Yola menata beberapa berkas yang sebelumnya diminta Devano untuk cowok itu periksa. Benar mereka sudah kembali ke kantor, di jakarta. Dan Yola merasa lebih baik sekarang, atau mungkin lebih tepatnya mencoba baik saja.
Sungguh setelah beberapa hari kemarin yang mereka lalui, Yola semakin dibuat tak mengerti juga tak paham. Ini semua hanya tebakanya atau dia yang keliru Yola tak tau.
Bagas adalah kakaknya Aditsya, tapi dia jelas tau kalau cowok yang kemarin menyapa dirinya dan Devano itu bukan kakak dari sahabatnya.
Lagi dia juga merasa mengapa, dirinya dan Devano semakin dekat. Seolah Tuhan berkata kalau perasaannya, perasaan yang dia rasakan bukan hanya dia yang memiliki tapi cowok itu juga. Dalam arti cowok itu juga mencintainya sama seperti dia yang mencintai cowok itu.
Apa ini benar? Atau semua ini hanya pemikirannya semata. Atau cowok itu tengah mempermainkan hatinya? Dan bagaimana dengan Aditsya. Lantas yang paling penting sekarang adalah siapa Bagas?
Pelukan hangat dari arah belakang dengan wangi khas yang sudah dia hafal sedikit mengejutkan Yola. Menoleh dia mendapati kepala cowok itu berada pada bahunya jangan lupakan kecupan singkat yang Yola dapatkan di bibirnya.
Menoleh ke sekeliling, Yola bahkan tak sadar dia sudah berada di dalam ruangan cowok itu. Bahkan dia tak sadar dia masuk dan meletakan semua berkas yang cowok itu minta ke atas meja.
"Kak?"
"Hmm?" Yola tak mengerti mengapa cowok itu bisa bersikap santai seolah mereka memang sepasang kekasih yang tengah bermesraan di saat Yola berdebar cemas juga tak tentu.
Dia menginginkan hal ini setiap hari dulu tapi saat hal ini terjadi Yola justru takut lebih tepatnya dia takut setelah tau fakta bahwa cowok itu adalah kekasih Sahabatnya. Bisa saja kan, seseorang memergoki mereka dan mengadukannya pada Aditsya dan kemudian dia dengan sahabatnya itu akan bertengkar dan dia di cap buruk. Atau lebih parahnya Aditsya datang dan memergoki mereka secara langsung dan pertengkaran tak bisa dia hindari.
"Mengapa Kakak memeluk saya?" Cowok itu memiringkan kepalanya, membuat Yola sedikit geli karena pergerakan itu.
"Tidak ada alasan khusus hanya ingin. Apa tidak boleh?" Yola menggeleng, bukan berarti itu salah. Itu sangat benar kalau saja mereka saling menyukai dan mereka sepasang kekasih. Tapi ini...
Yola membalik badan, tidak berniat supaya pelukan mereka semakin intim hanya ingin menatap cowok itu dan menyerahkan apa yang menjadi alasannya memasuki ruangan Devano.
"Saya sudah meletakan beberapa berkas yang Kakak minta sebelumnya. Kalau begitu Saya permisi Kak" Yola hendak melangkah keluar dari jerat kungkungan cowok itu yang mengurungnya antara meja dan tubuh cowok itu.
Tapi nampaknya cowok itu masih enggan, atau belum puas menggodanya hingga tangan cowok itu menahan pergerakan Yola dengan menahan pinggulnya jangan lupakan wajah cowok itu yang entah kenapa semakin mendekat.
"Kak..."
"Devano!"
Yola memejamkan mata sebelum kemudian membukanya dan mendapati cowok itu yang kini sudah menyingkir darinya dan mendekat pada Aditsya yang entah bagaimana dan kapan datang. Dan sekarang dia harus bersyukur atau mengumpat. Melihat bagaimana Aditsya yang menatapnya marah dan Devano yang mencoba membujuk sahabatnya itu.
"Hanny dengerin Aku ya. Yang kamu liat itu bukan kaya yang kamu pikir Hanny. Aku cuma buat buat nolong Yola yang hampir jatuh tadi. Jangan marah ya?" Aditsya menoleh menatap Devano mencari kebohongan di mata cowok itu sebelum kemudian beralih pada Yola meminta kebenaran.
"Yola bener?" Yola menangguk, walau dalam hati berseru bodoh.
"Bener Sya. Tadi Gwe agak ceroboh sampe mau jatoh. Untung ada Kak Dev yang nahan Gwe. Lo jangan mikir yang enggak enggak ya." Aditsya mengulas senyum sebelum kemudian memeluk Devano erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANO | OH SEHUN
NouvellesMENGANDUNG KEGIATAN 🔞🔞🔞 TOLONG PENGERTIAN! AREA BUCIN JUGA SEXS! FOLLOW THIS ACCOUNT BEFORE! BOYFRIENDS SERIES 04 Devano Maxime, cowok populer di Harbang. cowok yang terkenal karena kemahirannya bermain basket dan gelarnya yang seorang CEO di usi...
