Twenty Six

29 5 0
                                    

Suasana pasar malam yang penuh hiruk pikuk orang berlalu lalang sambil menikmati waktu luang tersebut berubah seketika. Saat ini yang ada hanyalah suara sirine polisi dan langkah kaki para petugas medisserta tim penyelamatan. Sesaat setelah bianglala tersebut ambruk, polisi mulai berdatangan bersama ambulan dan tim penyelamatan.

Setelah para korban di evakuasi, keluarga mereka mulai berdatangan dengan raut panik yang sangat kentara, tak berbeda jauh dari Hikaru dan Gaku saat ini. Nicholas sedang di introgasi oleh polisi, dia satu-satunya orang yang dalam keadaan tenang sehingga bisa menjawab pertanyaan dengan baik.

Tidak ada yang mengira jika kemalangan ini akan terjadi. Langit tak nampak mendung atau menunjukan tanda bahaya.

Beberapa saat yang lalu tim SAR sudah berhasil menyelesaikan tugasnya. Beruntungnya reruntuhan bianglala tersebut tidak memakan korban. Korban paling parah hanya mengalami luka berat hingga tubuhnya bermandikan darah, serta patah tulang pada beberapa bagian tubuhnya. Tidak yakin apakah kedua kakinya masih berfungsi setelah ini.

Sayang sekali, korban dengan luka terparah itu adalah Jo. Entah hal apa yang membuatnya hingga mengalami semua kemalangan tersebut. Mereka hanya berniat untuk menghabiskan malam selasa mereka yang membosankan di pasar malam. Namun semuanya terjadi begitu saja.

"Jo kita yang malang. " Tutur Fuma yang mengisyaratkan jika dia sangat sedih.

Pagi hari ini sekolah dihebohkan dengan berita Jo yang menjadi salah satu korban tragedi pasar malam. Sekolah dipulangkan lebih awal. Itulah yang membuat mereka bersebelas ada dirumah sakit.

"Keadaan kak Jo emang separah itu ya? " ujar Yejun.

"Lebih parah dari yang lo kira Jun," jawab Hayate yang masih bersedekap dada sambil bersandar ke dinding.

Mereka masih terkejut dengan informasi yang diberikan oleh dokter. Jo mengalami patah tulang pada lengan tangan kanannya. Yang lebih parahnya, kedua kakinya mengalami kelumpuhan permanen sehingga dia tidak akan bisa berjalan kembali.

Lalu berita apa yang lebih menyakitkan daripada ini? Tidak ada yang tau.

Tenggelam dalam lamunan mereka masing-masing, hingga tak ada yang menyadari jika dua diantara mereka diam-diam pergi dari sana. Mungkin tidak benar-benar terlewatkan. Karena sosok yang paling tua menyadari kepergian keduanya.

"Gue harap, kalian bener bener bisa nyelametin kita yang tersisa. "

***

Kedua remaja itu memasuki sebuah gedung restoran dengan tergesa-gesa. Mereka sadar jika waktu mereka tidak lagi banyak. Mereka harus segera bertindak, jika tidak ingin semakin banyak korban.

Sosok dewasa di meja nomor lima belas melambaikan tangannya. Mereka menghampiri sosok tersebut dengan perasaan kacau.

"Gue udah denger beritanya, mangkanya gue buru-buru balik dari Belgia. " Tidak salah lagi, sosok itu adalah Yunseong.

"Hari itu semakin dekat. Mau gak mau kita harus bersiap buat-" Junwon menjeda kalimatnya.

"-Waktu kita sisa berapa kak? " Tanya nya pada EJ.

"Dua hari." Jawab EJ parau.

"Ya, dua hari lagi. Kita harus ngapain sekarang??" Tanya Junwon frustasi.

"Bukannya gue udah bilang buat minta bimbingan pak Jeonghan? " Tanya pemuda yang lebih tua.

"Udah, tapi kita cuma dikasih mentahan dan disuruh mikir sendiri. " Jawab EJ.

Yang lebih tua mengangguk faham. Kemudian ia menghela nafas berat. Sepertinya, mau tidak mau dia tetap harus turun membantu.

"Kalian gak usah khawatir, karena si eksekutor itu sudah bersiap. Kalian ikutin aja petunjuk di buku yang gue kasih. Semuanya bakalan baik baik aja. " Jelasnya.

For(got)end | &AuditionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang