Seven

131 19 32
                                    


Jalanan yang tak begitu lebar digang anggrek itu cukup sepi malam ini. Hanya ada pak Dayeol sipenjual bakso keliling disebelah tiang listrik. Lampu dipinggir jalan juga tidak terlalu terang,apalagi bola lampunya berwarna kuning.

Harua sedang berjalan sambil membawa kresek hitam ditangannya. Dia baru saja dari warung yang ada didepan gang untuk membeli mi instan. Kebetulan rumahnya berada tidak begitu jauh,jadi dia memilih jalan kaki.

Dari arah berlawanan dia melihat sosok laki-laki dengan jaket hijaunya. Seperti biasa,senyum manis tak luput dari wajahnya. Dia  mengahampiri Harua yang tak jauh darinya untuk menyapa.

"Darimana Ru kok bawa kantong kresek segala?"

"Dari warung depan,abis beli mi instan. Lo sendiri abis darimana kak,tumben lewat sini mana jalan kaki lagi?"

"Abis dari rumahnya Yuma,nganter barang."

"Lah jadi kurir lo sekarang?" Ucap Harua dengan tawa kecil diwajahnya.

"Kagaklah njir." Ucap laki-laki itu,Junwon.

"Oh."

"Yaudah,gue duluan ya Ru hati-hati." Ucap Junwon sambil menepuk bahu kanan Harua.

"Lo kali kak yang harusnya hati-hati." Junwon hanya tersenyum mendengar itu sebelum melenggang pergi.

Harua memandang punggung kakak kelasnya tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan. Setelah bertemu Junwon,pikirannya mendadak kosong. Dia bingung,tapi dia tidak tau apa yang menjadi akar permasalahannya.

(Kayaknya anggotanya Yuma emang hobby overthinking ya guys wkwkwk.)

Dia menggeleng untuk mengembalikan otaknya yang mulai berfikiran ngawur kembali ketempat semula. Dia lantas melanjutkan jalannya yang sempat tertunda. Perutnya terasa lapar ngomong-ngomong. Orangtuanya sedang ada acara dirumah neneknya,jadi dia ada dirumah sendirian.

Dia sampai dihalaman rumahnya. Dia berhenti sejenak kala menyadari sesuatu.

"Eh,rumahnya kak Yuma kan di gang depan. Kenapa bisa lewat sini?"





***





Junwon sampai dirumahnya pukul sebelas malam. Dia tidak berbohong saat dirinya mengatakan berasal dari rumah Yuma. Dia memang darisana tadi. Dan soal motornya juga sebenarnya dia parkir dirumah Yuma. Rumahnya kan ada dikomplek yang kalau ditempuh naik motor selama sepuluh menit dari daerah rumah Yuma dan Harua. Mana mungkin dia jalan kaki.

Rumahnya sudah gelap,itu menandakan bahwa orangtuanya sudah tidur. Kemana kakaknya? Ia sedang berada ditempat yang tak seharusnya. Nanti kalian para readers akan tau.

Junwon masuk kekamarnya dengan tenang seperti biasa. Orangtuanya tidak akan marah atas apa yang dia lakukan. Karena itu bukan kejahatan. Bahkan kedua orangtuanya mendukung.

Dia segera membersihkan badannya dan mengganti pakaiannya. Tidak perlu mandi,karena prinsipnya kalau gak kepepet ya mandi sehari dua kali aja. Setelah selesai,dia menata bukunya kedalam tas,kamudian merebahkan dirinya diatas ranjangnya. Sepertinya dia akan tidur nyenyak malam ini.






***






Berita tentang Fuma nyatanya belum mereda. Bahkan setelah satu minggu berlalu. Orang yang dibicarakan pun sebenarnya masih terbaring dirumahsakit. Seperti yang dikatakan dokter waktu itu. Fuma tidak bisa berjalan untuk sementara waktu. Jangankan berjalan,untuk duduk saja harus dibantu.

Yuma sedang duduk sendirian diruang OSIS. Dihadapannya ada beberapa lembar kertas yang membuatnya bingung. Sebenarnya bukan masalah besar jika dilihat sekilas. Tapi otak pintarnya membuat Yuma berdikir keras. Apa tujuan Junwon memberikan kertas-kertas ini. Saat ia meminta penjelasan,pria itu malah hanya membalas dengan senyuman.

For(got)end | &AuditionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang