H-6
Sesuai kesepakatan, Junwon dan EJ akhirnya memilih untuk memberitahu teman-teman mereka tentang situasi yang sedang mereka hadapi. Reaksi mereka bermacam-macam. Ada yang terkejut, tidak percaya, bahkan yang biasa saja pun ada.
"Jadi, kita abis ini mau ngapain ? Nunggu ajal menjemput ?" Tanya Hikaru di tengah keheningan. Jangan lupakan eksresinya yang seperti tidak menanggung dosa.
Seluruh mata menatap ke arahnya, kecuali Nicholas yang sedang tidur. Pemuda dengan wajah galak tersebut mengatakan kalau semalam ia begadang, padahal setiap hari juga hobinya tidur terus.
"Omongan gue salah ya ?" Tanya Hikaru sekali lagi sambil berkedip polos.
Hayate yang duduk disampingnya merasa gemas, iya, gemas pengen nampol. Alhasil pemuda itu hanya mampu mengelus dadanya untuk bersabar melihat kerandoman Hikaru.
"Gak salah kok Ru, cuman ya gak nunggu ajal juga bahasanya." Ucap Gaku yang merasa tertekan.
Mari kuta beralih pada bangku yang ada dipojok belakang ruangan. Yejun menatap Jo dengan tatapan heran karena pemuda tinggi itu melamun sambil menyandarkan kepalanya pada dinding.
"Lo kok diem doang sih kak ? Sakit ya ?" Tanya Yejun sambil menyenggol Jo yang hanya diam sedari tadi.
Jo ? Kaget lah anaknya, ia kan termasuk golongan jantung lemah alias kagetan.
"Kenapa Jun ?" Tanya Jo.
"Lo yang kenapa ?! Daritadi diem mulu, dikira pasrah, gak taunya malah lagi ngelamun." Kesal Yejun.
"Eh maaf, lagi banyak pikiran aja." Jelas Jo dengan wajah pias.
"Jangan kebanyakan ngelamun kak, gak baik." Jo hanya mengangguk menanggapi ucapan Yejun tersebut.
Kembali pada keadaan ruangan yang masih kurang kondusif. Siapa sih yang bisa tetap tenang disaat tau bahwa maut mengancam kapanpun.
"Harua di RSJ, Taki masih belum sadar. Sekarang kita harus gimana?" Tanya Fuma yang masih berusaha tetap tenang.
"Kita berdua dikasih denah sekolah sama pak Jeonghan." Ucap Junwon sambil menempelkan gulungan kertas tersebut pada papan tulis.
Mereka melihatnya dengan seksama. Tak ada sahutan apapun.
"Bentar deh, di depan gedung ruang guru bukannya perpustakaan ya, kenapa di denah itu malah lapangan voli ?" Tanya Gaku.
***
Lelaki dewasa itu berdiri didepan ruang guru sambil bersedekap dada. Ia pandangi muridnya dengan tatapan jengah. Sejak beberapa menit yang lalu, anak itu tetap berdiam diri. Akhirnya ia memulai pembicaraan yang ia sendiri pun tidak tahu akan membicarakan apa.
"Jadi kamu mau bicara apa K ?" Tanya guru pria tersebut.
"Saya boleh minta denah sekolah delapan tahun lalu sekaligus yang terbaru gak pak ?" Bukannya menjawab, K malah balik bertanya putus asa.
"Denah lama yang asli hilang sejak pembangunan pertama. Kalau yang baru, dipajang di perpustakaan." Jelasnya.
"Hilang pak ?"
"Iya, hilang. Lagipula untuk apa kamu minta denah lama ?" Tanya guru tersebut.
"Saya cuma mau memastikan sesuatu pak."
Guru laki-laki tersebut mengangguk faham. Sadar tidak mendapatkan apa yang ia inginkan, K memilih untuk berpamitan. Baru beberapa langkah ia beranjak dari sana, suara sang guru menginterupsi nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
For(got)end | &Audition
Fanfiction"Kalian adalah pintu" WARNING!! Ageswitch Harsh word #1 in Hayate #1 in Harua #1 in andaudition #1 in EJ #1 in Yejun #1 in Yuma #1 in Key #1 in Jo #1 in Junwon #1 in Maki