WWW. Me | d u a p u l u h e n a m

11 1 0
                                    

Faira terbangun saat matahari masih muncul malu-malu menyapa bumi. Insomnia yang mendera, tidak membiarkannya menikmati tidur lelap.

Meski begitu, Faira masih bersyukur. Mungkin matanya enggan terpejam agar bisa menikmati suasana pagi yang damai dengan kicauan burung juga aroma tanah yang khas. Terlebih, karena Faira menjadi sosok pertama yang terbangun di pagi buta membuatnya bebas menikmati sunrise tanpa gangguan.

 Terlebih, karena Faira menjadi sosok pertama yang terbangun di pagi buta membuatnya bebas menikmati sunrise tanpa gangguan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Faira memilih duduk di kursi yang pihak pengelola siapkan di antara pepohonan. Kepalanya menengadah, menatap indahnya bias cahaya yang matahari ciptakan.

"Udah bangun?"

Faira menoleh mendengar langkah kaki juga pertanyaan dari arah sampingnya, dan ternyata Nuga sedang menghampirinya sambil memeluk tubuhnya sendiri.

"Iya." Faira menanggapi santai sambil menggeser badannya untuk memberi ruang Nuga duduk di sampingnya. "gimana rasanya tidur dalam tenda?"

Faira bertanya karena sebelumnya Nuga bilang dia kurang nyaman yang Faira duga mungkin belum terbiasa. Faira yang memang senang menghabiskan waktu tanpa tidur selama kemah dengan senang hati menemani Nuga menyambut kantuk. Hingga pukul tiga subuh, barulah Nuga pamit untuk tidur dengan mata beratnya. Tak lupa, cowok itu juga menyuruh Faira untuk masuk ke dalam tenda, karena udara kian menggila menjelang pagi.

"Enak. Mungkin karena udara dingin dan emang udah mau pagi." Nuga berucap sambil menggosok matanya yang masih lengket. Sesekali cowok itu juga menguap, pertanda waktu tidur yang tidak maksimal.

"Pulang dari sini, lo pasti kangen suasana kemah lagi."

"Hm. Mungkin," gumam Nuga tidak yakin. Dia memang menyukai suasana yang ia dapat di lokasi kemah, namun ragu akan ketagihan. Sama seperti dirinya yang susah bergaul dengan anak sepantaran, Nuga juga malas berkegiatan di luar rumah.

Tapi lain ceritanya kalau besok-besok Faira mengajaknya kemah lagi. Besar kemungkinan, Nuga akan mengiyakan tanpa harus banyak berpikir.

Keduanya kemudian terdiam. Menikmati suasana pagi tanpa kata. Hingga kerusuhan di belakang mereka menginterupsi.

"Faira!" Uci berjalan gontai menuju sang sahabat lalu duduk di sampingnya dan memeluknya erat dengan kepala tertumpu di bahu Faira. "Gue cariin elo, tahu."

Faira terkekeh mendengar suara serak dan nada manja Uci. "harusnya tidur lagi kalau masih ngantuk," ujar Faira balas memeluk Uci agar tidak terjatuh. Namun hingga beberapa detik berlalu, Uci tak kunjung merespon.

"Astaga, nih anak kenapa malah pindah tidur," ujar Shasa yang datang bersama Fio dan mendapati Uci kembali tertidur di pelukan Faira.

"Biarin aja sebentar," bela Faira agar Shasa tidak membangunkan Uci dari tidurnya. Uci memang susah bangun pagi.

"Emang lo nggak capek, Ra? Lo nggak ada tidur loh semalaman," ucap Shasa khawatir akan insomnia Faira yang kian menjadi.

"Lo nggak tidur?" beo Nuga dari samping. Padahal Nuga sudah menyuruh gadis itu untuk tidur sebelum memasuki tendanya sendiri.

Whats Wrong With Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang