Kini Yola tengah duduk di sofa ruangan Devano sambil menatap layar laptop yang menunjukan jadwal untuk Bos-nya itu.
Sebenarnya dia merasa aneh duduk di dalam sofa ruangan Devano yang 3 hari lalu menjadi tempat percintaan panas dirinya dengan cowok yang sekarang tengah fokus membolak balik dokumen di mejanya itu.
Yola tak mengerti mengapa dia mau saja untuk bekerja di ruangan Devano, saat hatinya bahkan tak bisa berdetak dengan semestinya hanya dengan memikirkan kalau ruangan ini pernah menjadi saksi percintaan panas mereka. Aishh bahkan sekarang kewanitaannya berkedut saat mengingat kegiatan panas mereka.
Menggeleng pelan, Yola menepikan pikiran konyol itu. Tidak baik terus terusan mengingat kegiatan mereka itu, akan jadi aneh nantinya kalau dia sampai membayangkan.
Pandangan Yola terfokus pada sebuah undangan yang terletak dibawah tumpukan berkas di atas meja. Mengambilnya perlahan, Yola menatap undangan itu sedikit tanya, sebelum menoleh menatap Devano yang masih berkutat dengan dokumen.
Beranjak, Yola mendekat pada meja Devano bertanya apa perlu untuk memasukan undangan pesta itu kedalam jadwal atau tidak.
"Kak?"
"Yes Baby? " Yola mengulum bibirnya, dia tak biasa dipanggil demikian, rasanya terlalu tak baik untuk jantungnya.
Memejamkan mata perlahan, Yola menatap Devano tanya sebelum menunjukan undangan yang dia bawa ke Devano.
"Ka, ini ada undangan apa perlu di masukan ke dalam jadwal kakak untuk hari ini?" Cowok itu nampak menimang, sebelum meminta agar Yola mendekat.
Yola sedikit ragu namun tak ayal mendekat dan berakhir duduk di pangkuan Devano yang kini meletakan dagu cowok itu pada bahu kiri Yola.
"Ka.."
"What Baby?"
"Bagaimana kalau ada yang masuk?" Cowok itu terkekeh pelan, memutar tubuh Yola lembut sebelum menjatuhkan satu kecupan pada bibir Yola.
"Kau terlalu khawatir Baby" Yola terdiam, dia membiarkan dirinya merasa nyaman duduk di pangkuan Devano dan membiarkan Devano semakin mengeratkaan pelukan pada pinggangnya.
Yola menggigit bibir saat ingat pada undangan yang dia ingin tanyakan. Dia terlalu terbawa suasana sampai lupa tentang itu. Astaga.
"Ka?"
"Hmm?"
"Bagaimana dengan undangannya?" Devano terkekeh pelan, sebelum kembali menjatuhkan satu kecupan yang kali ini pada pipi Yola.
"Tidak perlu Baby. Ini hanya undangan biasa, dan di luar jam kerja tak perlu di masukan ke dalam jadwal" Yola menangguk, sebelum menatap undangan itu sedikit mengernyit ini undangan pesta apa Devano akan pergi sendirian?
"Gm Golden, ini undangan pesta?" Dapat Yola rasakan Devano yang mengangguk pelan.
"Jam 8 malam" Yola menangguk, pelan.
"With you"
Yola mengernyit, tak paham atas apa yang Devano maksud hingga dia menoleh dan kembali mendapati cowok itu mengecup bibir nya.
"Kita akan pergi nanti malam"
"Tapi Ka.. Saya.. "
"Aku sudah menyiapkan semuanya untuk mu Baby. Kau bisa melihat di kamar" Yola mengerjap, dia menatap Devano tak percaya, sebelum kepala cowok itu mengisyaratkannya untuk melihat sendiri.
Yola beranjak, memasuki pintu yang di khususkan untuk kamar istirahat dan sedikit terkejut saat mendapati sebuah manekin yang dibalut gaun berwarna donker dengan hiasan pernak pernik yang membuatnya berkilau, dengan panjang sebatas betis dengan tali spaghetti di satu sisinya membuat Yola mengulas senyum sebelum mendekat dan menyentuh gaun itu dengan mata berbinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANO | OH SEHUN
Short StoryMENGANDUNG KEGIATAN 🔞🔞🔞 TOLONG PENGERTIAN! AREA BUCIN JUGA SEXS! FOLLOW THIS ACCOUNT BEFORE! BOYFRIENDS SERIES 04 Devano Maxime, cowok populer di Harbang. cowok yang terkenal karena kemahirannya bermain basket dan gelarnya yang seorang CEO di usi...
