Twenty Four

82 8 19
                                    

EJ pagi ini sedang berjalan dengan santai dikoridor menuju kelasnya sambil memakan permen jelly di tangannya. Sebenarnya masih terlalu pagi untuk datang ke sekolah. Tapi pagi ini adalah jadwal piketnya. Kelasnya memang menerapkan sistem piket dipagi hari. Katanya sebagai olahraga dipagi hari, lagipula piket di jam pulang sekolah kurang efektif karena sudah lelah belajar seharian.

Kalau dilihat lagi, lingkungan sekolahnya memang agak seram. Bukan terlihat seperti bangunan tua berhantu ya teman-teman. Pada kenyataannya gedung sekolah tempat ia belajar ini sangat bagus. Bahkan terus ada pembangunan. Tapi hawanya selalu dingin, apalagi saat pagi atau sore ketika kelas kosong. Dari jendela seperti ada yang melambai-lambai, padahal tidak tampak apapun.

"KAK IJUUUUUUUU !!" Suara teriakan cempreng menasuki gendang telinganya. Hal itu sontak membuatnya berjengit kaget.

EJ yang merasa terpanggil pun berbalik guna melihat pelaku pemanggilan yang sangat tidak beradab tersebut. Kedua netranya jelas menangkap keberadaan sosok Junwon yang tengah berkacak pinggang sekitar sepuluh langkah dari tempatnya berdiri. Lagaknya udah kayak bos yang melihat pegawainya melakukan kesalahan.

"LO JANGAN KEMANA-MANA YA KAK !!" Junwon berteriak sambil berjalan mendekat ke arah EJ.

"Ada apaan sih ? Masih pagi juga." EJ mengernyit bingung.

Sekarang siapa sih yang gak bingung kalau di pagi hari yang cerah, tiba-tiba ada sesosok manusia gaje yang teriak-teriak sambil marah.

"Lo bener-bener keterlaluan sih kak." Cerca Junwon setelah sampai di hadapan EJ.

"Ada apa sih cil ?!" EJ agaknya mulai geram.

"Bisa-bisanya gue tau masalah segede ini dari kak Mogu. Coba aja kemaren kak Mogu gak ada ketemu kak K di RSJ, gue kayaknya gak akan tau soal si petunjuk arah itu."

"Oh, lo udah tau ternyata. Padahal gue mau bilang itu hari ini pas banget kan H-7." Jawab EJ santai yang berhasil mengundang emosi Junwon.

Pemuda yang lebih pendek mendengus mendengar penjelasannya. Kalau saja mereka berada di dalam komik, mungkin wajah Junwon sekarang sudah digambarkan berwarma merah dengan asap keluar dari hidungnya. Sayang sekali mereka hanya tulisan semata.

"Bisa gak sih kak, lo sebagai si paling tau tuh briefing kek ke gue, biar gue gak keliatan bego-bego banget gitu loh. Eh, gue kan pinter. Ya intinya bisa kan lo tuh berbagi sama gue. Posisi kita disini sama kak, kita sama-sama ada di posisi yang gak enak. Jadi tolong berbagi tentang apa yang harus kita lakuin. Gue gak mau jadi satu-satunya yang gak berguna disini." Cerca Junwon dengat raut wajah serius miliknya.

Tak ada jawaban apapun dari yang lebih tua. Pemuda tinggi itu hanya diam dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Lo jangan bikin gue mikir lagi dong kak !"

"Oke oke, gue emang berencana bilang ini ke lo setelah gue liat jam pasir itu kemaren pas istirahat. Tapi, si Nichol malah minta bantuin ngerjain tugas seni budaya yang selalu aja dia bikin bangunan dari stik ice cream." Jelas EJ yang memang kenyataannya seperti itu.

"Wait, kayaknya ada yang salah. Bentar gue mikir dulu." Junwon memasang pose berfikir andalannya. Matanya membola saat menyadari seauatu.

"Tadi lo bilang kalo lo liat jam pasir itu pas istirahat kan ?" Tanyanya yang dibalas anggukan oleh yang lebih tua.

"Kemaren Yuma bilang ke gue kalo dia nemuin jam pasir itu pas kita mau rapat, yang mana itu pas kita udah jam pulang sekolah. Berarti ada orang lain sebelum lo yang nemuin jam pasir itu kan ?"

"Iya ada, dan tanpa gue bilang pun harusnya lo tau siapa orang gabut yang tiap hari masuk ruang OSIS." EJ tersenyum miring.

"Jadi beneran dia ?" EJ mengangguk singkat sebagai jawaban.

"Oh iya Won, lo bawa gak ?" Tanya EJ.

"Iya, ada gue bawa hari ini."

"Kak Mogu yang minta ?"

"Iya lah, kan lo gak mau bilang apa-apa." Sindirnya yang membuat EJ meringis.

"Kita temuin orangnya pas jam istirahat nanti." Final EJ sebelum melenggang pergi mendahului Junwon.

Setelah itu mereka menuju kelas mereka masing-masing yang kebetulan ada di koridor yang sama. Kali ini mereka benar-benar harus bekerja keras. Masalah yangenimpa mereka harua benar-benar tuntas tanpa sisa.






***






Saat jam istirahat, EJ dan Junwon benar-benar pergi ke perpustakaan. Dan disini lah mereka, berdiri didepan meja penjaga perpustakaan, pak Jeonghan. Orang yang dimaksud melihat keduanya sambil bersedekap dada dan duduk di bangkunya. Sesekali pria itu mengecek jam yang ada di pergelangan tangannya.

"Kalian udah lima belas menit berdiri di depan meja saya. Kalau kalian gak ada kepentingan, mendingan kalian pergi aja."

EJ dan Junwon saling pandang dengan mata yang saling berbicara. Seolah saling menyuruh untuk berucap. Sebenarnya pak Jeonghan sendiri sudah tau maksud kedatangan keduanya setelah melihat sebuah buku yang dibawa Junwon. Tetapi penyataan minta tolong sudah seperti pasword yang wajib diucapkan.

Junwon menyodorkan buku itu dihadapan pak Jeonghan. Pada akhirnya Junwon mengalah.

"Pak, kakak saya meminta agar saya menemui bapak dan menunjukan buku ini. Saya harap bapak mau mebantu kami. Kami mohon pak, kami gak mau bernasip sama seperti angkatan ke tiga belas. Kami ingin menuntaskan masalah yang menimpa kami." Ucap Junwon sambil menatap kedua mata pak Jeonghan.

Sosok yang masih bersedekap dada tersebut mengangguk paham. Dia mengerti apa yang harus di lakukan. Ia menyodorkan sebuah gulungan berwarna putih kekuningan ke atas meja.

"Saya cuma punya ini untuk membantu kalian, kalian bawa gulungan itu, setelah kalian tau apa saja yang perlu ditanyakan silahkan temui saya lagi. Didalam buku ini berisi petunjuk yang masih kurang jelas, gulungan ini yang akan membantu kalian."

Junwon meraih gulungan yang ada di atas meja, ia membukanya dan terpampang lah dengan jelas sebuah denah yang ia yakini merupakan denah sekolah.

"Untuk hari ini sampai beberapa hari ke depan saya gak bisa jawab pertanyaan kalian dulu. Kalian tau kan kalau saya harus menemani lomba cerdas cermat ?"

"Kira-kira kapan bapak bisa ?" EJ bertanya.

"Sekitar tiga hari. Kalau kalian bener-bener kepepet, tetangga Junwon itu harusnya bisa membantu."

Ah iya, mereka melupakan sosok Yunseong.

"Oh iya pak, si eksekutor itu harus indigo ?" Kali ini Junwon yang bertanya.

"Iya dia harus dan wajib seorang indigo. Kalian gak usah khawatir, dia sudah terpilih dan dia sudah aman."

"Kita udah tau kok pak siapa orangnya." EJ tersenyum simpul.

"Bagus, kalian harus bisa menjaga identitasnya."

"Siap pak." Jawab mereka berdua serempak.

Tbc.

Nah beneran double up kan hehe.

Maaf ya chap ini sedikit banget. Tapi kalian tenang aja, author mau ngebut di book ini karena setelah book ini finish author mau debutin book baru dengan genre yang serupa tapi beda wkwkwk.

JANGAN LUPA DUKUNG JUNWON DI BOYS FANTASY YA GUYS. DIA UDAH JADI CENTER JADI JANGAN SAMPAI KECOLONGAN SAMA YANG UDAH PUNYA RAKYAT. BTW AKU JUGA PENDUKUNGNYA YANG UDAH PUNYA RAKYAT JADI JANGAN SALTY.

Lagi rame rumor kalo Gaku jadi member Boysnextdoor alian KOZ NBG. Hopefully bestienya anakku Hikaru beneran debut dan yang lain bakalan nyusul.

Terimakasih yang udah baca sampai akhir, jangan lupa tinggalkan jejak.

BuronanDispatch 🦉

For(got)end | &AuditionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang