“BRENGSEK!!”
Bibin yang tertinggal di belakang juga hampir ikut mengumpat karena dibikin kaget oleh Ronal. Untung kotak makan aman dalam pelukannya.
“Apa s—”
Bibin mendadak bungkam tak bisa melanjutkan kalimat kekesalannya, kala netranya menatap objek yang sama dengan Ronal.
“Gila,” gumam Bibin pelan.
Ronal berbalik meninggalkan tenda begitu Danu terbangun dan sempat melakukan kontak mata dengannya sepersekian detik.
Ronal saja tiba–tiba jengkel dengan kelakuan biadab Danu yang tak tahu malu. Pikirannya melayang pada Faira yang sebelumnya pergi dengan senyuman. Entah bagaimana bisa gadis itu bersikap biasa saja seolah tak ada yang terjadi.
Tanpa sadar langkah Ronal menuntunnya menuju tenda tim gadis itu berada. Mencoba memastikan keadaan Faira yang mungkin terluka dalam diam.
Namun Ronal hanya bisa tercengang. Memandang Faira dari kejauhan dan mendapati gadis itu tengah berbincang sambil sesekali tertawa. Semuanya tampak natural dalam sudut pandang Ronal, seolah Faira tak pernah melihat hal menyakitkan beberapa saat lalu.
Ronal mengurungkan niatnya untuk mendekati Faira. Dia memilih menjauh dengan rasa tidak nyaman menyelimuti hatinya. Ronal merasa cemas akan kondisi hati Faira akibat sikap brengsek Danu, sedang yang dikhawatirkan malah bersikap biasa saja.
Sementara itu, Danu baru saja terbangun dari tidurnya karena terusik oleh teriakan seseorang. Pandangnya masih buram kala salah satu di antara dua cowok yang berdiri di depan tenda berbalik pergi.
Danu berkedip beberapa kali, menyesuaikan pandangan dengan cahaya yang menyilaukan. Hingga presensi Bibin tertangkap netranya dengan jelas.
“Lo ngapain di situ?” tanya Danu melihat Bibin masih bergeming dengan mulut sedikit terbuka. “Woy!”
Bibin sontak merapatkan mulut dan bersiap menyemprot Danu dengan kalimat pedasnya. “Lo yang ngapain sama dia!” tunjuk Bibin pada gadis yang masih terlelap di samping Danu.
Danu melirik objek yang Bibin tunjuk sebelum kembali menatap Bibin. “Tidur.”
“Taik, emang lo!” umpat Bibin hilang kendali mendengar kalimat santai yang keluar dari mulut Danu. “Lo gila apa gimana sih? Lo tidur berdua sama cewek di dalam tenda. Nggak mikir gimana pandangan orang ke elo?”
“Lebay. Gue sama Lila cuma tidur doang,” ujar Danu datar menanggapi reaksi berlebihan Bibin.
Bibin sampai tercengang mendengar penjelasan menyebalkan Danu. “Cuma lo bilang? Kepala lo isinya apa aja, sih? Lo tidur sama cewek bego! Cewek!”
Bibin menekankan tiap kata agar sahabatnya bisa sadar bahwa apa yang dia lakukan bukan sesuatu yang wajar. “Lo tidur sama cewek yang bukan pacar lo—eh, sekali pun dia pacar lo tetap aja nggak boleh. Cowok tidur bareng sama cewek itu bukan hal lumrah, Danu. Lo sadar nggak, sih?!”
“Sekali lagi. Lo terlalu berlebihan,” ucap Danu bangkit dari duduknya.
“Astaga, kenapa Faira masih sempat senyum setelah liat kejadian ini. Gue aja pengen banget rasanya mukul elo pake cobek emak gue.”
“Faira tadi ke sini?” tanya Danu menghentikan langkahnya yang hendak mengambil jaket sebelum keluar tenda.
“Iya. Dia ke sini bawain makanan buat elo. Tapi malah liat cowoknya tidur bareng sama cewek lain,” ketus Bibin yang masih kesal dengan sikap tidak bersalah Danu.
“Kenapa nggak bangunin gue?”
“Heh? Menurut lo, Faira mau gitu bangunin elo yang lagi asik tidur sambil meluk cewek lain? Bodoh banget kalo elo mikir begitu,” sinis Bibin. “Heran gue, kenapa coba Faira nggak pake jurus taekwondo nya buat bunuh lo sama tuh cabe.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Whats Wrong With Me?
Fiksi RemajaFaira, terjebak dalam hutang budi dan empati tak manusiawi. Gadis muda yang perlahan mati rasa perihal takdir yang tak pernah memihak. Dia sekarat, namun malaikat maut tak kunjung menghampiri. Apa yang salah dengannya? Tak cukup terlahir sebagai an...