Devano Maxime
______
Yola merasa semua ini sudah tak berguna, rasanya, hadirnya, keinginannya, semuanya! Ini seolah omong kosong dalam takdirnya. Yola benci semua ini. Bagaiman bisa dengan mudahnya Aditsya memberi dia parfume yang hanya khusus untuk cewek itu dan hanya diam saja saat dirinya mendapat kejanggalan di hari pertama? Dia seolah di jadikan lelucon! Tapi apa mungkin Aditsya melakukan semua ini? Tapi untuk apa? Apa alasannya? Apa agar dia nampak menyedihkan seperti ini. Atau agar dirinya berterima kasih? Mengapa. Dan apa benar?
Tapi kalau di pikir lagi, mengapa juga Aditsya melakukan semua ini saat dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Aditsya dan Devano sangat mencintai satu sama lain. Lalu mengapa Aditsya harus melakukan semua itu? Itu tidak mungkin! Dia kenal Aditsya, dan sahabatnya itu tak akan berlaku buruk pada sahabatnya sendiri.
Tapi... Aditsya sudah berubah bukan? Sahabat nya itu bukan Aditsya yang dulu. Bukan lagi cewek lugu, dengan penampilan cupu. Aditsya sudah berubah. Tapi..
Sial Yola sudah sepeti orang gila sekarang, berjalan dengan gumam-an di sepanjang jalan, dengan bisik bisik yang beberapa orang lakukan untuk dirinya. Ya dia aku mungkin dia sudah gila sekarang! Gila karena menyukai kekasih sahabatnya dan memikirkan hal buruk pada sahabatnya sendiri. Dia pasti sudah gila!
Bagaimana Yola bisa seperti ini? Mengapa dia tidak tau dan tidak mengerti dari awal saat dirinya masuk ke dalam perusahan bersama Aditsya, mengapa dia tak bisa mengontrol hatinya untuk tidak jatuh cinta pada cowok dengan paras tampan itu? Mengapa dia harus berharap dan membiarkan rasanya tumbuh? Mengapa Yola jadi selemah ini di hadapan cowok itu? Coba katakan mengapa?
Berhenti di penyeberangan, Yola menatap sekitar, dia tak menyangka saking rumit isi kepalanya dia sampai tak sadar kalau sudah sejauh ini dia berjalan kaki. Menoleh kanan kiri, Yola mulai menyeberang saat di rasa keadaan sudah aman, sebelum kemudian kembali melanjutkan langkah saat dirinya sudah melewati jalan raya.
Rumahnya memang tak terlalu jauh dari kantor Devano, hanya perlu 30 menit dan itu bisa di tempuh dengan jalan kaki selama 50 menit. Itu tak masalah, Yola terbiasa dengan itu, dia bukan terlahir dari keluarga bergelimang harta, ayah dan ibu nya hanya karyawan kantoran biasa dan dia hanya di fasilitasi motor beat sebagai kendaraannya menuju sekolah yang biasa dia kendarai sayang karena tak ingin pakaiannya khusut, Yola harus rela tak bisa mengendarai sepeda motor kesayangannya itu.
Kembali berhenti di belokan, Yola menatap sebentar ke atas langit yang mulai berganti senja. Suasana sejuk mulai Yola rasakan dengan udara yang seolah menghipnotisnya untuk memejamkan mata, menikmati detik detik perlahan sebelum kemudian membuka mata dengan setetes air mata. Dia tak menyangka dia akan menjadi selemah ini hanya karena cowok bernama Devano. Sebelum belum nya Yola tak pernah menangis bahkan untuk mantan nya yang menduakan dirinya, atau saat kekasihnya dulu mengambil mahkotanya lalu pergi meninggalkannya. Tapi kenapa untuk Devano dia sampai menangis seperti ini? Cowok itu bahkan tak terikat hubungan apapun dengannya, juga cowok itu tak tau perasaannya mengapa dia sampai menangis seperti ini?
Memejamkan matanya sebentar, Yola mengusap lengan atas kiri nya perlahan, meyakinkan diri kalau semua baik baik saja dan dia masih sekuat dulu. Tak masalah, semuanya tak berarti apa apa untuk Yola.
"It's oke Yola. Anggep ini sebagai cinta bertepuk sebelah tangan yang gak berarti apa apa. Lo bukan cewek lemah!" Yola menangguk, dengan kasar cewek itu mengusap sisa air matanya sebelum kembali melanjutkan langkah.
Namun langkah Yola kembali terhenti di samping tiang lampu jalan, mendekatkan diri, Yola menatap nanar jalanan di depannya. Dia tak tau mengapa dia bisa sebodoh dan se tak mengerti ini bahkan pada keadaan yang sudah jelas terjadi sejak awal? Mengepalkan tangannya keras. Yola menepuk dadanya kesal saat salah satu organ dalam tubuhnya itu kembali menggila hanya dengan mengingat saat Devano memanggilnya 'Hanny' dan senyum cowok itu yang entah mengapa semakin membuatnya sesak.
Sesakit ini di permainkan semesta ternyata. Yola pikir, semua story story yang dia baca di akun ig tentang semua kisah cinta hanya lah di buat untuk omong kosong belaka sebagai cerita menyedihkan, ternyata memang se menyedihkan ini rasanya. Sialan mengapa dia harus merasakan semua ini?
Menggeleng, Yola tak perlu seperti ini. Dia akan melupakan semua ini. Dia tak boleh lemah dan menjadi menyedihkan seperti ini. Tidak tidak itu tidak boleh.
"Mundur, dan lupain Yola. Tinggal beberpa minggu lagi setelah itu Lo bakal jarang ketemu cowok itu kaya dulu. Mundur!" Yola menangguk, dia kembali menegakkan tubuhnya sebelum kemudian kembali melanjutkan langkah. Hanya beberapa ruko lagi, dia akan sampai di kompleks rumahnya. Dia bisa!
Tapi sungguh Yola tak pernah berharap hal ini, dia tak tau apa apa soal ini, dia bahkan tak tau bagaimana caranya berjalan dengan menunduk. Dia bahkan tak tau mengapa cowok itu bisa keluar dari toko bunga tepat saat dia tengah melangkah tanpa melihat jalan, bahkan Yola tak tau kenapa dia bisa menabrak cowok itu sebelum tatapannya terkunci dengan tangan cowok itu yang menahanya agar tak jatuh.
Sialan, mengapa mata cowok itu harus seindah ini saat sinar senja menerpa wajah cowok itu? Kenapa cowok itu harus tersenyum saat dirinya baru saja meneteskan air mata untuk cowok itu?
Menjauhkan badan, Yola berusaha tersenyum pada cowok yang sangat ingin dia maki karena telah kurang ajar membuatnya jatuh cinta itu.
"Terima Kasih Ka, dan maaf saya tidak melihat jalan Kak" Devano menangguk dengan pandangan menelisik yang tak Yola suka, apa lagi saat cowok itu menanyakan tentang mata nya yang sembab.
"Kamu habis menangis?" Yola menatap dengan gelengan, dia tak mungkin mengaku kan.
"Tidak Kak. Kakak sedang apa? Membeli bunga? Untuk siapa?" Yola mencoba mengalihkan pembicaraan tapi sepertinya dia sama mengajukan tanya.
"Ya untuk Aditsya, dia suka bunga mawar kan?" Dengan senyum tipis Yola menangguk, tak di ragukan lagi kalau cowok di depannya ini sangat mencintai sahabatnya.
"Bagus kalau begitu. Um Yola kamu ingin bunga?" Yola menatap cowok itu tanya. Bagaimana cowok itu mengerti kalau dia berharap hal itu?
Menggeleng Yola menolak dengan senyuman, namun tangan Devano yang sudah menariknya memasuki toko bunga itu membuat Yola mengulas senyum dalam hati.
"Kamu bisa pilih yang kamu mau Yola, saya akan membayarnya. Anggap saja sebagai hadiah" dan Yola tak mengerti bagaimana dengan cara sederhana ini dia jatuh cinta lagi pada cowok yang belum melepaskan tangan dari tangannya ini?
"Tapi kayaknya keadaan maksa Gwe buat maju" Yola membatin, dengan pilihan yang jatuh pada bunga aster di tengah ruangan.
_____
Kalo aku jadi Yola sih, aku bakal seret Devano ke tempat sepi terus maki dia sesuka hati. Haduhh Yola kenapa kamu diem aja sih saat hati kamu terus di buat jatuh?
Gimana menurut kalian?
Yola komen!
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANO | OH SEHUN
Short StoryMENGANDUNG KEGIATAN 🔞🔞🔞 TOLONG PENGERTIAN! AREA BUCIN JUGA SEXS! FOLLOW THIS ACCOUNT BEFORE! BOYFRIENDS SERIES 04 Devano Maxime, cowok populer di Harbang. cowok yang terkenal karena kemahirannya bermain basket dan gelarnya yang seorang CEO di usi...
