_00_

2.4K 22 1
                                    


"Devano? It's perfact to you"

_Yola Oktavia _

Yola as you!


Devano Maxime

Devano Maxime

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____

Yola Oktavia merutuki alarm-nya yang mendadak mati pagi tadi, dia kesal sendiri saat mengingat bagaimana dia dengan santai mengira bahwa jam masih menunjukan pukul 5 pagi yang sebenarnya itu adalah jam 6, membuatnya kembali bergeming dalam selimut dan mengalami keterlambatan ini. Beruntung dia masih mempunya 5 menit sehingga dapat lolos dari jerat hukuman anak anak Osis yang berjaga. Kalau tidak, sudah dia pastikan akan membanting alarm-nya saat pulang sekolah nanti alih alih mengganti baterai benda itu.

Menghentikan langkahnya tepat didepan kelas, Yola kembali merutuki Alarm-nya dengan remasan tangan yang cewek itu lakukan saat mendapati Pak Didi selaku guru Bahasa telah duduk didalam kelas dengan semua siswa yang berdiri menyanyikan lagu Indonesia Raya. Hal yang membuat Yola semakin merutuki sang Alarm adalah saat Pak Didi melihatnya dan menghampirinya yang masih berdiri di depan kelas.

Lagu berakhir, semua siswa yang semula berdiri kini sudah kembali duduk lain hal nya dengan Yola yang masih berhadapan dengan Sang guru yang menatapnya tegas itu.

"Kamu telat?" Yola tak ayal mengangguk walau dalam hati dia lebih ingin menggeleng.

"Saya telat 5 menit Pak. Boleh Saya masuk?" Gebrakan yang sedikit keras pada pintu masuk tepat di belakangnya berhasil membuat Yola ingin mengumpati Guru didepannya dengan sumpah serapah. Tapi tidak.

"Kamu telat! Gak perduli 5 atau 30 menit! Yang namanya telat ya telat! Gak ada mata pelajaran Saya buat kamu! Pergi ke perpustakaan sana! Belajar!" Yola menangguk segera berlalu setelah Pak Didi berbalik badan hendak masuk ke kelas namun sebelumnya cewek itu sempat menunjukan kepalan tangan pada punggung Pak Didi yang membuat semua teman sekelasnya menertawakan sikap cewek itu.

Melangkahkan kakinya dengan sedikit riang, Yola berusaha melupakan hal  yang membuatnya sebal hari ini dengan bersenandung kecil. Karena ini lah dirinya, mudah menganggap semua hal angin lalu. Tak perlu terlalu di pikirkan. Itu yang terpenting dalam hidupnya. Saat dia menghadapi kesulitan dia akan menangis itu wajar kan? Tapi dia akan dengan cepat mencari jalan keluarnya setalah itu melupakan dan tersenyum kembali seolah semuanya tak berarti. Dia memang begitu sejak dulu.

Sampai didepan perpustakaan Yola menatap sebentar tempat itu dengan kepala yang di telengkan ke samping kiri. Menimang apakah harus masuk sesuai yang Pak Didi perintahkan atau tidak. Pasalnya ini masih terlalu pagi untuk masuk ke dalam Perpustakaan. Apa yang akan penjaga perpustakaan katakan kalau dirinya memasuki tempat itu di jam sekarang? Bisa di bilang bolos dia. Ist  tidak tidak! Yola tak akan mau. Dia ini tak di ijin kan masuk ke dalam kelas bukannya bolos! Walau terdapat kesamaan karena tak belajar di kelas tapi kan alasannya berbeda?

Jadi setelah menimang dengan berbagai pikiran panjang walau sebenarnya hanya 3 detik, akhirnya dia memutuskan untuk lebih memilih melanjutkan langkahnya menuju Kantin yang hanya perlu melewati dua ruangan lagi. Toh tempat itu lebih baik dari pada perpustakaan? Setidaknya untuk perutnya sekarang.

Menghentikan langkahnya tepat di lima langkah lagi menuju kantin. Pandangan Yola memaksanya untuk berhenti di tempat, cewek itu memperhatikan objek yang terampil didepannya dengan binar cerah. Bukan bukan makanan favorit atau apa ini adalah sosok malaikat yang datang di bumi dengan semua karisma juga ketampanan yang tiada bandingan.

Apa dia lebay? Tapi tidak! Rasanya cowok yang tepat berada didepan sana itu cocok dan sangat pantas mendapat semua pujian juga sanjungan yang ada di muka bumi. Sungguh Yola tak pernah merasakan se-deg degan ini hanya karena melihat seseorang yang bahkan caranya meminum jus mangga pun sangat indah di matanya. Sungguh dia tak bohong, itu sangat sempurna! Di tambah wajah cowok itu yang entah kenapa membuatnya hampir tak mengedikkan mata saking mempesonanya cowok itu di matanya.

Yola beranjak saat melihat cowok itu nampak berjalan keluar dari kantin menuju lapangan yang berada dekat dengan kelas 10 IPS. Mengikuti Yola tak membiarkan pandangannya merapihkan dari langkah lebar punggung tegap cowok yang berada 10 langkah didepannya itu.

Sampai didepan lapangan, Yola kembali di buat tak percaya saat melihat cowok yang di ikutinya itu memasuki lapangan Basket sebelum ikut bergabung dengan semua anak basket yang sudah rapih dengan pakaian kebanggan yang tengah melakukan latihan.

Yola mendudukan dirinya sedikit jauh supaya nampak tak terlalu kentara mengikuti cowok itu, bahkan dia tak beranjak saat melihat cowok tadi memasuki ruang ganti sebelum 5 menit setelahnya cowok itu kembali dengan pakaian kebanggan yang sama seperti anak basket yang tengah latihan tadi.

"Jadi dia anak Basket? Dia anak baru kayaknya? Gwe baru liat tuh anak di Harbang. Atau gwe nya aja yang gak engeh? Mana mungkin! Ah dia anak baru kayaknya. Tapi siapa nama tuh cowok? " Yola bertanya-tanya dengan tatapan tak lepas dari cowok yang sekarang tengah ikut bergabung dalam kegiatan pemanasan sebelum 20 menit kemudian mulai melakukan pembagian tim di susul pertandingan latihan 10 setelahnya.

Tak sedikit pun  Yola mengalihkan pandangan dari lapangan didepan sana lebih tepatnya pada cowok yang masih menjadi fokusnya itu, bahkan bukan sekali dia membantak adik kelas yang melewatinya dengan langkah pelan. Itu menjengkelkan bagi nya!

"Dev! Dev!" Nampak cowok yang sejak tadi Yola perhatikan itu menoleh pada asisten pelatih yang sekarang tengah mengintruksi permainan. Yola menatap lekat, dia mendengarkan dengan pasti juga menebak siapa nama cowok itu.

"Devano!"

"Oh jadi namanya Devano!" Yola menangguk, cewek itu beranjak dari duduknya dengan tatapan masih mengarah ke lapangan Basket sana. Masih dengan tatapan terfokus pada cowok yang baru saja dia ketahui namanya setelah sang Asisten pelatih tadi memanggil nama cowok itu.

Dengan seulas senyum Yola mulai melangkahkan kakinya meninggalkan  lapangan. Dia akan mengingat baik baik nama itu dalam kepalanya.

Devano!

Yola mengingat itu dengan baik. Dia tak akan melupakan itu.




______

Buat kalian yang udah nunggu lama cerita tentang Devano Maxime, nih aku up buat kalian! Tenang aku gak bakal buat kalian nunggu lama kaya cerita Boyfriends yang dulu. Karena jujur aku mau segera mungkin nyelesaiin Boyfriends series so pasti sebelum aku masuk sekolah lagi. Hehe

Jangan sungkan buat follow akun ini dan akan sangat berterima kasih kalo kalian mau Vote dan komen.

Oke

See you!

DEVANO | OH SEHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang