____
Yola semakin tak mengerti dengan jalan kerja semesta yang masih suka mempermainkannya. Tidak cukup kah dia menyerah dan kembali jatuh cinta kemarin, sampai sampai sang semesta kembali mempermainkannya dengan harus ikut dalam perjalanan bisnis cowok itu?
Tidakkah semesta tau kalau dia hanya ingin semua ini segera berakhir dan dia terlepas dari semua rasa ini. Dan sekarang dia harus apa?
Pagi tadi, saat dia berfikir kalau dia bisa bertahan dengan mencoba menyemukan semua rasa ini dan bekerja seperti biasa, dia harus mengubur semua niatnya itu saat tiba-tiba Devano mendatangi ruangannya dan mengatakan kalau dirinya harus ikut serta dalam perjalanan bisnis cowok itu ke Malaysia. Memang ini hanya dua hari dan semua sudah cowok itu urus, dan Yola juga tak terlalu memikirkan apa yang harus dia bawa, yang dia pikirkan adalah bagaimana dengan hatinya?
Masih bisakah dia bertahan di saat mungkin sesuatu hal terburuk terjadi disana, dalam hal ini seperti kamar hotel yang mungkin hanya terdapat satu? Atau hal lain yang mungkin terjadi, apa dia bisa terus bersikap biasa dan baik baik saja?
"Yola?"
Mengerjapkan mata, Yola menatap Devano yang kini berdiri di sampingnya menunggu pemeriksaan barang bawaan sebelum lepas landas dengan tatapan tanya, berbanding terbalik dengan cowok itu yang menggeleng heran.
"Kamu kenapa Yola? Saya sering mendapati kamu melamun seperti tadi. Apa ada masalah? " Yola menggeleng, menolak permintaan hatinya yang ingin berseru 'iya'
"Tidak ada Kak. Saya hanya sedang menghafal beberapa rumus dalam kepala Saya. Minggu depan akan ada ulangan harian di kelas Saya" Devano menangguk sebelum melangkah dan mendapatkan pemeriksaan fisik, di susul Yola.
Keduanya melanjutkan langkah menuju pengecekan tiket sebelum memasuki pesawat dan mengambil tempat duduk sesuai dengan yang tertera dalam daftar tujuan.
Yola duduk tepat di samping jendela pesawat dengan Devano yang duduk di samping kirinya dengan tangan yang sudah berkutat dengan ipad cowok itu.
Menutup ipad nya saat intruksi mulai terdengar, Devano meletakan benda kotak tipis itu ke samping kursinya sebelum menoleh menatap Yola yang lagi lagi dia dapati tengah melamun dengan pandangan yang mengarah pada jendela luar.
"Yola?"
"Hmm iya Kak?" Yola menatap canggung, dia lagi lagi melamun.
"Saya tau kita masih anak sekolah, namun kita tidak bisa mengesampingkan fakta bahwa kita tengah bekerja sekarang. Saya tidak melarang kamu untuk belajar atau menghafal rumus. Hanya saja tolong fokuskan pikiran kamu untuk pekerjaan kita sekarang. Karena Saya akan merasa sangat kecewa kalau kita gagal dalam perjalanan bisnis ini. Mohon kerjasamanya Yola" Mengulum bibir dengan senyum yang terlukis pelan Yola menangguk, memahami apa yang cowok disampingnya itu katakan tapi masalahnya bagaimana dengan hatinya? Dia tak ingin egois dan terus terusan seperti ini tapi dia tidak bisa berbohong kalau saat bersama Devano adalah bahagia juga siksaan untuknya.
"Baik ka, saya mengerti. Maafkan saya." Devano mengangguk, sebelum kemudian Yola lihat cowok itu mencari posisi nyaman sebelum memejamkan mata perlahan.
Yola kembali menoleh ke arah jendela menikmati saat demi saat ketika pesawat mulai bergerak di atas langit dan pemandangan awan putih yang hampir menutupi segala arah menyapa matanya. Yola menangguk sebentar, dia tidak boleh egois di sini. Dia harus bisa menepikan perasaannya dan bekerja dengan baik, jangan sampai dia keluar dari perusahaan M'Luxury dengan rasa kecewa Devano terhadapnya. Tidak dia tak bisa melakukan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANO | OH SEHUN
Short StoryMENGANDUNG KEGIATAN 🔞🔞🔞 TOLONG PENGERTIAN! AREA BUCIN JUGA SEXS! FOLLOW THIS ACCOUNT BEFORE! BOYFRIENDS SERIES 04 Devano Maxime, cowok populer di Harbang. cowok yang terkenal karena kemahirannya bermain basket dan gelarnya yang seorang CEO di usi...