Nineteen

77 9 13
                                    

Ruang rawat Taki terasa semakin sempit,setelah 13 anak SMA itu datang. Ada yang duduk pada kursi samping bangsal,ada yang duduk di sofa,ada yang bersandar  didinding,dan ada pula yang bersandar pada pintu seperti gapura selamat datang.

Ruangan itu sekarang hanya berisi,satu orang yang masih tak sadarkan diri,dan tigabelas orang gabut. Jangan lupakan pula seonggok manusia berwajah begal yang tertidur sambil bersandar pada dinding.

Harua duduk pada kursi yang ada dusamping bangsal. Ia pandangi wajah pucat sahabat baiknya. Tak lupa,ia juga menggenggam jemari kanan Taki.

Kedua mata itu masih erat terpejam. Seolah ia tak ingin melihat kejamnya dunia lagi. Siapapun tau kalau kedua mata indah yang selalu berpendar keceriaan itu,kini butuh waktu untuk beristirahat.

"Lo lagi ngapain sih Tak ?

Jangan lama-lama ya,kita disini nungguin lo." Ucap Harua lirih.

Harua menunduk dalam. Sejauh apa,dan seindah apa tempat itu. Harua ingin meraihnya,dan membawa Taki kembali.

Jika K sudah seperti ayahnya,maka Harua sudah seperti saudara kembarnya.

Sejujurnya diantara mereka banyak yang sudah terhubung dengan ikatan tak kasat mata. Sejak awal mereka sudah saling mengenal,dan mengerti satu sama lain. Setiap ada yang terluka,pasti ada satu lainnya yang ikut merasa sakit dan dipatahkan.

Semua yang ada disana menatap sendu pada Harua,yang masih tertunduk berlinang air mata. Mungkin pengecualian untuk Nicholas yang sedang tertidur.

"KAK,TAKI SIUMAN." Teriakan Gaku mengalihkan atensi mereka.

Kedua mata Taki terbuka. Kedua tangan Taki menggenggam kuat,hingga membuat tangan nya memerah dan urat di tangan nya terlihat jelas.

Harua merasakan remasan pada jemarinya. Tapi ia tak peduli,ia malah nampak khawatir pada Taki yang terlihat kesulitan bernafas. Bahkan alat bantu bernafasnya mulai berembun.

Belum selesai dengan rasa terkejut,mereka kembali dibuat panik saat tubuh Taki mulai mengalami kejeng-kejang. Hal itu mampu membuat mereka berdiri dengan tegak.

Namun hal itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba Taki terbangun pada posisi duduk. Pada awalnya ia menunduk dalam. Namun setelahnya dia mendongak,menatap tepat pada Yuma.

"Jangan buang waktu,atau kalian akan mati.

Bulan purnama merah,sekolah,eksekutor,angka sial."

"Lo ngomong apa sih anjing ?

Lo tuh baru bangun,jangan ngaco !"

EJ geram pada Taki yang tiba-tiba terbangun dan mengatakan hal yang tidak jelas.

"Kamu tau sesuatu tapi tetap diam." Lanjut Taki yang entah tertuju pada siapa.

Namun ada seseorang diantara mereka yang merasa kalimat itu untuknya.

Taki kembali mendongak,ia tatap lamat-lamat lelaki yang berdiri tak jauh darinya.

"Delapan orang,enam dan sampai akhir." Ucapnya kemudian sebelum kembali jatuh tak sadarkan diri.

Semua yang ada disana tak mampu berkata-kata. Harua kembali terduduk dan menangis.

Hening melanda selama beberapa saat. Sampai Fuma mengatakan hal yang mampu membuat mereka berfikir keras.

"Kalau memang ucapan Taki,ah bukan,kalau memang ucapan orang yang merasuki Taki itu benar,berarti kejadian yang selama ini kita alami bukan murni kecelakaan. Dan kita harus bergerak cepat untuk mengakhiri ini semua."

"Jadi barusan kak Taki beneran kerasukan ?" Tanya Yejun dengan tatapan iba. Dan hanya dibalas anggukan oleh yang lebih tua.






***






Yunseong sedari tadi berdiri didepan pintu ruang rawat Taki. Niat hati ingin menjenguk, tapi harus ia urungkan saat ia mendengar orang yang ada didalam ruangan sedang panik.

Orang panik bukannya dibantu,manusia lempeng satu ini malah asik nguping.

Ia berdiri kaku didepan pintu. Dia menyadari apa yang sebenarnya terjadi.

Bukan tak mau membantu,ia hanya tidak mau ikut campur terlalu dalam. Karena ia menyadari,kalau saat ini bukan lagi masanya untuk ikut campur. Tugasnya hanya sebagai perantara dan pengantar pesan,tidak lebih.

Mereka harus bisa menyelesaikan semuanya sendiri.

Ia berbalik dan mulai berjalan menjauh dari sana. Petunjuk paling penting sudah ditunjukan. Itu artinya semua sudah terungkap.

Mulai sekarang,semuanya akan jadi lebih sulit.






***






Setelah mengunjungi Taki,berujung terungkapnya hal besar,Gaku,Maki,Hikaru,Jo,dan Harua sekarang berada di sebuah kafe.

Mereka memilih nongkrong untuk sekedar melepaskan penat. Mungkin sambil berbincang tentang hot issue yang ada disekitar mereka. Lebih tepatnya nongkrong sambil ghibah.

Anak laki-laki kok ghibah.

"Bener kan apa kata gue,kejadian yang menimpa kita itu bukan semata-mata kecelakaan." Ucap Gaku mengawali perbincangan mereka.

"Tapi apa yang bikin kita ngalamin ini semua ?" Ucap Maki yang bingung.

"Apalagi emangnya kalau bukan buat nama baik sekolah ?" Ucap Gaku.

"Masuk akal,apalagi ngelibatin makhluk halus juga." Ujar Jo.

"Jadi ceritanya sekarang kita lagi diburu buat jadi tumbal proyek ?" Tanya Harua.

"Iya kali."

"Jadi gini rasanya jadi buronan,lumayan juga lah ya sensasinya." Ujar Hikaru yang membuat ketiga kawan nya itu tetgelak.

Jadi buronan kok seneng.

Tak begitu lama,pesanan mereka datang. Mereka menikmati hidangan dengan tenang,sampai suara Gaku mengalihkan atensi mereka.

"Sa-sakit." Ucap Gaku sambil memegang dadanya yang seolah diremat kuat.

Nafasnya terasa sesak. Dan kepalanya terasa pusing bukan main.

"Astaga,lo kenapa weh ?!" Ucap Jo panik.

"Ayo kita kerumah sakit." Maki mengusulkan,yang langsung disetujui oleh mereka.

Jo dan Maki membopong Gaku yang mulai tak sadarkan diri menuju mobil. Hikaru membayar minuman dan juga beberapa camilqn yang mereka pesan tadi. Sedangkan Harua memilih untuk membukakan pintu mobil.

Setelah selesai,mereka segera menuju rumah sakit. Bersama Gaku yang sudah kehilangan kesadarannya.

Setelah sampai,mereka membopong Gaku seperti tadi. Para perawat dan juga dokter segera mengambil alih untuk diperiksa.

Beberapa saat kemudian dokter keluar dari ruangan.

"Bagaimana keadaan nya dokter ?"

"Alergi pasien kambuh. Apa diantara kalian tidak tau kalau pasien memiliki alergi ?"

"Dia punya alergi kacang yang cukup parah dokter,tapi kami tadi tidak makan kacang." Jelas Maki.

"Mungkin bahan yang mengandung kacang. Tapi beruntung pasien segera dibawa kerumah sakit. Dan mungkin sebentar lagi pasien akan segera siuman." Ucap sang dokter sebelum melenggang pergi dari sana.

"Kalian denger gak tadi dokter bilang apa ?" Ucap Maki.

"Kita tadi sama sekali gak pesen makanan yang mengandung kacang." Lanjutnya.


Tbc.

Hai hai hai

Ada yang nungguin gak? Cerita ini kok makin kesini makin kesana ya.

Tapi tauk lah yang penting udah niat. Makasih buat yang udah mau baca dan ngasih dukungan. Aku akan berusaha untuk bisa memberikan bacaan yang lebih baik kedepannya.

Jangan lupa tinggalkan jejak.

BuronanDispatch 🦉

For(got)end | &AuditionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang