Brak
Kantin mendadak hening kala suara debuman bangku yang ditendang bergema. Lebih kaget lagi setelah mengetahui bahwa itu ulah dari Faira, si bintang junior.
Lelaki yang berdiri di depannya tentu saja jauh lebih terkejut. Bangku yang akan ia duduki ditendang begitu saja sebelum bokongnya berhasil menyentuh benda tersebut.
“Lo gila?!” bentak lelaki itu.
“Lebih gila mana sama yang lecehin orang tanpa rasa bersalah?” sarkas Faira dengan wajah datar.
Tadinya Faira sibuk mengunyah makanannya, kala Uci berdiri untuk mengambil air mineral. Siapa yang tahu, bahwa gadis yang susah payah Faira alihkan perhatiannya dari musibah yang menimpa, malah berpapasan langsung dengan sang pelaku. Lebih menyakitkan lagi karena lelaki itu kembali menyentuhnya meski hanya sebatas menarik rambutnya sambil berlalu.
Mata Faira terusik melihat Uci yang kembali menahan isak tangis, dan dengan langkah pasti Faira mendekati lelaki itu dan menendang bangku yang akan ia duduki.
“Lo nggak tahu siapa gue?” desis cowok itu menahan amarah lantaran dipermalukan oleh seorang gadis di depan umum.
“Tahu.” Faira melirik name tag yang tertera di sisi kanan seragam cowok itu. “Arnol? Cowok brengsek si sampah masyarakat.”
Arnol mendelik tajam mendengar kalimat tidak sopan yang keluar dari mulut pedas gadis yang berdiri di depannya. Teman–teman Arnol bahkan sudah geleng–geleng kepala menyaksikan sikap Faira.
“Wah, cari mati nih, anak!” tutur cowok yang berdiri di samping kanan Arnol.
“Kalo mau cari sensasi, jangan rugiin orang lain dong,” timpal teman Arnol yang lain.
“Sorry, kakak–kakak yang gantengnya nggak seberapa. Gue udah cukup terkenal tanpa harus bikin sensasi menggelikan dengan orang seperti kalian,” ungkap Faira angkuh, mengundang tawa sinis keluar dari mulut Arnol.
“Cewek gila. Berani banget lo nyari masalah sama gue? Nggak tahu gue siapa?” Arnol menggeram marah karena setiap kata yang keluar dari mulut Faira berhasil melukai harga dirinya juga merusak citranya sebagai anak paling ditakuti di SMA Nagaswara.
“Siapa? Anak donatur utama di SMA Nagaswara?” tanya Faira meremehkan.
Faira memang sudah tahu tentang Arnol, kemarin Shasa memberi tahunya tentang cowok yang melecehkan Uci dan dengan iseng, Faira mencari tahu identitas cowok itu untuk berjaga–jaga jika dipertemukan secara langsung dengan Arnol. Siapa yang tahu, kalo Tuhan juga ingin melihat Arnol menerima karmanya keesokan harinya.
“Asal lo tahu, kekayaan yang keluarga lo punya, hanya akan jadi sampah karena keturunannya yang nggak bermoral,” ucap Faira tajam. “Orang kaya seperti elo harusnya tunjukin attitude layaknya keluarga terpandang, bukan malah bobrok akhlak!”
“Beraninya...” geram Arnol dengan wajah memerah karena amarah. “Gue bukan orang yang pandang bulu untuk mukul orang.”
Dan seolah acuh akan peringatan yang Arnol layangkan, Faira menantang balik. “Pukul aja. Gue nggak pernah takut untuk dipukul sama banci.”
Plak
Pengunjung kantin kembali dibuat tercengang kala Arnol benar–benar menampar Faira di depan umum. Beberapa orang meringis ngilu membayangkan perih yang Faira rasakan, ada juga yang menyayangkan karena Faira terlalu gencar memanasi Arnol yang memang terkenal badung.
Shasa dan Uci dibuat syok karena sang sahabat diperlakukan seperti itu dengan mudahnya. Keduanya baru saja akan mendekat melihat kondisi Faira, juga meredakan amarah Faira yang sudah membuncah di mata Uci dan Shasa. Namun senyum miring yang gadis itu perlihatkan membuat langkah mereka terasa berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whats Wrong With Me?
Teen FictionFaira, terjebak dalam hutang budi dan empati tak manusiawi. Gadis muda yang perlahan mati rasa perihal takdir yang tak pernah memihak. Dia sekarat, namun malaikat maut tak kunjung menghampiri. Apa yang salah dengannya? Tak cukup terlahir sebagai an...