MENGANDUNG KEGIATAN 🔞🔞🔞 TOLONG PENGERTIAN!
AREA BUCIN JUGA SEXS!
FOLLOW THIS ACCOUNT BEFORE!
BOYFRIENDS SERIES 04
Devano Maxime, cowok populer di Harbang. cowok yang terkenal karena kemahirannya bermain basket dan gelarnya yang seorang CEO di usi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
____
Yola menumpukan kepalanya pada lengan cewek itu yang di lipat di atas meja. Dia bosan. Memang benar kata Aditsya kalau pekerjaannya ini mudah dan tidak sulit seperti yang dia pikirkan namun dia juga tidak menduga kalau pekerjaannya ini membosankan. Atau ini baru awal saja? Dia belum melakukan hal hal seperti sekertaris yang dia lihat di film atau drama drama yang dia tonton. Karena kegiatannya sejak pagi dan kemarin hanya berdiri, menyambut Devano yang datang, menyampaikan jadwal cowok itu lalu duduk. Hanya itu yang di lakukan di sini sejak kemarin. Dan itu membosankan.
Tapi ada untungnya juga sih, dia bisa lebih dekat dengan cowok itu walau pun masih saja jauh, tapi ini jauh lebih dekat dari pada di sekolah bukan? Walau dia tak bisa melihat cowok itu setiap waktu. Tapi berada di dekat Devano dalam jarak yang tak terbilang jauh ini sudah membuatnya bersyukur.
Intercom di atas mejanya berbunyi pertanda Devano memanggil cewek itu, menekan tombol jawab pada Intercom, Yola mengangguk saat suara dingin Devano terdengar.
"Kamu bisa ke ruangan saya sekarang!" Yola menangguk, mengambil tablet juga beberapa berkas yang sudah cewek itu siapkan sebelum kemudian menuju ruangan Devano.
"Permisi Ka" Devano menangguk dari meja kerjanya, membiarkan Yola mendekat sebelum meletakkan beberapa berkas ke atas mejanya.
"Ini beberapa berkas yang Kakak minta. Dan saya akan menyebutkan beberapa jadwal Kakak hari ini" Devano menangguk, dan Yola berdebar hanya karena itu.
"Kakak ada rapat dengan devisi keuangan setelah jam istirahat, tepatnya jam 12 siang, di lanjut rapat dengan devisi desain jam 2 siang. Setelah itu selesai Ka" Devano hanya mengangguk sebagai jawaban tanpa sedikitpun mengalihkan pandangan cowok itu dari laptop di depannya membuat Yola mengucap sabar dalam hati.
Mendongak, Yola kembali berdebar saat cowok itu menatapnya namun rasa itu seketika hilang saat Devano berucap dengan ringannya.
"Ngapain masih di sini?" Yola menatap dengan tatapan terkejut yang seolah berkata 'eh?'
"Udah gak ada lagi kan?" Yola menangguk.
"Ya udah keluar? Ada apa lagi?" Yola menangguk walau dalam hati menyeru kalimat protes pada cowok itu.
Sesampainya di dalam ruangan pribadi, Yola meletakan i-pad nya tergesa dengan tolakan pinggang yang cewek itu lakukan.
"Hehhhh ngeselin banget sih tuh orang? Gak bisa apa seenggaknya bilang makasih atau nyaut dengan bener kaya 'iya' gitu? Kan enak. Ini mah cuma nangguk terus nyuruh pergi! Ihh nyebelin banget sih Mr. Cuek itu! Tapi..." Yola menggigit ujung kuku telunjuknya gemas. Sebelum memekik sedikit keras.
"Tapi dia ganteng Tuhan! Ahhh Devanoo.. Lo kenapa sih buat jantung Gwe gak aman? Jangan jangan bener lagi pikiran Gwe kalo Lo emang malaikat yang jatuh dari langit? Ahk! " Yola segera membekap mulutnya saat dirasa pekikannya terdengar berisik.
Berlalu duduk dengan tergesa, Yola tak mampu untuk tidak tersenyum saat mengingat bagaimana cara Devano mengangguk tadi.
______
Duduk sendirian pada salah satu meja yang berada di kantin kantor, Yola menikmati makannya dengan perlahan. Dia tak ingin buru buru, toh ini masih baru 5 menit sejak dia keluar untuk istirahat tadi.
Mendapatkan usapan pada bahunya Yola menoleh, sebelum dia lihat senyum Mba Dina yang kini mendudukan diri pada kursi didepannya yang semula kosong.
"Sendirian aja La?" Yola menangguk dengan senyum sebelum menjawab dengan iringan candaan.
"Iya Mba, kan ini baru istirahat" Dina menangguk dengan kikikan pelan.
"Mba gak ngerasa pedes makan baso sampe merah banget gitu kuahnya?" Menggeleng, Dina menjawab dengan enteng setalah suapan pertama wanita itu telan.
"Aku udah biasa La. Agak susah kalo gak makan pedes Heheh. Udah kebiasaan soalnya." Yola menangguk, dia jadi ingin bertanya sesuatu.
"Mmm Mba?"
"Ya?"
"Aku boleh nanya gak?"
"Nanya apa La?"
"Tentang Ka Devano, dia emang se cuek itu ya orang nya? Bukan apa sih, soal nya sejak kemarin aku cuma denger dia bilang iya, enggak doang. Paling panjang panjang pas aku ngenalin diri. Dia emang gitu ya Mba?" Dina meminum sebentar minumannya sebelum menatap Yola dengan senyum hangat.
"Sebenernya sih, Kak Dev itu baik La. Dia juga suka nyapa ke karyawan kalo ketemu. Cuma mungkin karena Kamu baru aja jadi kesannya cuek. Aslinya mah enggak kok. Ya itu yang aku tau" Yola menangguk, walau dalam kepala cewek itu berfikir dan bertanya tanya apa iya seperti itu?
"Iya kali ya? Aku juga kan baru dua hari di sini, jadi gak tau. Mungkin kalo aku udah lumayan lama mah bisa ya Mba?" Dina mengangguk, tanpa kembali berkata dan menikmati makannya dengan nikmat sama seperti yang di lakukan Yola, di sela obrolan singkat keduanya.
Sesampainya di depan Ruangan Yola baru saja hendak membuka pintu khusus untuknya itu sebelum gerakannya terhenti saat suara Devano menyapa indera pendengaran cewek itu.
"Kamu baru selesai istirahat Yola?" Menangguk, Yola tak bisa menutup fakta bahwa jantungnya berdebar sekarang.
"Iya Kak, kenapa ya?" Dia harus bersikap profesional. Ingat kata kata Aditsya Yola!
"Enggak. Enggak papa. Tapi kamu udah nyoba baso Pak Agus di kantin?" Yola menggeleng, yang di maksud Devano, baso yang di makan Mba Dina tadi?
"Belum Kak"
"Ck! Kamu harus coba. Itu juara di kantin kita!" Yola menangguk dengan senyum lucu.
"Baik Kak. Besok Saya akan coba" Devano menangguk sebelum pamit undur diri.
"Kalo begitu Saya ke ruang rapat dulu"
"Kakak sudah makan siang?" Menangguk, Yola ingin pingsan rasanya saat cowok di depannya itu mengulas senyum sebelum figure cowok itu menghilang di balik pintu lift yang tertutup.
Menyisakan Yola yang menggigit bibir dengan loncatan pelan yang cewek itu lakukan dengan gemas.
"Ahk! Dia pengertian juga orangnya. Umm baik banget sihh, mana senyumnya manis banget lagi. Astaga jantung Gwe mau lepas rasanya. Ibu Yola ketemu malaikat Bu!" Yola segera menormalkan sikap cewek itu saat seorang Office boy melintasinya menuju ruangan Devano. Dengan dirinya yang berlalu masuk kedalam ruangan pribadi-nya.
____
Devano emang sebaik itu gaesss. Gak heran kenapa Aditsya jadiin dia mainan kesayangan kan?