kebetulan dia bagian mendorong bersama EJ dan Hayate. Dia melihat kesamping kanan tubuhnya. Dia kira disana mungkin hanya bagian dinding dengan warna cat berbeda,karena lemari yang sulit digeser tidak memungkinkan tukang untuk mengecatnya. Tapi,dia justru melihat sebuah pintu berwarna coklat dengan gagang keemasan yang mulai berkarat. Dan jangan lupakan,noda merah yang sudah kering pada gagang pintu tersebut.

Hayate dan EJ yang kebetulan berdiri disamping Nicholas ikut mematung. Dan hal itu membuat teman-temannya yang lain ikut penasaran. Mereka menghampiri ketiga temannya yang terdiam. Itu membuat mereka tau kenapa lemari tersebut sulit untuk digeser. Ternyata,kedua lemari dan pitu tersebut terhubung oleh sebuah balok kayu dan rantai diantara keduanya. Dan suara patahan yang tadi mereka dengar,adalah suara balok tersebut yang terlepas dari rantainya.











For(got)end | &AuditionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang