Twenty Two

65 9 7
                                    

Euijoo melihat anak laki-laki di sampingnya jengah. Sedangkan yang ditatap malah nampak tak peduli dan melanjutkan acara menyetirnya. Yang lebih tua memilih diam guna meredam kekesalannya. Malam minggu yang seharusnya ia habiskan bersama salah satu pacarnya malah di ganggu oleh Junwon. Masih mending kalau dia di briefing terlebih dulu, lah ini tiba-tiba datang. Merasa di culik Euijoo tuh.

"Lo kalo ternyata gak penting keterlaluan sih Won." Ucap pemuda tinggi itu tiba-tiba.

"Emang sejak kapan urusan sama gue itu gak penting?" Jawab Junwon santai tanpa mengalihkan perhatiannya.

"Lo mau ngajak gue ke RSJ?" Tanya Euijoo kemudian.

"Liat aja nanti kak."

"Sok misterius lo." Cibir Euijoo yang membuat Junwon terkekeh.

Pemuda yang sedang menyetir itu tak menghiraukan ucapannya lagi. Hal itu membuat Euijoo berdecak kesal. Apalagi ponsel nya terus berbunyi sedari tadi.

"Hp lo berisik banget sumpah deh kak." Decaknya malas, telinganya capek teman-teman.

"Gara-gara lo sih!" Sungut Euijoo sambil melemparkan pinselnya ke atas dashboard mobil.

"Kok gue?!"

"Malming nih, harusnya jadi jadwal gue kencan anjing!"

"Giliran yang mana sih kak? Anak komplek depan, anak bahasa, anak IPA, anak sekolah sebelah, anak ekstra seni, anak baru, atau anak pramuka?" Kali ini Junwon bertanya dengan lebih tenang.

"Anak bahasa."

"Ohhhhhhh, gampang kalo dia sih, nanti gue yang urus."

"Percaya deh, tapi dia nelponin mulu asu!"

"Yaudah sih hp lo matiin dulu apa susahnya coba?"

Setelahnya Euijoo tidak menjawab lagi. Ia memilih mematikan ponselnya seperti yang dikatakan Junwon. Otaknya mendadak bloon, namanya juga orang sedang kesal, maklum.

Junwon menghentikan mobilnya di depan sebuah cafe yang tidak terlalu ramai. Bahkan kendaraan yang parkir bisa di hitung dengan jari. Hmmm, Euijoo mencium aroma-aroma duit yang sedang bekerja untuk menciptakan suasana seperti ini.

Euijoo menolehkan kepalanya pada Junwon yang sedang melepas sabuk pengaman. Sampai kemudian Junwon menatapnya dengan ngeri.

"Ayo kak kita turun, orangnya udah nungguin." Ucapnya kemudian membuka pintu mobil dan keluar.

"Mau ketemu siapa sih?!" Gerutunya sambil melepas sabuk pengaman dan ikut keluar dari mobil.

Setelahnya, mereka bergegas untuk masuk ke dalam cafe tersebut. Sesaat setelah masuk, Euijoo bisa melihat sosok yang familiar. Ya, yang mereka temui adalah seorang Hwang Yunseong. Ia pun mulai bisa membaca situasi. Ia juga yakin kalau alasan cafe itu sepi juga karena ulah Junwon dan sosok pria berambut lurus agak panjang dengan warna biru tua tersebut. Biasalah orang kaya, rakyat biasa can't relate.

"Cepet amat datengnya, kan janjiannya jam setengah sembilan." Ucap pria itu sambil menyedot minuman pada gelas di hadapannya.

"Lo juga ngapain aja udah abis tiga gelas?" Tanya Junwon sambil duduk pada kursi yang ada di hadapan pemuda tersebut. Euijoo jelas ngikut lah.

"Gue gabut dirumah." Jawabnya santai.

"Gabut lo bilang?! Berkas di meja  lo tuh udah kayak tumpukan dosa." Sarkas Junwon sambil memutar bola matanya malas.

Pria itu terkekeh pelan. Ia kembali menyedot minumannya. Setelahnya ia menghela nafasnya pelan, sebelum mendaratkan kedua tangannya di atas meja. Di pandanginya kedua pemuda di hadapannya. Hal ini membuatnya bernostalgia pada masa lalu.

For(got)end | &AuditionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang