Twenty One

63 13 20
                                    

Singkat cerita, satu bulan berlalu sejak mereka mengadakan rapat dadakan, yang membuat mereka tahu kalau mereka masuk ke dalam kutukan. Sampai hari ini, masih belum ada kejadian aneh apapun. Entahlah, mereka harus bersyukur atau ini pertanda kalau mereka harus lebih waspada.

Gaku sudah masuk sekolah seperti biasa. Ia kebetulan hanya di rawat selama seminggu. Beruntungnya ia cepat di bawa ke rumah sakit. Karena jika telat sedikit saja, mungkin nyawanya sudah melayang.

Tinggal Taki yang masih belum menunjukan tanda-tanda akan siuman. Kondisinya tetap sama dan tidak menunjukan perubahan apapun.

Saat ini mereka berada di ruang OSIS. Mereka melakukan kegiatan seperti siswa normal lainnya. Lebih tepatnya, mereka berusaha untuk bisa menjadi siswa normal pada umumnya. Mereka tidak bisa lalai begitu saja.

Tidak bisa di pungkiri jika mereka tetap di selimuti rasa was-was. Walau bagaimana pun, pembawa pesan sudah mengungkapkan kalau sudah ada lima korban. Dan jika korban ke enam sudah di eksekusi, maka mereka harus berhadapan dengan pelaku utama pada persembahan terakhir.

"Yum!" Teriak Fuma dari bangkunya dan mengundang atensi para manusia yang ada di ruangan tersebut.

Yuma yang sedang sibuk mengerjakan tugasnya itupun menoleh. Ia mengerjap pelan untuk menanggapi panggilan Fuma barusan. Merasa jengah dengan Yuma yang hanya mengerjap, Nicholas menyenghol bahunya.

"Eh iya kak ada apa?" Tanya nya.

Fuma berjalan mendekat dan duduk pada meja paling depan. Gak sopan banget, padahal ada K yang duduk di kursi pada meja tersebut. Tapi siapa peduli, Fuma malah bersedekap dada.

"Mau sampai kapan kita kayak gini? Apa gak ada petunjuk lain?" Lirihnya.

"Gue takut Yum, kita semua takut." Lanjutnya.

"Maaf kak, tapi sejauh ini masih belum ada petunjuk apapun." Jawabnya yang membuat bahu mereka lemas.

Semakin hari, semakin besar pula rasa takut itu menumpuk pada diri mereka. Tidak satupun di antara mereka yang tahu, apa yang akan terjadi nantinya. Entah di akhir nereka akan selamat, atau mereka harus berakhir kehilangan nyawa. Bahkan tiga orang yang terhubung dengan angkatan terdahulu pun tidak tahu apa yang akan menimpa mereka nanti.

Lamunan mereka pecah saat seseorang mengetuk pintu ruangan. Sosok mantan ketua OSIS berdiri tegap didepan pintu ruangan.

"Maaf ganggu, gue boleh masuk gak?" Tanya pria dengan rambut coklat tersebut.

"Silahkan kak." Jawab Yuma.

Sosok lelaki tinggi itu memasuki ruangan dengan percaya diri. Ia mendekat ke arah Nicholas yang duduk di samping Yuma.

"Ada perlu apa kak Wonhyuk dateng ke sini?" Tanya Gaku.

"Enggak ada apa-apa, cuma pengen lihat aja keadaan kalian. Beberapa bulan belakangan kalian udah ngadepi masalah yang dateng bertubi-tubi. Gue cuma khawatir sama kalian." Jawabnya tenang.

"Makasih kak Wonhyuk udah mikirin tentang kita kita. Emang sih keadaan kita lagi gak baik-baik aja, tapi kayak yang kakak lihat, kita masih berusaha untuk terlihat normal." Jelas Yuma.

"Syukur deh kalo kalian udah membaik. Jangan terlalu larut dalam kesedihan." Ucapnya lagi.

"Iya kak siap." Jawab Yuma dengan senyum manis di wajahnya.

"Eh ngomong-ngomong kalian lagi pada ngapain nih? Gue gak ganggu kan ya?" Ringisnya yang merasa tak enak.

"Enggak kok, gak ganggu sama sekali. Kebetulan kita lagi pada menggabut aja sih." Kali ini K yang menjawab.

For(got)end | &AuditionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang